[21] Is It "Good" to Say "Bye"?

6.8K 477 74
                                    

Rava bersenyembunyi dari keramaian, cowok itu sengaja mengurung diri di dalam kelas untuk menghindari Nata. karena dia tahu, Nata nggak mungkin datang untuk mencarinya.

Sehari penuh Rava mematikan ponsel. Cowok itu melepas baterai dari tempatnya. Rava melepas kontak dengan Nata untuk sementara. Karena dia tahu, Nata pasti akan terus menghubunginya.

Ini bagian dari rencananya. Cowok itu sudah berencana membuat kejutan untuk Nata.

Karena hari ini, sweet seventeen Nata.

Cowok itu bergegas pulang dari pintu belakang sekolah. Rava mencari Mang Adi supaya membukakkan pintu. Cowok itu juga telah menitipkan motornya di rumah warga, untuk pertama kalinya, karena dia tahu parkir di parkiran sekolah akan meminimalisir dirinya untuk lekas kabur, salah-salah malah rencananya gagal.

Rava melaju membelah kota, motor miliknya cukup lihai menghindari barisan kendaraan yang menghalangi jalannya.

Tanpa disadari, hamparan abu-abu yang sedari tadi diabaikannya, mulai menurunkan isinya perlahan. Bau basah tercium samar. Menandakan kehadirannya sudah dekat.

Rava bergerak menembus hujan. Dia lupa membawa mantel. Dengan segenap seragam yang ada, cowok itu bergegas mencari toko roti terkedat.

Basah kuyup tidak menjadi alasan cowok itu berhenti melaju, sampai kedinginan pun cowok itu tetap memacu motornya.

Rava sampai, setelah memarkirkan motornya, cowok itu segera masuk mendekati etalase di ujung ruangan. Memilih kue yang berbaris indah didalam etalase.

Rava langsung meng-skip roti berbahan coklat, karena Rava tahu, Nata nggak begitu suka coklat. Strowberry adalah rasa favoritnya.

"Mbak! Saya pilih yang ini!" Rava menunjuk ke dalam etalase.

"Tulisannya ditulis di sini ya, Mas." Perempuan itu menyediakan secarik kertas dan sebuah pulpen. Rava langsung merangkai kata diotaknya.

Happy sweet seventeen Coco.

"Ini mbak, kira-kira kuenya jadi berapa lama?"

"Setengah jam mas, mas bisa tunggu disitu, tapi..." Mata wanita itu memandang Rava yang basah kuyup.

"Saya tunggu ya, Mbak."

Selama menunggu, Rava menggigil kedinginan. Hembusan AC ditambah basah dirinya membuat sensasi menggigil yang menusuk tulang.

Cowok itu bertahan selama tiga puluh menit, kurang, karena sebelum jarum panjang berada diangka enam, perempuan tadi telah memanggilnya kembali.

"Makasih, mbak!"

Rava kembali dengan riang. Diluar masih hujan. Walaupun tidak sederas setengah jam lalu, namun itu cukup membuatnya basah untuk kedua kalinya.

Namun cowok itu tetap memaksa, meletakkan kue itu dibagian bawah motor diantara kedua kakinya. Motor matic Rava melaju kencang. Menembus derasnya hujan. Dia ingin sampai tepat waktu, dia ingin membuat kejutan, dia ingin membuat Nata senang walaupun dengan cara yang sedikit menyebalkan.

Dia ingin...

TTTOOOOOOOOOOOOOOOOOOTTTTTTTTT!!!

CCIIIIIIIIIIIITTTTTTTTTTT!!!

BRAKK!!!

.

.

HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang