CHAPTER - 19

195K 13.6K 1.4K
                                    

Hal paling menyebalkan dalam hidup Emma adalah ketika ia mendapat nilai D pada pelajaran kimia beberapa bulan yang lalu. Hal itu terjadi karena ulah seorang teman sekelasnya yang bernama Gong Chul mencuri laporan akhir praktikumnya lalu menghilangkannya entah kemana.

Dan akibat laki-laku sialan itu pula Emma harus mengorbankan waktu berharga miliknya -yang seharusnya ia gunakan persiapan ujian kenaikan kelas- malah ia habiskan menyusun ulang laporan kimia yang tingkat kesulitannya tidak usah dipertanyakan lagi.

Namun Emma rasa semua itu tidak ada apa-apanya ketimbang apa yang terjadi pada dirinya saat ini. Jika mendapat nilai D pada pelajaran kimia adalah hal paling menyebalkan dalam hidupnya, maka hal terburuk -atau yang orang lain sebut sebagai titik terendah dalam hidup- bagi Emma saat ini adalah harus kehilangan sesuatu yang berharga.

Mulanya Emma benar-benar mengutuk habis-habisan soal dirinya yang tengah mengandung. Ia menganggap janin di perutnya adalah suatu simbol kesialan yang sangat ingin ia buang jauh-jauh.

Namun beberapa hari belakangan ini, tepatnya seminggu yang lalu, ketika Emma mengunjungi apotek untuk membeli vitamin untuk ibu hamil. Seorang apoteker di sana mengatakan hal ini kepadanya.

"Hamil adalah sebuah mukjizat. Kau mungkin menganggap ucapanku berlebihan kan?"

"Aku pernah mengandung pada usia yang sama sepertimu. Saat itu aku tidak tau harus bagaimana menyikapi hal ini, hingga pada akhirnya aku gelap mata dan mengugurkannya. Dan sejak saat itu hari-hariku berlalu dengan penuh penyesalah. Tapi melihat ada perempuan yang sangat peduli dengan kesehatan kandungan sepertimu ini membuatku sangat bersyukur. Aku berharap kelak ia akan tumbuh menjadi orang yang penyayang sepertimu, nona. "

Dunia Emma kembali ke permukaan ketika setitik cairan bening jatuh mengenai punggung tangan gadis itu. Emma mengerjapkan mata beberapa kali dan menyadari bahwa tetesan air itu berasal dari sudut matanya. Ia tidak boleh seperti ini. Kehilangan sesuatu yang berharga memang menjadi mimpi buruk bagi setiap orang. Namun ia yakin Tuhan tidak serta merta melimpahkan hal ini pada dirinya.

Ia harus percaya bahwa semua ini adalah jalan terbaik yang telah tertulis di garis takdirnya.

Suara decitan pintu samar-samar mengusik indera pendengarannya. Tidak perlu repot-repot menolehkan kepala ke arah pintu untuk memeriksa siapa yang mengunjunginya pagi ini, karena Emma sudah menduga bahwa orang tersebut pasti adalah Park Chanyeol.

"Kenapa masih di sini?"

Chanyeol menaikkan sebelah alisnya tinggi begitu mendengar seseorang tengah berbicara -atau lebih tepatnya melontarkan pertanyaan yang entah ditujukan untuk siapa- melesat ke dalam telinganya. Chanyeol berbalik sambil memperhatikan sekeliling. Lalu mendapati Emma tengah berbaring di ranjang yang ditinggikan sambil menatap kosong jendela besar di depanya.

Banyak hal yang bisa terjadi dalam satu malam. Chanyeol akhirnya dapat memahami apa arti dari kutipan tersebut. Seperti sekarang ini, seharusnya Chanyeol masih berada di kamar hotel untuk bersiap berangkat ke lokasi shooting. Tapi siapa sangka ia malah sudah berada di Korea.

Dan juga tentang kondisi Emma. Chanyeol tentu masih ingat dengan jelas bagaimana gadis itu sangat terpukul dan menangis di pelukannya semalam. Dan ia menduga keadaan akan semakin bertambah buruk setelah Emma siuman dari bius yang perlahan memudar pasca operasi.

Tapi begitu melihat raut wajah tenang yang saat ini Emma miliki, Chanyeol sama sekali tidak punya ide bagaimana menyikapi hal tersebut.

Chanyeol kemudian melepaskan masker hitam yang menutupi setengah wajahnya lalu duduk pada kursi yang terletak di tepi ranjang Emma.

Married to Mr. ParkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang