Nata tiduran diranjang. Mendekap guling lebih erat. Menaikan selimut sampai batas leher. Matiin AC supaya udaranya lebih panas. Merangsang kelenjar keringatnya supaya bereaksi. Ini bener-bener nggak nyaman. Badan Nata panas bukan main, nggak karu-karuan, Mamih Nata bentar-bentar masukin termometer ke mulutnya, juga keteknya (tapi beda termometer yaa). Berharap suhunya turun setelah jidatnya dikompres pake kain basah.
Apalagi ini, makhluk straight yang sedari tadi duduk dipinggir ranjang sambil megang mangkok berisi bubur hangat. Nggak kalah sibuknya. Membujuk sahabatnya supaya mau sarapan. Mengisi perutnya yang kosong selama 10 jam. Mengalihkan perhatian cacing-cacing mungil didalemnya supaya nggak beralih makan usus. Satu suaaap aja. Alih-alih diiming-imingi traktiran ke KFC, dapet album Afgan terbaru yang baru keluar minggu lalu.
Tapi Nata tetep aja nggak mau.
"Lo harus sembuh, kunyuk!" Dengus Devan. "Aaaa cepetan!"
Nata tetep geleng. Nyembunyiin mulutnya dibalik selimut. Menutupnya rapat-rapat. "Buat lo. Gue kenyang. Lo pasti lebih laper."
"Untuk ke 4 kalinya??" Devan gedein mata. "No!"
Devan mendelik. Doi segera meletakan mangkoknya. Menarik selimut yang direngkuh Nata. Memaksa supaya Nata mau mengekspose mulutnya. Menampakan bibir pinknya yang cutie. Terjadi sesi tarik-menarik selama beberapa menit. Karna tenaga Devan lebih kuat, dia menang.
Tapi si Otot Nutrijel nggak nyerah gitu aja. Tak ada selimut, bantal pun jadi.
Nata menutup mulutnya pake bantal. Benda yang lebih mungil dan simpel dibanding bentangan selimut, lebih bisa diajak kompromi untuk menutup mulutnya.
Devan juga masih keukeuh. Menarik bantal yang didekap Nata. Menariknya sekuat tenaga. Membuat si pemilik bantal ikut tertarik juga. Tarikan aja nggak cukup, pikirnya.
...Ditambah gelitikan mungkin membantu.
pak!! Pak!! Pak!!
"Shit!" Devan berlindung dibalik kedua tangannya. Menghalau tabokan emak-emak yang akhirnya mendarat dipunggungnya.
Devan nyerah.
Akhirnya sebuah Thermorex anak berhasil bikin Nata baikan, ditambah plester penurun panas bikin suhu tubuhnya menurun. Badannya udah enteng, enak dibawa ngapa-ngapain. Awalnya Mamih Nata berniat untuk membawa Nata ke rumah sakit, kontrol, sekalian minta rujukan obat. Itu terdengar bagus dikuping Nata, selain berobat, Nata bisa aja ketemu sama dokter ganteng kalo emang lagi hoki. Tapi Devan buru-buru ngeracunin pikiran Nata.
"Jarum suntik! Cusssss.. Sakit, bray!"
Nata jadi langsung mantap menolak, "Nggak jadi, Mih! Nata baikan kok!"
"Bilangnya nggak mau makan.." Devan ikut duduk dikursi seberang. Mereka dipisahkan oleh meja kecil. Menatap deretan rumah yang kembar semua dari atas. Nyindir.
"Roti selai blueberry lebih enak dibanding semangkuk bubur," Sangkalnya cepat. "Lagian kalo yang nyuapin elo, Siamang di ragunan juga ogah kali."
"Dammit!"
Nata kembali menyantap rotinya. Disudut yang berbeda. Membentuk bekas gigitan disana. Selai ungu manis-asam yang lengket juga menempel disudut bibir.
"Barusan gue di WA Hana."
"Hana?"
"Gebetan baru."
"Istrinya Mas Bram? Saingannya Hello Kitty?"
"Bukan, bego!" Satu toyoran jatuh ke kening Nata. "Ngapain gue ngecengin emak-emak?"
Nata garuk kepala, "Siapa tahu aja. Koleksi bokep lo kan genrenya Hot Mom semua."
KAMU SEDANG MEMBACA
HEART
Teen Fiction[BxB 15+] [END] copyright©2017 ORIGINAL written by Naarenn 29 Oktober 2016 - 15 April 2017 Nata memang enggan membuka "pintu"-nya. Dia lebih suka menguncinya rapat-rapat agar semua orang tidak tahu apa yang ada didalamnya. Jika mereka tahu, Nata bis...