18 : Kebenaran di Masa Sekarang

773 44 32
                                    

09 Sagitarius 544 ...

Alice :

Hari sudah melewati tengah malam. Seharusnya aku tidak berhenti berlari dengan nafas memburu. Seharusnya aku terus beelari dan memeluk erat Erel versi kecil. Tapi kami malah berdiri sambil melihat mayat ibunya yang ditusuk tombak tepat di jantung. Bahkan kepalanya terbelah menjadi dua dan terpisah dari leher. Erel menangis sambil memelukku dan menyembunyikan wajahnya. Dan aku malah syok berat. Tak mampu menenangkan.

"Semoga kau selalu melindungi kami, Melia..." Doaku yang disambut langsung oleh cahaya keperakan yang menghiasi seluruh tubuhku. Lalu cahaya itu bergumul di depanku dan memadat, menampakkan sosok wanita cantik bernama Melia. Wanita berambut putih keperakan.

Sayapnya yang putih berkilau keperakan terbuka lebar. Aku melihatnya dan baru menyadari betapa lebarnya sayap Kak Derrel tadi.

Apa... Kak Fion, Kak Dara dan Kak Derrel baik-baik saja ?

"Melia, turunkan hujan di desa ini ! Sambil mencegah siapapun mendekatiku."

"Baik, Alice."

Melia lalu mengeluarkan Tongkat Bulan miliknya untuk berhadapan dengan monster-monster itu. Petir keperakan menghiasi tongkat selengan itu. Aku langsung berbalik sambil terus menggendong anak berusia 6 tahun ini. Erel menangis, tentu saja, tapi anak itu masih berusaha tegar. "Kak Alice. Erel mau turun. Ayo lari bersama."

Aku mengangguk, lalu menurunkannya dari gendonganku. Erel ternyata punya kaki lincah yang luar biasa. Bahkan ia mampu menyeimbangkan langkah kakiku yang lebih lebar darinya. Saat aku ingin menggandeng tangannya, ia menolak. Tak mau menghambatku.

"Apa kakak tahu di mana ruang bawah tanah desa ?"

"Bibi, ibunya Erel, yang beritahu Kak Alice tadi."

"Syukurlah... Makasih Sang Penguasa." Katanya, lalu tersenyum lebar ke arahku. Aku menatapnya. Ia ternyata tegar. Benar-benar tegar.

Tunggu dulu....

Sampai sekarang, kenapa aku tak melihat keberadaan Spico ?

Ke mana dia ?

• • •

09 Sagitarius 544 :

Desa Pisces, Kerajaan Bintang.

Spico :

Hari tepat dini hari. Sejak kemarin pagi aku menghilang dari pandangan Derrel dan yang lainnya. Aku punya firasat buruk. Pangeran Diro, kakaknya Dara, berhasil memusnahkan monster yang menyerang Desa Pisces. Tapi aku tak bisa sepenuhnya percaya. Dunia ini terlalu banyak rahasia dan kebohongan yang membuatku sulit percaya akan apapun atau siapapun.

Bahkan rahasia yang paling disembunyikan dunia dari Sang Pangeran Kedua, aku juga tahu.

Jadi aku kembali dengan sayap Peri milikku. Sayapku ada dua versi, dan aku selalu menggunakan bentuk biasa agar tak ada yang mencurigaiku.

Dan saat aku berada di Desa Pisces, syukurlah semua baik-baik saja. Tapi...

Tepat di malam hari kira-kira pukul sebelas malam, penyerangan datang. Bahkan Peri Penyihir juga ikut campur.

Dan sampai sekarang, tak ada habis-habisnya. Aku tidak bertarung, hanya menggunakan sihir pemulih tenaga dengan bahasa Alad.

Dan beberapa menit lalu, terpaksa aku harus bertindak.

Keputusanku ini, hanya Fion yang tahu. Kalau yang lainnya tahu, mereka akan merasa sangat bersalah dan aku tak ingin mental mereka terganggu.

Sayang...

Malaikat Dan Iblis [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang