PLAKK!!!
"ANAK MACAM APA KAMU??!!"
"..."
"MAU JADI APA KAMU??!!"
"..."
"KENAPA KAMU SEPERTI INI??!!"
"..."
"KENAPA KAMU NGECEWAIN MAMIH??!!"
Nata diam. Menatap garis dilantai sambil terus memegang pipi kanannya. Pipinya panas. Yang nampak menjadi kemerahan beberapa menit kemudian. Pandangan kabur, terbiaskan oleh tetesan air. tenggorokannya juga tercekat, sakit dipangkalnya.
"JAWAB!!"
"..."
"Tante, Nat-"
"DIAM KAMU DEVAN!!"
Devan langsung mematung. Meratapi sahabatnya dengan perasaan takut. Sedangkan Nata, air matanya mulai menetes. Dadanya sesak. Terisak kecil sambil tetap bertahan.
"SEJAK KAPAN KAMU KAYAK GINI....??!!" Delia terisak.
"..."
Nata benar-benar terguncang. Dia bener-bener merasa takut. Nata nggak mampu menjawab. Rasanya berat.
Devan nggak bisa berbuat apa-apa. Apa yang harus dia katakan? Membela Nata disaat seperti ini rasanya kurang pas. Dia juga nggak mau membuat hati Mamih Nata tambah terluka.
Nata kalap. Dia ketahuan sekarang. Apa yang menjadi jati dirinya udah terbongkar. Sekarang semuanya udah menjadi transparan.
Nata merasa nggak kuat berada disini. Menatap mamihnya yang terisak dalam membuat hatinya bertambah perih. Menambah perasaan bersalah dihatinya. Dengan cepat Nata melangkah pergi. Keluar meninggalkan tempat itu.
"Nat, tunggu! Lo mau kemana?!"
Devan menembus derasnya hujan. Menapaki aspal basah yang langsung menyentuh kulit kakinya. Mengejar sosok didepannya yang berlari kecil sambil sesekali terisak. Sampai Devan berhasil meraih tangannya, sosok itu masih terisak.
"..."
"Nata!"
"Lepasin!" Nata berhenti. Menentang Devan. Menatap nanar kearah sahabatnya dengan mata basah penuh air mata. Pipi kanannya masih terasa panas. Kesemutan. Dan kini mulai memerah dengan salah satu bagian membentuk jari-jari.
"Lo mau kemana, hah?!"
"..."
Nata pilu. Nggak sanggup menjawab. Nggak tahu harus berbuat apa. Pikirannya kacau. Kalut. Bahunya berguncang hebat. Mengeluarkan segenap tenaganya untuk tetap berdiri seraya mengeluarkan beban dihatinya. Kejadian tadi benar-benar menakutkan buat Nata. Dan tamparan itu, Nata bersumpah nggak akan melupakannya.
"Gue takut, Vannn." Nata terisak.
Devan nanap. Tangan Nata yang beberapa menit lalu berlumur bubuk Chiki Ball, kini basah karena sibuk menghapus air matanya.
"Ada gue, Nat. Ada gue yang siap nemenin lo."
Devan merekatkan tubuhnya. Memeluk tubuh sedagu yang sesekali berguncang. Nata tersedu-sedu dipelukan Devan. Melepaskan segenap kepedihan dihatinya.
"Gue bener-bener takut, Vaannn.. gue takuut."
"Sssstttt... semua bakal baik-baik aja kok, nggak seburuk apa yang lo kira."
Devan menempelkan dagu diubun-ubun Nata. Memeluknya lebih erat. Sesekali mengusap punggung untuk memberikan sedikit ketenangan.
"Keluarin Nat. Keluarin semua air mata lo. Keluarin semua kepedihan dihati lo. Gue-Devan- akan selalu ada disamping lo. Gue janji."
KAMU SEDANG MEMBACA
HEART
Teen Fiction[BxB 15+] [END] copyright©2017 ORIGINAL written by Naarenn 29 Oktober 2016 - 15 April 2017 Nata memang enggan membuka "pintu"-nya. Dia lebih suka menguncinya rapat-rapat agar semua orang tidak tahu apa yang ada didalamnya. Jika mereka tahu, Nata bis...