12. hiding

3K 344 3
                                    

Keesokan harinya, Yeonhae bangun dan berangkat lebih pagi dari siapapun. Ia sengaja untuk bangun awal agar tak ada orang yang menyadari wajah bengkaknya.

Ia kemarin mengompresnya dengan air hangat. Memang sangat perih, namun ia harus menahannya agar wajahnya tak begitu parah.

Sekarang, wajahnya sudah membaik namun masih kemerah-merahan. Dan matanya masih terlihat seperti panda akibat terlalu banyak menangis.

Ia tak mengerti mengapa appanya berubah seperti itu, namun ia sadar appanya telah berubah setelah perceraian mereka.

Kali ini ia menggunakan masker dan sengaja memakai kacamata berframe hitam miliknya. Ia juga memakai topi dalam perjalanan ke kampusnya.

Begitu tiba di kampus, ia langsung disambut oleh kedua temannya, Hana dan Hayoon.

"Annyeong Yeonhaeee!" Hana mulai berkicau lagi.

"Pagi, Yeonhae." Sedangkan Hayoon hanya menyapanya dengan senyum lembut.

Yeonhae seketika melupakan rasa perih di hatinya dan di pipinya akibat appanya kemarin. Ia tersenyum lebar, "Hai."

"Kau kenapa pakai masker dan kacamata begitu?" Tanya Hana heran.

Yeonhae menggeleng, "Aku sedang flu." Jawabnya disertai dengan suara bindengnya yang palsu.

"Lalu kacamata?" Kini Hayoon yang bertanya.

"Mataku bengkak akibat terlalu banyak menonton drama sampai pagi." Ia tertawa dengan canggung. Berharap agar alasannya dapat masuk akal.

"Whoa whoa, kau penggemar drama juga?" Tanya Hana disertai alis kirinya yang naik.

"Yup." Yeonhae menjawab dengan senyum lebar.

"Ah ya sudahlah, ayo kita masuk kelas!"
===

Di rumah, Yeonhae segera naik ke atas, berharap ia tak bertemu dengan Baekhyun. Tadi di kampus, ia sama sekali tidak bertemu dengannya. Dan ia merasa sangat lega. Ia harap di rumah ia tak akan bertemu dengan Baekhyun. Namun, harapannya hancur ketika ia melihat pintu depan terbuka, dan masuklah Baekhyun dengan wajah setengah marah, ketika ia terhenti di tengah-tengah tangga.

Yeonhae dengan buru-buru melangkahkan kakinya kembali dan berlari ke arah kamarnya. Ia mencari-cari kunci di dalam tasnya, dan untungnya berhasil hanya dengan beberapa detik.

Jantungnya nyaris lepas ketika ia mendengar suara langkah kaki menuju ke atas. Para pelayan tak akan mungkin ke atas kecuali di suruh atau ada keperluan. Jadi itu tak lain dan tak bukan adalah Baekhyun.

Ia segera memasukan kuncinya ke lubang kunci, memutarnya, membuka pintu dan menutupnya tepat ketika Baekhyun sampai di atas. Dengan nafas terengah dan jantung nyaris lepas, Yeonhae bersandar lemas di pintu.

Suara langkah semakin mendekat.

Suara pintu dibuka.

Suara pintu ditutup.

Yeonhae dengan perasaan yang luar biasa lega akhirnya menghela nafas.

Ia segera membuka masker dan kacamatanya. Ia melihat bayangannya di cermin. Wajahnya sudah mulai membaik lagi.

Dengan diam-diam ia berjalan ke dapur, di sana Pelayan Kim sedang duduk sambil menulis sesuatu.

Yeonhae segera menunduk.

"Nona, Nona ingin makan siang?" Tanyanya dengan suaranya yang cukup dalam.

"Ah tidak, Pelayan Kim. Aku hanya ingin meminta air hangat, apa ada?"

"Ada Nona. Tunggu sebentar ya." Katanya sebelum beranjak mengambil air hangat untuk Yeonhae.

Yeonhae masih menunduk, ia tak berani mengangkat wajahnya karena takut ketahuan oleh Pelayan Kim.

Setelah Pelayan Kim memberinya air hangat di dalam sebuah wadah alumunium, ia mengucapkan terimakasih dan ketika ia membuka pintu ruang makan yang super besar, wadah berisikan air hangat yang tengah dipegangnya tersebut menabrak tubuh di depannya.

Ia perlahan-lahan melihat ke atas.

Matilah aku.
===

Rasanya Yeonhae ingin bumi menelannya saat ini juga. Orang di depannya adalah Baekhyun. Orang yang paling ia hindari.

"Mian Oppa.." Ia kembali menunduk. Dan untung saja, air di dalam wadah tidak membasahi baju Baekhyun atau bajunya. Hanya saja baju mereka terciprat sedikit.

Baekhyun mengangkat alisnya, "Air itu untuk apa?"

Yeonhae menggigit bibir bawahnya, "Uhm.. Untuk aku minum nanti.."

Baekhyun mengerutkan keningnya dengan heran, "Kau minum dalam wadah alumunium?"

"T-Tidak. Ini agar.. Uhm.. Agar air hangatnya bisa bertahan lebih lama. Nanti aku minumnya pakai gelas. Tenang saja." Ia tertawa dengan canggung.

Baekhyun tertawa kecil, "Dasar yeoja aneh."

Ia mengacak-acak rambut adiknya itu sebelum melangkah kembali ke dapur. Dengan lega Yeonhae kembali melangkah ke arah kamarnya, masih sambil menunduk.

Untung Baekhyun Oppa tidak sadar..
===

Malam harinya, mau tak mau Yeonhae harus menunjukan wajahnya di depan keluarganya. Karena setiap malam biasanya mereka akan makan bersama di ruang makan.

Namun, malam ini Ahyoung tak dapat pulang karena pekerjaannya. Karena Ahyoung tak pulang, maka Joonhaepun datang untuk membantu istrinya. Jadilah mereka berdua masih bekerja di kantor Ahyoung.

Dan itu artinya hanya Baekhyun dan Yeonhae yang makan malam berdua.

"Silahkan Tuan, Nona.." Kata Pelayan Kim setelah menaruh semua makanan di meja.

Yeonhae masih menunduk. Pipinya sudah jauh lebih baik dan kini warna merahnya perlahan-lahan memudar.

Tetapi ia harus tetap berhati-hati.

Mereka berdua makan dalam diam. Suasananya benar-benar canggung, karena di ruang makan hanya mereka berdua saja. Bukannya belum pernah sih, sewaktu Ahyoung dan Joonhae honeymoon mereka juga sempat makan berdua saja. Namun situasinya kini berbeda.

Dan Yeonhae takut setengah mati.

Ia takut Baekhyun akan menyadarinya dan menanyakannya.

"Yeonhae."

Deg. Panggilan dari Baekhyun saja sudah membuat jantungnya berdegup tak karuan. Ia benar-benar takut.

"Ya?"

"Kemarin.. Saat kau dipanggil appa.. Aku mendengar suara.. Uhm.. Jeritan. Apakah ada sesuatu?"

Uh oh.

Yeonhae menggeleng keras-keras, "Aku tak mendengar jeritan apapun. Mungkin dari.. Uhm.. Rumah sebelah?"

"Suaranya begitu dekat. Aku yakin."

Jantung Yeonhae semakin berdebar dengan keras, "Mungkin dari rumah belakang, Oppa.."

Baekhyun terdiam, sebelum mengangguk-angguk. "Mungkin. Bisa jadi sih.. Karena kamar-kamar di lantai dua memang dekat dengan rumah belakang."

"Hmm." Yeonhae mengangguk sebelum melanjutkan makannya. Ia diam-diam menghela nafas lega.

"Tapi kalau ada apa-apa, jangan ragu-ragu untuk memberitahuku ya. Aku akan menolongmu dan.. Melindungimu." Baekhyun meraih rambut Yeonhae dan mengelusnya lembut, matanya menatap adiknya dengan sorot yang lembut. Sejenak Yeonhae merasa lupa caranya bernafas.

Dan ketika ia sadar ia menunduk setelah mengangguk.

Baekhyun tertawa kecil, "Jangan menunduk begitu. Kalau sikapmu seperti itu, kau terlihat seperti anak anjing."

Yeonhae mempoutkan pipinya, "Aish."

Lalu keduanya tertawa bersama.

Dan tanpa sadar ada yang melihat mereka dari balik pintu ruang makan.
===

A/N : Comment what are ya'll thinking guys!;)

Jangan lupa yaa vote dan commentnya.
Gomawo~

Unspoken LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang