[8] Nata yang Malang

6.5K 710 23
                                    

Nata menarik selimutnya, melipatnya dengan sudut simetris. Setelah meletakannya ditepi ranjang, tangannya berlarih ke kedua bantal dan gulingnya. Dari dulu memang Nata nggak bisa tidur dengan tenang. Tubuhnya akan bergerak mengitari ranjang dengan sendirinya. Tanpa sadar, bisa aja kepalanya udah ada dibibir ranjang dengan kaki yang menjuntai disisi yang lainnya.

Untung aja Erik nggak melihatnya. Dia bisa malu kalau Erik tahu tentang kebiasaan anehnya ini.

"Siapa suruh beresin kamar?" Erik muncul entah dari mana. Membuat pundaknya melonjak sesaat.

"Lo mau gue mati jantungan, hah?!" Nata melotot nggak terima.

Erik mendesah pelan. Mengamati jam diponselnya. "Push up."

"Apa?"

"06.05. Lu kesiangan 5 menit."

"Lo nggak lihat gue udah bangun, huh?!"

Erik melipat tangan. Menatapnya lurus-lurus. Untuk kali ini Nata berani beradu dengan matanya. Menantang mata hitam dengan kelompak mata menyempit yang lebih tinggi dibanding ubun-ubunnya sekalipun.

"Lo tuh-"

"10 kali."

"Sukanya-"

"15 kali."

"Gue belum selesai-"

"20 kali."

"-ngomong!"

"25 kali."

"Erik!"

"30 kali push up atau gua suruh naik-turun tangga 10 kali tanpa henti."

Nata menjatuhnya dagunya. Membuat udara bisa bebas masuk kedalam mulutnya. Cowok itu benar-benar kurang ajar, sialan pula, nyebelin, nggak ada ungkapan lain selain sinonim dari semua kata itu yang pantas buat Erik. Nata mengacak rambutnya. Mendesah kesal.

"Owh!" Erik mengangkat alis. "Mau nambah?"

Nata mendesah pasrah. Bahunya merosot dan langsung beringsut diatas lantai. Tangannya menjulur dibawah, setengah posisi tengkurap dan langsung menghitungnya dari satu.

Sial! Mimpi apa gue semalem?

Kenapa gue bisa ada disini, sih? Kenapaaa?

***

"Lu bisa makan diluar kalo nggak suka."

Matanya mengerjap, mendapati sebuah bungkusan dan bau yang sedap segera menyeruak dihidungnya.

"Ini apa?"

"Makanan."

"Bukan, maksud gue, isi didalemnya."

"Mie." Erik mendesah. "Gua nggak minta lu ngeluh, lu bisa beli sendiri diluar."

Nata mengernyit bibir. "Siapa bilang?" manik matanya bergeser, membuka isi didalamnya. Menemukan dua cup mie instan yang telah diseduh didalamnya. "Nggak ada sayurannya?"

Erik mengerjap, bahunya sedikit terangkat. Dalam seperkian detik, Nata menyadari sesuatu. Tapi nggak ada satupun kalimat yang keluar dari bibir Erik, mulutnya sedikit terbuka, namun cowok itu lebih memilih untuk menutupnya kembali dan menarik bungkusan itu dari hadapan Nata. Mendesah, Erik mengoper satu ke laki-laki didepannya.

"Mmmmmm..." Nata mengerjap. Mulutnya nggak berhenti mengunyah, mengecap rasa yang kini menyelimuti lidah dan seluruh rongga dimulutnya. Nata langsung menyuapi mulutnya, sendok penuh dengan nasi berhasil masuk ke pintu bibirnya yang kecil.

HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang