A FUNNY UNIVERSE

130 6 0
                                    

If I could guess what universe will give

I think,I would never feel as this surprised

Mungkin benar bahwa setiap orang perlu berlibur untuk me-recharge semangat mereka agar dapat kembali ke rutinitas pekerjaan mereka dengan lebih bersemangat. Tapi bagiku, yang melakoni pekerjaan bukan hanya sekedar karena "butuh pekerjaan" mungkin tidak pernah terfikir bahwa aku membutuhkan jeda dari pekerjaanku. Aku tidak pernah menyangka bahwa berlibur, ditambah lagi tidak sengaja bertemu Rayya dalam liburanku, membuatku merasa memiliki semangat yang jauh lebih baik di hari pertamaku bekerja. Aku memilih sendiri jalan hidupku, artinya aku memilih sendiri pekerjaan yang saat ini aku jalani. I called this as "calling". Aku yakin setiap orang pasti memiliki "calling" untuk jalan hidupnya masing – masing. Namun tidak semua orang beruntung dapat mendengar, menyadari dan akhirnya menjalani panggilan tersebut. Semesta selalu memberi jalan, Tuhan selalu memberi petunjuk, namun tidak semua manusia mampu mendengar dan menyadarinya. So I called my self is a lucky man, because I could hear, realise and walk on my "calling".

Di hari pertamaku kembali ke rumah sakit, aku merasa semua hal begitu menyenangkan. Rasanya sama saat pertama kali aku melakukan praktikum di rumah sakit saat aku masih kuliah dulu. Entah karena efek liburan yang sesungguhnya, atau karena ketidak sengajaan bertemu dengan Rayya dalam liburanku.

"Siang Bhumi," sapa Dokter Heri, seorang seniorku yang cukup disegani. Kami bersama – sama berjalan ke arah kantin, tempat dimana kami bisanya makan siang. Dokter Heri adalah salah satu teman Ayah yang sampai saat ini masih aktif di rumah sakit. Umurnya sudah enampuluh tahunan tapi fisiknya masih seperti empatpuluhtahunan. "Saya dengar – dengar kamu dan Aji baru pulang dari liburan. Looks happier ya kalian berdua."

Aku hanya tersenyum mendengar kata – kata Dokter Heri. Ternyata gossip tidak hanya berlaku di gedung – gedung perkantoran seperti tempat Rayya bekerja, tapi juga di rumah sakit seperti ini.

"Gosipnya cepat menyebar ya, Dok?" selorohku saat kami berdua tengah mengambil makan siang kami.

Dokter Heri hanya tertawa. Tawa yang khas dan sangat kebapakan. "Tapi ini bukan gossip kan? Toh nyatanya kalian memang liburan."

"Silahkan, Dok," aku mempersilahkan Dokter Heri untuk duduk di meja yang sama denganku. Pasti ada hal yang ingin Beliau bicarakan jika tiba – tiba Beliau mendekatiku saat jam makan siang seperti ini.

"Gimana Ayahmu? Sehat kan?" Tanya Dokter Heri saat kami berdua sudah duduk di kursi masing – masing. Aku hanya mengangguk dan tersenyum tanda menjawab bahwa Ayah dalam keadaan baik – baik saja. "Sudah lama rasanya saya nggak ketemu sama Ayahmu sejak Beliau pensiun. Biasanya kami sering makan siang bareng begini ini." Lanjut Dokter Heri sambil tertawa renyah.

"Dokter juga belakangan sedang sibuk dengan riset yang terbaru," kataku sambil mulai menyantap makan siang yang ada di hadapanku. Beberapa menit kemudian kami berdua menyantap makan siang kami masing – masing. Diam di antara kami, sesekali hanya ada suara sendok dan piring yang beradu.

"Jadi apa yang Dokter mau sampaikan ke saya?" aku memberanikan diri bertanya kepada Dokter Heri setelah makanan kami bersisa seperempatnya lagi.

Dokter Heri berdeham dan meletakkan sendok dan garpunya di piring, lalu ia menegakkan posisi duduknya. "Memang tidak bisa berbasa – basi ya kalau sama kamu, Bhumi," ini bukan jawaban yang ingin aku dengar dari Dokter Heri. Tapi aku tetap tersenyum mendengar kalimatnya barusan.

"Kemarin, saat kamu tengah berlibur, kami mengadakan rapat," lanjut Dokter Heri setelah menegak separu air putih yang ada di gelasnya.

"Iya saya tahu, rapat bulanan diajukan," sahutku kemudian mencoba menghabiskan sisa makanan yang masih ada di piringku.

Rumah HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang