[20] Life Is About Up and Down

5.1K 475 69
                                    

Untuk pertama kalinya, dalam seumur hidup, hari ini, Nata telat.

Bocah itu berdiri didepan besi pagar. Menunggu kedatangan guru BK. Disamping takut, Nata juga cemas. Dia nggak tahu hukuman apa yang akan didapatkannya. Dia nggak biasa berhadapan dengan guru BK, yang biasanya membawa penggaris kayu panjang ketika mengadili siswa bermasalah.

Tapi semua perasaan itu nggak berlaku untuk Erik.

Dengan santainya cowok itu melipat tangan memandang lurus kedepan. Punggungnya menempel pada  besi pagar. Nggak terlihat tegang sama sekali.

Melihat itu Nata meradang. Semua gara-gara cowok itu! Seandainya dia bisa sedikit merawat motornya dengan baik, mungkin ini nggak terjadi.

“Lihat, kan? Kita telat!” Nata merengut. Tubuhnya panas. Panas di badan, juga panas di hati.

Cowok disampingnya itu menyipitkan mata. Nggak tertarik membalas tatapannya.

Erik mengecek jam. Bibir ranum itu melengkung ke bawah. “Cuma telat sepuluh menit.”

Nata menganga. “Cuma?? Lo bilang ‘cuma’??” menatap heran. “Intinya ini semua gara-gara lo! Gue nggak mau tahu! Pokoknya lo kudu nerima hukuman dari Bu Utami!”

“Bukan masalah. Tugas gua jadi ringan, kok. Kan ada  lu. ”

“Erik!”

“Baru pertama telat, ya? Ck! Cupu!”

Apa dia bilang? Cupu? Pertama kali telat dibilang cupu?

Nata meradang. Cowok ini membuatnya gondok. Dengan merengut, Nata membuang wajah. Suara Pak Kepala sekolah terdengar dari tengah lapangan. Entah apa yang beliau bicarakan sampai membuat siswa bersorak dengan ramai. Percuma Nata bawa topi, ujung-ujungnya nggak ikut upacara juga, kan?

Tangan menggantung Nata terisi sesuatu. Tarikan itu menolehkannya.

Tangan Erik mengait, sedikit menarik untuk membuat Nata bergerak. “Cabut, yuk!”

“Lo gila?!” Nata mengernyit. “Ogah! Mending gue disini!”

“Yakin?” Erik mengangkat alis. “Yaudah, berarti cuma lu yang dapet hukuman.” Cowok itu bergerak. Mendekati motornya yang terparkir di dekatnya.

Nata menganga. Cowok itu benar-benar ingin dimaki! Malahan melemparkan hukumannya begitu saja pada Nata. Ini nggak boleh terjadi! Nata nggak mau dipermalukan sendirian, harus sama Erik!

“Erik, ikut!”

=HEART=


Untuk pertama kalinya, dalam seumur hidup, hari ini, Nata bolos.

Nata nggak tahu akan dibawa kemana, yang dilakukannya hanya duduk diam dibelakang punggung bidang cowok itu. Mereka masih berseragam. Menimbulkan kekhawatiran tersendiri untuk Nata. Dia nggak mau kena razia siswa bolos.

“Kita nggak ganti? Kalo ketahuan Satpol PP gimana?”

“Ini masih jam tujuh, belum ada razia.” Suara Erik kurang jelas terdengar. Tertutupi helm full face hitam miliknya.

Meskipun begitu, Nata tetap nggak tenang. Belum ada razia pun, mata semua orang sudah tertuju pada mereka, melintas sembari melirik. Terlebih ketika berhenti di traffic light, mereka di pelototi.

Erik aman karena helm full face-nya. Nata??

Mereka berhenti. Erik memarkirkan motornya tepat dibawah banner besar bertuliskan ‘Andro-gym’.  Ketika melepas helm, Nata berkerut kening.

“Ngapain kita kesini?”

“Gua mau nge-gym.”

“Terus, gue gimana?”

HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang