TITIK TEMU

218 14 3
                                    

Akan ada titik lain selain titik nol, dimana sumbu X dan Y bertemu

Entah itu di kuadran satu, dua, tiga, atau empat

Bukan masalah di kuadran mana,

Tapi bagaimana titik itu tetap terus dapat bersama dan bertemu

Meskipun harus berpindah kuadran

Hidup tidak hanya tentang kepositifan, bukan?

"Mas Bhumi, tolong datang ke acara nikahan anaknya Pak Iwan ya," malam saat aku baru tiba di Jogja Bapak tiba-tiba menelfon. "Bapak belum bisa ada di Jogja besok Minggu."

"Iya, Pak, nanti diusahakan datang," jawabku sambil merebahkan diri di sofa ruang tengah.

"Jangan Cuma diusahakan, kamu harus datang. Itu pasien bapak dari lama, ndak enak kalau nggak ada yang mewakili Bapak di sana," ini sudah bukan lagi permintaan tolong, tapi perintah dari Bapak. "Sekalian siapa tahu kamu ketemu jodoh di sana."

SEKALIAN SIAPA TAHU KAMU KETEMU JODOH DI SANA adalah kalimat yang selalu diucapkan Bapak setiap kali menyuruhku untuk menghadiri acara undangan pernikahan atau acara undangan makan malam. So pathetic i am!

Aku masih bingung dengan yang orang lain sering katakan, "Buka hati, cari jodoh." Bagaimana cara membuka hati? Bagaimana cara mencari jodoh? Apakah seperti membuka pintu rumah? Atau membuka buku untuk dibaca? Apakah semudah mencari chitato di Indomart? Atau mencari Sobota di toko buku? Mencari jodoh bukan seperti mencari pekerjaan yang hanya mengirimkan aplikasi lamaran. Mencari jodoh seperti menemukan hal yang tidak pernah disangka-sangka. Mungkin benar jodoh itu absurd.

Datang ke undangan pernikahan untuk mewakili Bapak bukan hal yang asing bagiku. Semenjak kuliah aku sudah sering melakukannya. Dulu aku meminta Aras untuk menemaniku ke acara apapun yang kuhadiri. Namun, semenjak Aras memilih untuk menyerah dan memilih orang lain, aku lebih sering hadir di acara undangan apapun sendirian. Terkadang aku mengajak Aji, namun mengajak Aji ke acara undangan seperti mengajak menteri untuk bertemu. Jadwal operasi yang tidak pernah diduga dan jadwal pacaran Aji sudah memblokade seluruh hidupnya.

"Susah amat sih, bray, ajak aja suster siapa gitu yang cantik apa anak koas tuh banyak," celetuk Aji saat aku sedang bingung akan mengajak siapa ke acara undangan.

"Mending datang sendirian daripada fake partner gitu!"

Being a broken hearter in thirty something bukan hal yang mudah untuk disembuhkan. Apalagi setelah menjalani hubungan selama delapan tahun. Memiliki rencana untuk menikah dan kehidupan pernikahan yang akan dijalani. Semuanya serasa tinggal selangkah lagi. Tinggal sedikit lagi dan kebahagiaan akan sempurna. Pernikahan bukan puncak dari kebahagiaan memang, tapi lewat pernikahan lah cinta itu disempurnakan. Masalah sendu ini tidak hanya terjadi pada wanita saja ternyata, tapi juga terjadi padaku. Tapi, yang ada di kepalaku bukan rasa iri ingin segera menikah seperti kebanyakan orang di usia tiga puluhan yang belum juga kunjung menikah. Yang tersulit adalah menyembuhkan luka karena pengkhianatan. Ya, pengkhianatan, kalau boleh kusebut. Atau easy to give up atau apalah. Menyerah dan memilih lelaki lain sementara masih ada dalam suatu hubungan, sudah cukup memenuhi kriteria pengkhianatan, bukan?

Di usia tiga puluh tahunan ini pula semakin gencar orang-orang di sekitarku mengajukan pertanyaan "kapan kawin?", "pasangannya mana, mas?", "kok datangnya sendirian?", "mau coba dikenalin sama si A, B, C?". Bagi sebagian orang pertanyaan-pertanyaan semacam itu menyakitkan. Tapi tidak bagiku. Yang menyakitkan adalah kenyataan bahwa Aras lebih memilih menyerah dan memilih lelaki lain untuk mendampingin hidupnya. Sebanyak apapun pertanyaan tentang pernikahan tidak akan membuatku sakit hati, dibanding dengan kenyataan tentang Aras yang kini telah hidup bahagia bersama lelaki yang dipilihnya menjadi suaminya. Sementara aku? Aku masih mati-matian menyembuhkan hatiku sendiri. Masih mati-matian mengikhlaskan kenyataan tentang Aras. It's not as easy as you do, Aras. Andai hatiku berpindah semudah Aras mengganti pilihannya. Tapi ternyata tidak semudah itu. Untuk kasusku, lelaki lebih mudah move on daripada wanita adalah failed!

Rumah HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang