BOARDING TIME

129 11 1
                                    

Semua hal memiliki masanya

Bertemu untuk kemudian berpisah

Atau bertemu untuk kemudian bertahan

Aku sudah pernah merasakan keduanya

Aku pernah memilih bertahan namun kehilangan

Bagaimana jika aku memilih kehilangan?

Mampukah kamu memilih bertahan seperti pilihanku dulu?

Pagi terakhir di Jogja. Setidaknya untuk kepulangan kali ini. I wish I could have unlimited mornings in Jogja. Dimana aku tidak perlu lagi menghitung berapa jam lagi waktu yang masih aku miliki untuk berada di Jogja. Tanpa kedua mataku menemukan koper yang sudah penuh namun belum juga ditutup. Pagi dimana aku dapat memilih nasi gudeg, soto taman sari, atau sekedar apem pasar Tamansari untuk sarapanku. Seperti halnya bertahun-tahun lalu sebelum semua rencana hidupku berubah total. Sebelum aku memutuskan untuk memilih Jakarta sebagai tempat pelarian.

"Mau sampai kapan lo 'lari' begitu? Gue rasa udah waktunya lo pulang ke rumah, Ray. Udah waktunya lo berdamai dengan masa lalu lo sendiri," kata Indri semalam melalui telfon dalam night conversation yang sering kami lakukan bahkan setelah Indri menikah.

"Gue nggak tau, Ndri," aku menghela nafas dalam. Menahan tangis. I won't ruin my last night in Jogja. "Apalagi Bayu muncul lagi."

Aku dapat mendengar Indri mendesis di ujung telfon sana. Aku membayangkan ekspresi Indri. Kedua matanya pasti sedang melotot dan tangannya mengacak-acak rambutnya sendiri.

"Kalo dulu dia bisa secepat itu berubah perasaannya ke lo dan milih perempuan lain. Kali ini gue yakin dia akan secepat itu juga berubah. Lo mau jatuh di lubang yang sama untuk kedua kalinya? Lo bukan keledai, Ray! You're too smart to fall down into same hole!"

Jatuh di lubang yang sama. Mengulangi rasa sakit yang sama. Menjalani kisah yang sama. Dengan lelaki yang sama. Lelaki yang berhasil membuatku mati-matian jatuh cinta dan mau melakukan apapun untuk memenuhi semua keinginannya. Lelaki yang membuatku berfikir aku tidak akan mampu hidup tanpa dirinya. Lelaki yang pada akhirnya dengan sangat cepat mengubah perasaan cintanya kepadaku. Lelaki yang dengan entengnya memilih untuk menyerah dan lebih memilih perempuan lain. Bahkan setelah sekian banyak deretan kesalahan yang dilakukannya, aku masih belum dapat menemukan alasan untuk berhenti merasa sakit seperti ini. Sama halnya seperti aku tidak dapat menemukan alasan untuk langsung mengatakan "ya" atas permintaannya untuk kembali kepadaku. I still couldn't any reason to say yes or no, to let him goes or stay.

Suasana rumah di pagi ini akan menjadi magnet paling besar yang nantinya membuatku ingin pulang. Ibu yang sibuk berkutat di dapur untuk menyiapkan sarapan sambil mengobrol dengan kakaknya yang berada di Purwokerto melalui telfon. Bapak yang mengerutkan kening saat membaca Koran, setelah ia selesai bersepeda pagi. Suara televisi yang menyiarkan berita pagi dan dibiarkan menyala walaupun tidak ditonton, karena bapak berada di ruang tamu namun masih mendengarkan berita yang disiarkan di televisi. Bapak adalah orang yang multi talented saat berhadapan dengan berita-berita, beliau dapat membaca Koran, berita online, buku atau apapun sambil mendengarkan televisi, bahkan kadang sambil mengobrol dengan orang lain. Entah bagaimana beliau masih dapat fokus mencerna semua informasi yang datang dari sumber yang berbeda dalam waktu yang bersamaan. Aroma rumah ini juga akan sangat aku rindukan nantinya. Entah kapan aku akan kembali pulang ke rumah ini. Kembali merasakan pagi yang bagiku begitu mewah dibandingkan dengan suasana pagiku di Jakarta. Mungkin untuk merasakan rindu, kita harus menjauh dari suatu hal.

"Nduk, ayo sarapan, ibu sudah masak nasi kuning kesukaanmu," suara Ibu membuyarkan lamunanku. "Ajak bapakmu juga."

Aku pun beranjak dari sofa di ruang keluarga menghampiri bapak yang berada di ruang tamu. Bapak masih serius membaca Koran yang dibelinya tadi saat ia bersepeda pagi. Kebiasaan Bapak membeli Koran di loper Koran pinggir jalan tidak pernah berubah, meskipun kami sudah berlangganan Koran yang diantarkan ke rumah setiap pagi.

Rumah HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang