CHAPTER - 18

170K 14.9K 1.7K
                                    

Chanyeol mengatur napas sesampainya di loby hotel. Ia sudah menghubungi Yoora. Meminta kakaknya untuk mendatangi rumah Emma dan memeriksa bagaimana keadaan gadis itu.

"Kau tenanglah. Jangan bertindak bodoh seperti meninggalkan hotel atau terbang ke Korea malam ini juga."

"Tapi..."

"Aku sudah menghidupkan mesin mobil dan langsung melaju ke rumah Emma. Tidak akan terjadi hal buruk. Percaya padaku, oke?"

Chanyeol menarik napas panjang lalu menghembuskannya keras, "Baiklah. Hubungi aku secepatnya."

Ia berbalik dengan bahu lemas dan raut wajah yang mendadak terlihat kusut. Pikiran-pikiran buruk masih bersemayam di dalam benaknya. Bagaimana jika terjadi hal buruk pada Emma?

Sesampainya di kamar hotel, Chanyeol malah tidak tahu harus melakukan apa. Jadi yang laki-laki itu lakukan sekarang hanyalah mondar-mandir tak tau arah sambil terlihat beberapa kali memeriksa ponsel. Siapa tau Yoora tiba-tiba menghubunginya.

Apa yang terjadi dengannya? Apa dia baik-baik saja? Pikiran-pikiran seperti itulah yang sekarang berputar di otak Chanyeol tanpa henti. Sungguh, jika saja ia memiliki kekuatan supranatural semacam teleportasi, saat itu juga ia ingin menemui gadis itu dan memastikan keadaannya. Tapi sayangnya semua itu hanya omong kosong.

Ponsel Chanyeol bergetar. Dan tanpa memeriksa siapa yang melakukan panggilan telepon lebih dulu, Chanyeol cepat-cepat menekan tombol hijau.

"Halo."

"Halo, Chan."

Chanyeol memijit pelipisnya begitu mengetahui si penelpon ternyata adalah Ga Young, "Hm, ada apa?"

"Kau tidak lupa dengan kencan kita 'kan?"

Chanyeol mengerutkan kening, "Oh?"

"Aku sudah berada di depan hotelmu. Cepat berpakaianlah yang rapi, aku sangat lapar asal kau tau," jawab Ga Young diselingi suara tawa.

Chanyeol menghela napas panjang. Benar, laki-laki itu baru ingat bahwa ia berjanji akan mengajak Ga Young kencan sebelum kekasihnya itu kembali ke Korea. Dengan berat hati Chanyeol akhirnya bangkit dari duduknya, "Baiklah."




--





"Apa maksud anda, dokter?" tubuh Yoora seketika menegang. Saat ini wanita itu tengah berada di ruang dokter untuk mendiskusikan kondisi Emma.

Dokter muda itu terlihat menghela napas dan jari-jari rampingnya meremas satu sama lain , "Gadis itu tidak boleh mempertahankan kandungannya."

Yoora menatap layar komputer dimana jari dokter itu sedang menunjuk, "Ini adalah kehamilan ektopik. Kehamilan ektopik terjadi ketika telur yang dibuahi tidak menempel dan tumbuh dalam rahim seperti pada umumnya, tetapi menempel dan tumbuh ditempat lain. Dalam kasus Emma, janin tersebut tumbuh di tuba falopi."

"Apa tidak ada cara lain untuk mempertahankan kandungannya?"

Doter itu menggeleng, "Jika kehamilan berlanjut, janin akan berkembang dan membesar dalam tuba falopi sehingga menyebabkan tuba falopi pecah. Pendarahan masif juga akan terjadi dan sangat berbahaya bagi nyawa ibu."

"Mohon diskusikan hal ini dengan sang suami secepatnya. Operasi harus segera dilaksanakan mengingat janin sudah menginjak usia 6 minggu."

Yoora tidak bisa berkata-kata. Ia berdiri dari tempat duduk lalu membungkuk sopan sebelum keluar dari ruangan dokter. Yoora mendudukkan dirinya di salah satu bangku di ruang tunggu. Tubuhnya melemas, ia tidak menyangka bahwa hal ini akan terjadi pada Emma. Tanpa menunggu lebih lama, ia segera mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Park Chanyeol.

Married to Mr. ParkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang