[16] It's Not Okay, Is That Love?

5.7K 489 16
                                    

Maap sebelumnya. Bikin kalian nunggu lama. Sesuai kataku sebelumnya, sebenernya aku mau post cerita ini setelah tamat di laptop. Tapi apa yang terjadi?? Ya, aku kena block writerT.T bingung mau nulis apa. nggak tau kenapa gaya tulisanku malah jadi aneh. Glandet2 gitu. kaku. Nggak efektif. Gk kayak biasanya aja. Jadi setelah aku pikir baik2, alangkah baiknya kalo aku post beberapa. Gk enak juga buat kalian nunggu. Huhuhu...

Jadi selamat membacaa..

###

Nata mengamati jendela kamarnya. Membiarkan terpaan angin menerabas dirinya melewati celah jendela. Jari-jari kecilnya menyusuri setiap inci bibirnya. Selama jari itu menyentuh, secercah memori muncul membayangi otaknya. Membawanya kembali pada sepuluh jam yang lalu. Mengingatkannya pada ciuman itu.

Yang tak pernah ia duga.

Selepas ciuman itu, Erik nggak memberi respon apapun. Cowok itu pergi dengan meninggalkan sejuta tanda tanya. Dia nggak berkata apapun tentang apa yang telah dilakukannya, mengakui sesuatu, bahkan minta maaf, dia nggak mengucapkan keduanya.

Nata masih dirundungi sejuta perasaan. Entah itu bingung, canggung, bahkan... aneh? Nata bisa merasakan semuanya. Ciuman itu terasa nyata. Erik nggak lagi bermain-main dengan apa yang namanya 'ciuman'. Untuk kali ini, cowok itu benar-benar melakukannya. Dan Nata meraskan benda itu. Bibir lembut Erik, bibir basah Erik, dan... sensasi manis dari bibir Erik, Nata jelas-jelas bisa merasakannya.

Untuk sesaat, dirinya diingatkan pada Rava. Entah mengapa dirinya bisa melupakan sosok itu. sosok yang disukainya, bahkan telah teringat hubungan dengannya. Menyesal? Entahlah. Nata nggak bisa merasakan apapun sekarang. Erik masih meninggalkan sebuah ketidakjelasan atas apa yang telah dia lakukan. Seolah cowok ini telah membuatnya mengambang. Dirundungi banyak tanda tanya. Termasuk, alasan kenapa dia melakukan itu terhadapnya, Nata masih belum tahu.

Sebuah decitan pintu membuatnya mengerjap. Memunculkan sosok yang familiar diwajahnya. Tersenyum hangat. Baju yang dikenakannya masih sama seperti terkakhir mereka bertemu.

"Kamu nggak sekolah?" Alex meninggikan alis.

Nata menggeleng lemah. Mengindahkan pandangannya dari halaman depan.

Alex bisa mengerti. Nggak ingin memperdebatkan hal yang itu. "Jadi, udah sarapan?"

"Erik beli bakpao, tadi."

"Nanti ayah beli makanan buat kalian. Ayah mau istirahat dulu,"

Nata mengangguk. Menginjinkannya bergerak meninggalkan kamarnya. Nata mengembuskan napas. Mengembalikan oksigen ke paru-parunya.

=HEART=

"EERRRIIKKKKKKK!!!"

"KYAAAAAAAA..."

Erik mendribble bola dengan lincah, kaki dan tangannya berkombinasi membuat gerakan yang sulit untuk ditebak. Lawan yang lebih kecil didepannya itu sedikit kesusahan mengimbangi tubuhnya yang jauh lebih besar. Namun cukup mengganggu pergerakan Erik.
Cowok itu melemparkan bola kesisi kanannya, memberikan bola ke cowok berkulit hitam yang sama tingginya dengan Erik.

"Rik!"

Merespon, cowok itu menangkap bola dengan cepat. Kakinya melangkah lincah diatas lantai. Mendekati ring yang tak jauh dari posisinya. Erik mendribble cepat, kakinya membuat langkah dengan pola acak. Menangkat salah satu kaki dan melambungkan bola dengan cepat.

"KYAAAAAAAA...!!!"

"ERRRIIKKKK!! ERRIIIKKKKKK!!"

Priittt!

HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang