04. Pertunangan (Yoona)

1.1K 102 7
                                    

Jessica menutup mulutnya dengan punggung tangan karena kaget mendengarkan semua ceritaku tentang kejadian kemarin malam dan tentang perasaanku sebenarnya pada Choi Siwon dari awal sampai akhir. Pada akhirnya aku tidak punya tempat lain untuk bercerita selain Jessica. Tak mungkin aku menceritakan semua ini pada ibuku karena aku terlalu takut.

"Jadi pilihan yang mana kau pilih? Apa kau sudah memikirkannya?" Tanya Jessica khawatir. Kami berada di rumahnya dia mengundangku untuk mengerjakan tugas bersama karena hari ini hari libur.

"Nan molla..."

Pikiranku masih melayang saat Siwon mengatakan dua pilihan itu. Selain perkataan dan nada bicaranya, sorot mata Siwon sangat sinis seolah-olah dia ingin membunuhku. Berbeda dengan Choi Siwon beberapa tahun silam yang memiliki nada bicara dan tatapan mata hangat. Sosok itu berubah.

Rangkulan hangat menerpa pundakku ketika ku sadari Jessica sudah ada di sampingku dan mengusap punggungku. "Apapun pilihanmu, aku percaya itu yang terbaik. Hanya kau yang bisa memilih, aku hanya bisa memberikan saran"

Apa yang dikatakan Jessica benar. Sedari tadi ketika kami membicarakan cinta pertama, Jessica selalu mengatakan kalau cinta pertama adalah masa indah awal sebuah rasa yang kau dapati. Jika kau ingin bersamanya, kenapa tidak berjuang? Setelah aku mengatakan kalau cinta pertamaku mencintai orang lain Jessica hanya mendesah ringan dan menarik kesimpulan bahwa cinta itu seperti domino, kau jatuh cinta pada seseorang dan orang itu jatuh cinta pada orang lain.

"Apa... aku harus berhenti?" Tanyaku ragu.

Jessica menatapku kaget. "Kau yakin? Heol... Yoon, kau sudah berjuang sejauh ini. Dari awal aku melihatmu menatap Choi Siwon di koridor, aku sadar pasti ada sesuatu yang kau simpan. Dan sekarang kau membuangnya begitu saja?"

"Tapi... bagaimana dengan Tiffany? Siwon sangat mencintainya" aku tersenyum lirih mengingat setiap perkataan Siwon yang mengatakan dia akan melakukan apa saja demi bersama Tiffany. "dia bahkan akan berusaha agar bisa bersama dengan Tiffany."

"Yoon..."

"Jika aku tetap melanjutkan semua ini akan ada banyak orang yang terluka. Kedua orangtua kami, Tiffany, Siwon, dan diriku sendiri." Ya. Aku juga tersakiti kalau melihat Siwon menderita oleh perjodohan ini. "Tapi jika aku menghentikannya, tidak akan ada yang terluka."

"Gojitmal." Kata Jessica "kau membohongi perasaanmu sendiri. Kau pikir aku tidak tahu? Yoon, kau akan menyakiti perasaanmu sendiri."

"Tak apa. Jika semuanya tidak terluka maka aku akan baik-baik saja." Jessica memelukku. Dengan tubuh yang berguncang hebat aku mencoba menahannya, aku tak ingin air mataku keluar untuk menangisi seseorang yang tak pernah melihat kearahku.

Tapi sebesar apapun aku menegakkan tameng, tetap saja airmata itu keluar. Aku tak bisa menghilangkan perasaan itu, aku masih mencintainya.

.

.

.

.

.
"Pertunangan akan dilaksanakan lebih cepat dari waktu yang ditentukan?"

Aku mendengarkan percakapan antara ayahku dengan Mr. Choi lewat ponsel. Hatiku semakin gusar, setiap kali aku mendengar kata pertunangan hal pertama yang terlintas dipikiranku adalah Choi Siwon dan perkataannya.

"Bagaimana dengan persiapan? Sementara ini untuk dekorasi belum semua sampai." Kini kegelisahanku menular pada ayah. Ini kesempatan, aku harus menghentikannya sebelum semua terlanjur dan menyakiti banyak orang.

"Baiklah, nanti saya kabari lagi."

Setelah menutup ponselnya, ayahku langsung tersenyum melihat kedatanganku. "Aboeji, ada yang ingin aku katakan." Ucapku sembari menunduk.

Remember ThatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang