CHAPTER - 26

179K 12.9K 2.1K
                                    





Disinilah Emma, duduk melipat kaki di atas ranjang dengan tatapan kosong, kemudian menangkupkan kedua telapak tangannya di wajah begitu kata-kata yang ia ucapkan pada Chanyeol berputar di kepala.

Aku juga merasakannya.

Saat itu Chanyeol menciumnya sekali lagi, namun tidak bertahan lama karena Emma buru-buru melepaskan diri dan berlari terbirit ke dalam kamarnya. Kalau dipikir-pikir untuk apa ia lari? Benar-benar menggelikan.

"Ya Tuhan, aku pasti sudah gila."

Selimut tebal ia kudungkan ke kepala lalu menghempaskan tubuhnya ke kasur dengan muka yang mendarat terlebih dahulu. Seumur-umur Emma tidak pernah menyangka bahwa Park Chanyeol punya perasaan semacam itu padanya.

Emma membalikkan badan, kemudian menatap langit-langit kamar sambil berfikir.

Apa itu artinya aku dan Chanyeol suami istri sungguhan sekarang?

Ia mendengus lalu menggeleng-gelengkan kepalanya, "Apa yang aku pikirkan."

Selimut ia tarik sampai batas leher. Sebelum memejamkan mata, sebelah tangannya terulur untuk men-set jam waker di nakas samping tempat tidur. Ia harus bangun pagi untuk berangkat ke sekolah besok.







--









Matahari muncul bertepatan dengan berakhirnya libur musim dingin yang diberikan oleh sekolah selama 1 bulan terakhir. Bagi sebagian siswa, hari pertama sekolah setelah libur panjang berlalu mungkin menyimpan semangat tersendiri. Namun untuk siswa tingkat akhir beda lagi.

Karena hari-hari neraka telah tiba.

Simulasi ujian kelulusan, praktikum, tambahan pelajaran, les privat, dan kegiatan lain yang berhubungan dengan belajar tidak lama lagi akan menyita semua waktu yang mereka miliki.

Emma keluar kamar setelah membersihkan diri dengan langkah hati-hati, takut membangunkan penghuni kamar sebelah yang tidak lain adalah suaminya. Namun sepertinya apa yang dikawatirkan Emma tidak akan terjadi. Rumah dalam keadaan sepi. Laki-laki itu tidak ada di kamarnya yang terbuka lebar.

Syukurlah.

Diam-diam Emma bernapas lega. Pergi dipagi buta adalah ide yang sangat brilian! Jadi Emma tidak perlu bersusah payah menyembunyikan mukanya di suatu tempat jika ia harus berhadapan dengan laki-laki itu.

Di sekolah pun keadaan tidak jauh berbeda dengan di rumah. Sepi. Tentu saja karena bel masuk baru akan berbunyi 1 jam yang akan datang. Maklumi saja. Ini hari pertama sekolah dan Emma punya energi berlebih untuk datang lebih awal.

Ia berjalan melewati koridor, berbelok ke kanan dan masuk ke dalam kelas yang sunyi. Hanya ada Ji Ae si kutu buku di sudut belakang dan Hye Ri yang menelungkupkan mukanya di meja sambil memasang headset.

Emma membuka sedikit jendela kaca di samping mejanya hingga hingga hembusan angin musim semi masuk ke dalam kelas. Perempuan itu menyunggingkan senyum samar. Ini adalah hari yang sempurna untuk memulai sesuatu yang baru. Lupakan hal buruk yang sudah terjadi, sekarang hanya ada satu tujuan di depan yang harus Emma raih.

Yaitu, lulus dengan nilai baik dan masuk jurusan kedokteran.

"Libur kali ini benar-benar membosankan ya? Kalian tidak rindu padaku?" suara gemelegar dari seseorang bertubuh gempal itu memecah kelas yang mulai ramai.

"Emma?"

Emma yang merasa namanya terpanggil kini mengangkat wajah dari buku yang ia baca.

"Woah, aku hampir saja tidak mengenalimu. Bagaimana bisa libur 1 bulan membuatmu tambah cantik saja?" laki-laki itu berseru mendekat dengan mata berbinar, kemudian menarik salah satu kursi untuk ia duduki, "Sedang baca apa?"

Married to Mr. ParkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang