Hari demi hari berlalu, angka yang menandakan tanggal berganti dan terus bertambah. Sejak kejadian kemarin hubungan Junario dan Renatha semakin merenggang, tidak ada sapa sedikit pun diantara mereka ketika bertemu bahkan mereka terkesan saling mengacuhkan satu sama lain. Seiring berjalannya waktu Renatha sudah terbiasa tanpa Junario, kembali menjalani harinya seperti dulu sebelum Junario mengenalnya.
Hari ini hari terakhir seluruh kelas dua belas SMA 45 Bina Bangsa melakukan ujian sekolah. Azka keluar dari ruang ujian disusul Junario dibelakangnya. Di ujung lorong tampak Bintang dan Bryan sudah menunggu mereka berdua.
"Rumah lo ya?" Ujar Bintang kepada Junario.
"Apaan?"
"Yah ga asik lo, udah lama kita ga kumpul."
"Udahlah ayok" ucap Bryan sambil menyeret tas yang dipakai Junario hingga cowok itu ikut terseret.
"Anjing! Lepas nyet!" Umpat Junario, mencoba untuk menjauhkan tasnya dari tangan usil Bryan. Tapi tetap saja sia-sia.
"Iya Iya ke rumah gue tapi lepas dulu bego!"
"Bagusss."
**********
Satu-persatu mereka memarkirkan motornya di depan garasi milik Junario. Mereka melepas helmnya sambil sesekali tertawa karena membicarakan hal yang konyol. Melihat mobil jazz berwarna putih terparkir didepan pintu utama rumahnya, Junario terdiam. Ia seperti mengenali mobil itu, dengan penasaran ia pun langsung masuk kedalam rumahnya.
"Hahahhah, sekarang coba nama Bintang kalo diganti u semua," ucap Bryan di sela-sela tawanya.
"Buntung dong! goblok! Selametan lu ganti nama anak orang sembarangan!" ucap Bintang tidak terima sedangkan Bryan semakin memegangi perutnya. Berbeda dengan Azka yang tertawa tapi tidak sekeras Bryan.
"Receh lo!" Ucap Azka sambil sedikit tertawa.
"Haduh, Yo, liat noh temen lo hahahahah," ucap Bryan sambil menggapai gapai sebelahnya -tempat Junario berdiri-. Merasa bahwa rengkuhannya itu sia-sia Bryan akhirnya menoleh.
"Yo?" Panggilnya seperti orang linglung. Dan kemudian timbullah tawa dari kedua temannya.
Anjir, Junario ngilang.
Sudah menjadi kebiasaan mereka-the most wanted-saat memasuki rumah Junario, sebenarnya bukan hanya Junario namun semua rumah yang pernah mereka kunjungi. Mereka akan langsung masuk tanpa mengetuk pintu atau sekedar mengucapkan salam terlebih dahulu. Mereka melihat punggung Junario yang berdiri tidak jauh dari pintu rumah.
"Hahahah, om bisa aja."
Bryan, Bintang, Azka menegang menghentikan langkah. Mereka mengetahui siapa pemilik suara itu. Mereka kemudian menyamakan langkah dengan Junario.
"Hai," sapa Keisha saat gadis itu melihat Junario dan teman-temannya.
"Eh hai juga," jawab Junario namun Bryan, Bintang, dan Azka malah menatap Keisha dengan pandangan yang berbeda-beda sampai deheman papa Junario membuyarkan suasana yang sempat menegang ini.
"Wah om Arya, siang om," sapa Bintang mengangguk sopan.
"Siang Bintang, tumben kesini," ucap Arya dengan mengangkat satu kakinya untuk bertumpu ke kakinya yang lain.
"Iya om biasa main," Bryan menjawab sambil menampilkan cengiran nya. Arya kemudian mengangguk, tanda mengerti.
"Sini duduk dulu."
"Nggak usah, kalian langsung ke atas aja," Junario menyela, kemudian mereka bertiga menuruti Junario ke atas menuju kamar cowok itu.
"Duduk Rio!" ucap papanya sedikit tegas. Malas berdebat akhirnya sang anak mengikuti ucapan papanya tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Most Wanted
Teen FictionDia namanya Renatha Ardania, tapi biasanya kalo di kelas panggilannya blurryface, karena apa? Karena katanya sih ya kalo di kelas dia gak jelas gitu, suka menyendiri, pinter juga engga. Tapi jangan salah, dibalik itu semua dia punya satu hal yang ng...