01 : Pertemuan

2.6K 156 20
                                    

26 Scorpio 544 :

Seorang pelayan pribadi Pangeran Derrel berlari menghampiri majikannya di taman Kerajaan Angellia yang indah. Penuh hamparan mawar putih tanpa duri di batangnya.

Mereka menyebutnya Mawar Surga. Mawar yang hanya tumbuh di tanah Kerajaan ini. Bercahaya saat doa-doa yang baik diucapkan oleh semua malaikat bersamaan.

Pelayan cantik itu bernama Aira Liefa. Ia juga Pelayan yang merangkap menjadi sahabat Derrel sejak kecil.

"Hormat saya untuk anda Pangeran..." Aira membungkuk hormat, lalu dibalas anggukan oleh Derrel tanpa menoleh. "Semoga anda bahagia selalu..."

Aira tertegun saat bangkit dan melihat wajah tampan majikannya yang diterpa sinar mentari pagi, angin semilir dan dedaunan gugur.

"Aira... Aku malu kalau terus ditatap se intens itu."

Dengan pipi bersemu merah, Aira ragu untuk berjalan maju. Dengan langkah kecil sampai menggemerisikkan rerumputan, Aira berjalan mendekati majikannya.

Perasaannya sejak kecil tak pernah berubah.

"Ma.. maaf Pangeran..."

"Sudah kubilang berapa kali Aira..." Masih dengan wajah menghadap matahari terbit, Derrel mengerlingkan mata ke ujung mata kanannya. "Panggil aku Derrel. Bisa kan ?"

Senyum ramah itu...?

Duh, apa yang harus aku lakukan ?

Buru-buru Aira menepuk-nepuk kedua pipinya. Melihat hal itu, membuat Derrel menahan tawa.

"Imutnya..."

"Apa Yang Mulia ? Anda mau minta sesuatu ?" Tanya Aira dengan polosnya.

"Memangnya namaku Yang Mulia ?" Sindir Derrel. Ia berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Tidak..." Suara Aira semakin pelan. Ia menunduk semakin dalam saat Derrel bangkit berdiri, lalu berjalan mendekatinya. Hingga jarak mereka tinggal selangkah lagi, Aira melangkah mundur.

"Aku hanya ingin melakukan sesuatu." Kata Derrel berusaha berkata sesopan mungkin. "Boleh kau angkat dagumu ? Aku ingin melihatmu. Ingat, ini perintah !" Tegasnya. Padahal tadi meminta izin.

Dengan ragu, Aira mendongak. Tingginya dan Pangeran Derrel berjarak 20 cm.

"Imutnya..." Gemas Derrel berjalan mendekat, lalu meremas kedua pipi Aira yang kenyal.

Aira tak tahu harus apa. Cubitan itu tak menyakitkan. Melihat wajah Derrel sedekat ini membuat jantungnya berdetak hebat.

Cubitan berubah menjadi usapan lembut.

Semakin dekat, Derrel semakin mendekatkan wajahnya, lagi, lagi, dan lagi sampai bibir mereka berjarak sesenti.

Huuh !!

Derrel meniup pelan bibir merah pelayannya, lalu menjauh beberapa langkah sambil tersenyum simpul dan melipat tangan di balik punggung.

Aira mematung. Ia tak berharap banyak karena ia masih gadis polos yang tak berpikiran macam-macam. Tapi kenapa...

Ia ingin Pangeran Derrel meneruskan 'itu' ?

"Apa kau tak marah Aira ?!" Sindir Derrel di kejauhan. "Aku hampir mencuri ciuman pertamamu lho !" Lalu berlari mundur sambil terkikik geli. "Ayo kejar aku, ini perintah !!" Teriaknya sambil melambaikan tangan. Lalu berbalik badan, berlari kecil, dan tersenyum lebar.

Aira tak tahu harus apa. Pelayan sepertinya bisa apa selain melaksanakan perintah tuannya ?

Ia pun berlari kecil sambil menatap punggung tegap majikannya di kejauhan.

Malaikat Dan Iblis [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang