2.6

117K 5.8K 191
                                    

"Kalian udah ngerti kan apa yang harus kalian kerjakan?" Tanya seseorang pada gerombolan laki-laki berbaju serba hitam itu.

"Siap bos," jawab salah satu diantara mereka disertai anggukan mantap.

"Oke, ini uang mukanya. Sisanya nanti kalo tugas kalian udah beres sesuai yang diperintahkan. Ngerti?" Seseorang itu menyerahkan amplop tebal berwarna cokelat pada perwakilan mereka. Sedangkan yang menerima amplop tersebut tersenyum puas.

"Kami pasti menyelesaikan masalah ini dengan cepat dan tidak akan mengecewakan bos," janji mereka.

"Bagus kalau begitu. Ingat, jangan sampai meninggalkan jejak!"

See? No one could've you, babe

*********************

"Sayanggg,"

"Ih ko diem terus sih, kan aku uda minta maaf,"

"io berisik tau ga?" Sahut cewek yang sedang memangku laptop berlogo buah itu.

"Ya salah sendiri pacar dikacangin," ucap Junario yang sekarang sedang mencoba untuk menarik perhatian kekasihnya yang lebih tertarik dengan benda lipat berbentuk persegi panjang itu.

"Aku tuh lagi pusing tau ga? Kalo aku ga keterima di universitas nya gimana? Emang kamu mau punya pacar cuma lulusan SMA? Engga kan? Makanya daripada ngoceh mulu dari tadi, mending sekarang bantuin aku berdoa sama cari referensi soal SBMPTN. Kamu mah enak udah ada pegangan," omel Renatha pada Junario, sedangkan cowok itu yang melihat kekasihnya seribet ini hanya terdiam sebentar lalu kembali memeluk pinggang Renatha.

"Ya kalau ga keterima ya langsung aja daftar ke perusahaan aku, ntar langsung aku ACC. Tapi bukan sebagai karyawan," tawar Junario, Renatha yang mendengar itu mengerutkan dahinya bingung.

"Lah terus?" Tanya Renatha penasaran.

"Pendamping hidup," ucap cowok itu tersenyum sambil menaik turunkan alisnya, sedangkan Renatha masih menatap Junario dengan tampang polos alias tidak mengerti. Junario yang menyadari itu memutar kedua bola matanya, punya pacar lemot juga ada untungnya. Melatih kesabaran.

"Ya kalau kamu yang daftar, langsung Junario terima sebagai pendamping hidup, yang nyiapin baju sama makanan setiap hari, yang makein dasi, dipanggil mama sama anak-anak aku kelak, usaha bareng-bareng gimana caranya mendidik anak yang baik, nemenin Junario sampai rambutnya putih semua, kulit keriput, sama ntar jadi gampang lupa. Gitu, paham?" Jelas Junario sambil menatap Renatha, sedangkan gadis itu yang baru menangkap maksud Junario pipinya langsung memerah.

"Dih merah," goda cowok itu sambil menoel pipi kekasihnya.

"Apaan dih," elak Renatha sambil menepis tangan Junario.

"Cari makan yuk? Laper nih," ajak Junario sambil menarik tangan Renatha.

"Makan mulu kamu tuh ya, sekali ngajak mesti makan," gerutu Renatha.

"Aku ajak nikah mau?"

Mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Junario Renatha menjadi salah tingkah dan akhirnya mau tak mau ia menurut lalu beranjak dari duduknya.

"Laptopnya taruh lah," ucap Junario saat melihat kekasihnya akan menenteng benda itu. Hampir saja Renatha membuka mulutnya tapi didahului oleh Junario.

"Ngga, pokoknya taruh. Ntar yang ada kamunya malah suap-suapan sama laptop," mendengar itu Renatha mengerucutkan bibirnya.

"Siniin tangannya," ucap Junario pada Renatha, namun gadis itu memilih untuk berpura-pura tidak mendengarnya.

"Bibirnya itu biasa aja bisa ga? Jan dimanyun-manyunin gitu, tambah jelek dih," goda cowok itu dan dia berhasil mendapatkan pukulan di lengannya.

******************

The Most WantedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang