1.7

120K 6.4K 26
                                    

Dinginnya hembusan angin malam membuat tubuh Bintang semakin membeku. Akhirnya apa yang ditakutkan dirinya bersama kawannya selama ini terjadi juga.

Keisha.

Satu nama yang tak akan pernah ia lupakan. Nama yang membuatnya hampir kehilangan sahabatnya. Karena gadis ini, sahabatnya itu juga mengalami self-injury. Dan dia tidak ingin mengingat ngingat itu lagi, masa dimana Junario sangat terpuruk hanya karena gadis tidak tahu malu ini.

"Bintang? L-lo Bintang kan?" Ucap sang gadis tak kalah shock dengan Bintang.

Seketika itu Bintang tersadar dari lamunannya. Cowok itu tetap diam saat gadis didepannya bertanya.

"B-bintang?" Tanya gadis itu lagi, ia mencoba mendekati Bintang tetapi cowok itu memilih untuk menjauh. Entah kenapa emosi Bintang tiba-tiba saja memuncak mengingat sekelebat kejadian tiga tahun silam, akhirnya Bintang berusaha membuka percakapan setelah beberapa detik terasa sangat sesak bagi Bintang, seakan udara disekelilingnya hampir habis.

"Mau apa lo? Ngapain balik lagi? Belum puas nyakitin temen gue?" Tanya Bintang sakartis.

"Dengerin penjelasan gue dulu Bintang," ucap gadis itu mencoba mendekatkan diri lagi.

"Ga ada yang perlu dijelasin, semua udah terlalu jelas Kei," ucap Bintang mencoba menahan emosinya kemudian melangkah hendak pergi namun tangan Keisha menahan Bintang hingga ia berhenti melangkah.

"Lepas." ucap Bintang dingin.

"Oke! kalo lo emang ga mau dengerin penjelasan gue, gue cuma pengen satu hal sama lo. Please?" ucap Keisha sedikit memohon, tangannya masih menggenggam lengan Bintang kuat.

Rahang Bintang mengeras, susah payah ia menahan emosinya agar tidak meledak disini. Bintang melepaskan genggaman Keisha dan berbalik sambil menatapnya seakan berkata 'apa?'

"Ju-junario. Dia dimana?"

"Lo ga perlu tau dia dimana!"

"Gue perlu Bintang! Gue mau jelasin semuanya! Gu-gue sadar kalo gue udah kelewatan," ucap gadis itu sambil menyeka air matanya yang baru saja menetes.

"Dan ngebiarin temen gue kehilangan kontrolnya lagi? Gak! Lo itu bullshit! Gak ada yang perlu dijelasin dan ga ada yang butuh penjelasan lo!" ucap Bintang diakhiri dengan senyum mengejek, dan saat itu juga ponselnya berdering. Baru saja gadis itu akan membuka mulutnya lagi tetapi tertahan karena deringan telepon.

Papa calling.......

"Sorry gue buru-buru," Bintang segera melepaskan cekalan tangan gadis itu ditangannya kemudian melangkah pergi sambil mengangkat telponnya.

************

Tiga hari berlalu semenjak kejadian tersebut, Junario yang mengenal Bintang dengan baik membatin bingung saat sahabatnya yang satu itu tidak berulah seperti biasanya. Dan kali ini ia ingin menghibur sahabatnya itu.

"Sssttt... Tang, Bu Siska noh," Junario menyenggol lengan Bintang agar melihat apa yang dilihatnya saat ini.

"Warna merah cuy!" Sahut Bryan. Entah ini sengaja atau tidak tapi setelah Bryan mengucapkan itu, orang yang diomongkan berjalan dilebih-lebihkan sambil menahan senyum.

"Wanjir jalannya.." Ucap Junario berbisik ditelinga Bintang dengan tujuan agar sahabatnya itu tersadar dari lamunannya. Biasanya jika ada yang seperti ini, Bintang yang pertama maju. Bahkan mencuri start, tapi kali ini ada yang aneh dari sahabat Junario itu.

"Lo napa sih? Dari tadi diem mulu, ngelamun ga jelas mulu, kesambet ga tanggung gua ye," ucap Junario yang mulai kesal dengan diamnya Bintang. Tak lama kemudian terdengar lengkingan suara dari jauh, tapi tetap saja terasa sangat menyiksa telinga dan suara ini berhasil menyadarkan Bintang.

The Most WantedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang