2.3

125K 6.4K 433
                                    

Kerlap kerlip lampu memperindah kota Jakarta pada malam hari, tetapi tidak dapat mengalahkan bulan yang sepertinya sedang berbahagia dengan memancarkan cahaya dari bintang yang cukup terang malam ini. Setidaknya pemandangan itu mengingatkan ia pada sang mama.

Apa kabar Ma?

Junario ga lagi ngambil keputusan yang salah kan Ma?

Renatha emang taruhan dan bener kan kalo Junario berhasil ngedapetin dan ninggalin gitu aja?

Tapi kenapa rasanya sakit Ma? Hampir sama waktu Mama pergi ninggalin Junario.

Junario harus gimana Ma? Rio kangen Mama.

Junario menanyakan itu semua didalam hati sambil menatap bintang yang paling terang. Pikiran cowok itu terus berputar. Apakah setelah ia berlaku brengsek seperti kemarin Renatha masih akan menunjukkan senyuman manisnya itu? Apakah Renatha masih bersedia untuk memaafkannya? Dari ketinggian tempat Junario berdiri saat ini, ingin rasanya ia berteriak dan melepaskan beban yang ada. Hembusan angin malam terus menerpa wajah sempurna Junario. Raganya mungkin disini berdiri dengan kokoh namun tidak dengan hati dan pikirannya yang menerawang dengan liar pada satu gadis yang ia lihat tadi sore.

Kenapa hatinya seperti ini?

Sentuhan pada bahunya membuat Junario tersadar lamunannya dan membalikkan badan, menampakkan wajah gadis cantik yang sangat dikenalnya.

"Kenapa disini? Ayo masuk, papa kamu udah nungguin didalem," ajak Keisha. Junario terdiam sejenak, kemudian menganggukan kepalanya sebagai jawaban.

Malam ini adalah pesta perayaan ulang tahun Keisha yang dirayakan disebuah ballroom hotel ternama di Jakarta yang dihadiri kebanyakan kolega-kolega bisnis ayahnya, tak terkecuali ayah Junario. Maklum karena memang Keisha tinggal di Amerika selama tiga tahun jadi tidak terlalu banyak temannya yang diundang.

"Junario kamu nggak makan?" Tanya wanita yang sudah berumur, meskipun begitu kecantikannya bagaikan tidak pernah luntur dan kecantikannya pun menurun pada anak semata wayangnya, Keisha.

"Iya tante, udah tadi," jawab Junario sopan.

"Kamu sama Keisha cocok deh," Junario hanya menyunggingkan senyumnya tak tau harus menjawab apa.

"Kamu sama Junario sekarang gimana?" Ganti mamanya bertanya dengan Keisha.

"Hah? Gimana apanya ma?" Jawab Keisha tampak gugup namun pipinya tampak memerah.

"Ya hubungan kalian."

"Baik-baik aja tante," jawab Junario langsung karena ia tau maksud dari pertanyaan mamanya Keisha.

"You both still together, right?" Bersamaan dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh mamanya Keisha, handphone Junario berbunyi menandakan telpon masuk.

"Maaf tante, saya permisi sebentar," pamit Junario yang langsung dihadiahi tatapan tajam dari ayahnya yang berada disebelahnya.

Setelah merasa sudah cukup jauh dari jangkuan pendengaran, Junario mengangkat telponnya dan melihat id call nya.

"Halo."

"Lo dimana?" Terdengar suara yang sangat familiar ditelinganya.

"Di rumah," jawab Junario bohong tentunya.

"Out yok!" ajak Bintang.

"Bryan udah sama gue nih," tambah cowok itu lagi.

"Oke 10 menit lagi gue nyusul," setelah itu sambungan telpon terputus. Junario hendak membalikkan badan nya namun ia sedikit kaget karena Keisha sudah berdiri diujung pintu yang menghubungankan langsung dengan ballroom dan teras ballroom tempat Junario saat ini.

The Most WantedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang