[10] Long Time No Feel

6.2K 653 27
                                    

Nata menyatukan lututnya, mendekapnya didalam kedua tangan. Nata nggak bisa berhenti menangis. Bahunya berguncang hebat. Dia shock. Dia terkejut dengan semua ini.

Apa dia bilang? A-ayah?

A-apa dia yang selama ini gue cari?

Apa dia yang selama ini gue pertanyakan?

A-apa dia yang selama ini ditutupi Mamih?

Dan pria yang bersamanya itu? Siapa dia?

“Nat!”

Dag dag dag!

“Buka pintunya, Nat!”

Dag dag dag!

Erik berteriak dari luar. Tatapannya hawatir. Dia nggak mau hal yang buruk terjadi pada Nata. Dia nggak mau bocah itu berbuat hal yang aneh.

“Apa dia udah sadar?” Andre muncul, bersamaan dengan Alex.

Erik mengangguk cemas.

Andre menghembuskan napas singkat, dia nggak tahu apa yang sebenarnya terjadi, begitu juga Erik, dia juga nggak mengerti apapun soal ini. Dan pandangan Erik tertuju pada Alex.

“Biar kita dobrak  pintunya.” Andre bersiap-siap, “Satu… dua.. tiga.”

BRUG!

Erik dibelakangnya.

BRUG!

BRUG!

BRUG!

BRUG!

BRAKK!!

Pintunya terbuka, membanting keras kesisi tembok, Erik masuk dengan cepat. Menelisik kedalam kamar, menyalakan lampunya. Dia nggak menemukan Nata disana, tapi suara isakan menariknya masuk lebih jauh.

Nata…

Bocah itu terguncang disudut tembok.

“Lu gila, huh?!” Erik memicingkan mata. Menekuk lututnya mendekat. Menatap Nata yang terguncang disela-sela nakas. Nata memeluk lututnya erat, seperti enggan melepasnya untuk waktu yang lama.

Erik menatapnya prihatin, perasaann Nata loroh saat ini, dan Erik bisa melihatnya dari tatapannya yang kosong menatap lantai. Pipinya basah. Air terus mengalir dari kedua pelupuk matanya.

Beberapa detik, Erik nggak bisa berkata apapun. Sela tenggorokannya terasa sakit, dia nggak bisa melihatnya terus seperti ini. menatap lama bocah ini membuat hatinya teriris.

“Nat…”

“Hh?” Nata menggerakan kepalanya. Mengikuti pandangannya untuk bergerak keatas. Menjumpai Erik dihadapannya. Nata langsung bergerak cepat, mendorong tubuhnya merengkuh leher Erik, memeluknya dengan erat.

“Gue pengen pulang, rik! Gue pengen pulang!...Gue nggak mau disini! Gue mau ke rumah!.. Lo boleh hukum gue! Lo boleh nyuruh gue! Tapi gue mau pulang riikk… gue mau pulang…”

Nata terisak hebat. Merengkuh lehernya dalam. Memohon pada Erik.  “Pleasee… ijinin gue pulang….”

Erik nggak bisa berkata apapun, lehernya tercekat hebat, pangkal lehernya terasa perih.

“Gue pengen pulang…”

“Diluar ujan, lu disini sementara waktu.”

Nata tetap terisak. Dia butuh ketenangan sekarang. Nata belum siap menerima semua ini.

Sedangkan dilain sisi, Andre hanya bisa melihat dari pintu. Begitu menyayat hati. Walaupun dia belum tahu betul siapa Nata, tapi melihat itu dia merasa prihatin.

HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang