Ketika sampai di Seoul, Emma langsung menghempaskan tubuhnya di atas sofa panjang sambil memijit pelipisnya yang mendadak pening. Itu karena Emma berusaha begitu keras menolak berbagai pemikiran yang memenuhi kepalanya. Sekeras apapun perempuan itu berusaha, pikiran-pikiran tersebut tidak kunjung berhenti. Malah semakin datang secara bertubi-tubi.
Emma menghela napas berat. Hal semacam ini belum pernah ia alami sebelumnya. Dan semua ini terjadi karena satu alasan.
Yaitu Park Chanyeol.
Tepat setelah pemikiran itu melintas di benak Emma, ponsel di dalam tasnya berbunyi dengan nama Chanyeol muncul di layar utama.
Laki-laki itu melakukan video call.
"Halo."
"Halo." Emma menjawab sapaan itu, kemudian tersenyum simpul.
"Aku akan pulang sebentar lagi."
Perempuan itu terdiam. Pandangannya lurus ke arah ponsel yang sekarang menampilkan wajah suaminya tersebut. Mendengar suara Chanyeol, kenapa hatinya bereaksi berbeda? Kedua pelupuknya terasa panas dan Emma rasanya ingin meneteskan air mata saat itu juga, namun entahlah, ia tidak mengerti kenapa matanya seolah menolak untuk menangis.
Emma mendiamkan panggilan video itu cukup lama karena tidak tahu harus berkata apa. Ia juga tidak bisa memikirkan pembicaraan apa yang seharusnya ia lontarkan untuk memecah segala keheningan yang terjadi.
Otaknya mendadak kosong. Begitu juga hatinya.
"Emma."
"Ya?"
Selang beberapa saat Chanyeol bersuara kembali.
"Apa kau baik-baik saja?"
Emma tertegun menatap sosok yang hanya bisa ia lihat di layar ponsel tersebut selama beberapa waktu. Dan sejurus kemudian buru-buru membuang tatapanya ke arah lain ketika merasakan air mata jatuh mengalir di pipinya.
Astaga, kenapa aku menangis?
Emma mengusap air matanya kemudian menatap Chanyeol kembali seperti tidak terjadi apa-apa. Ketika tadi kedua matanya menolak untuk menangis dan hatinya bereaksi berbeda, kenapa sekarang hanya dengan mendengar kalimat tersebut mampu membuat air matanya mengalir dengan mudah? Kenapa?
Ia tidak bisa berhenti bertanya-tanya hingga akhirnya ada satu jawaban yang terbesit.
Emma telah jatuh cinta terlalu dalam pada laki-laki itu.
Hingga rasanya mustahil naik ke permukaan untuk mengambil napas meski hanya sebentar saja. Rasa ini membuatnya lelah dan terpuruk. Emma tidak tahu berapa lama ia bisa bertahan. Ia takut, jika ia bertahan tidak sesuai dengan kemampuannya, hatinya bisa hancur menjadi bagian-bagian kecil yang entah bisa kembali utuh atau tidak.
Dan sepertinya, sekarang inilah batas yang bisa Emma tahan. Sudah cukup. Ia tidak peduli dengan semua perubahan pada diri suaminya itu apapun alasanya.
Yang ia inginkan saat ini adalah bertemu dengan Park Chanyeol.
Kemudian memeluknya erat.
Emma menyeka kembali air matanya yang mengalir. Ia menarik napas dan mencoba mengendalikan suaranya agar tidak terdengar seperti menangis. "Aku baik-baik saja."
Namun ia gagal. Emma mengatakannya dengan nada bergetar.
Dan Emma dapat melihat perubahan ekspresi Chanyeol setelah ia berlaku seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married to Mr. Park
Fanfiction❝Aku menikah dengan artis paling songong se Korea Selatan karena sepucuk surat wasiat. Jika kalian ada diposisiku, yakin sanggup?❞ [2016 in Bahasa] [181113]🎖 1 in #Fanfiction [181013]🎖 2 in #Chanyeol [181025]🎖 2 in #EXO Cover by Abimanagara Avai...