02 : Kejutan

1.7K 125 9
                                    

26 Scorpio 544...

"Kami ingin pergi ke Kerajaan Eviliry." Jawab Derrel setelah Fion bertanya.

"Ah ya.. kita belum berkenalan, bukan ?" Lanjut Derrel dengan senyum ramah. "Namaku Derrel dan di sampingku ini adalah sahabatku, Aira. Semoga kalian bahagia selalu..."

Aira dan Derrel menyalami Fion bergantian. Tapi Dara hanya cuek-cuek saja sambil melipat tangan di dada.

"Namaku Fian, sementara adikku ini adalah Dira." Jawab Fion sambil menunjuk dirinya lalu Dara. Ia berpura-pura senyum. "Se-semoga kalian ba-bahagia juga..."

Memang benar kalau Iblis sulit sekali mendoakan makhluk lain, termasuk sesama rasnya sendiri.

Benar kan ?

Mereka sekarang berada di salah satu pohon rindang dekat pasar, duduk bersama. Tepatnya di bawah lindungan pohon Melia besar, yang dipenuhi buah-buah berbentuk bulat kecil dan berwarna keperakan layaknya cahaya bulan. Buah Melia adalah buah berkah dan obat bagi malaikat, tapi beracun bagi para iblis dan ras lainnya.

Dara benci buah dan sayur, ia lebih suka daging mentah apa saja kecuali dagingnya sendiri. Sementara Derrel sebaliknya, ia tak suka daging apapun kecuali ikan.

"Kenapa harus pergi ke sana? Bukankah di sana itu berbahaya ?" Tanya Dara sinis.

Saat ia bicara, Rilia merasa sangat ketakutan. Pepohonan seakan membisiki sesuatu yang tak baik kepadanya. "Apa anda ini malaikat ?" Tanya Rilia ragu.

"Ya ! Dan aku tak suka kalau pertanyaan ku tak dijawab." Ketus Dara.

Derrel cukup peka dengan kekhawatiran Rilia. "Tingkahmu tak mencerminkan seorang malaikat. Bisa tunjukkan sayap Malaikat-mu padaku ?" Tanya Derrel sopan, seperti biasanya.

Dara menatap intens mata Derrel. Tatapan itu membuatnya jatuh sendiri ke dalam sebuah perasaan aneh.

Deg !!

Tunggu ! Pikirnya. Apakah aku, seorang iblis, malu ?!

Terkutuk sudah diriku ini !!

Dara menelan ludah sambil meraba dadanya. Susah untuk melepas pandangan dari pemuda di depannya. "Maaf... Sama seperti Yang Mulia kita semua, Pangeran Derrel, saya juga tak bisa mengeluarkan sayap..."

Fion terkejut. Sikap pemalu dan ramah seperti saat ini hampir jarang diperlihatkan nonanya. Kerajaan Angellia memang dipenuhi keajaiban. Pikirnya.

"Benarkah ?" Tanya Derrel hati-hati. Di dalam dirinya, ia takut menyakiti gadis malaikat yang bernasib sama sepertinya.

Sayangnya, ia salah sangka.

Dara kembali menatap 'sendu' bola mata keemasan milik Derrel. Berusaha semeyakinkan mungkin. Ia tersenyum simpul, berusaha menahan tawa melihat betapa bodohnya seorang Malaikat yang satu ini.

"Kalau begitu kita senasib." Kata Derrel.

"Apa ?" Respon Fion.

"Hah ?" Respon Dara.

"Kenapa ?" Tanya Derrel dengan wajah polosnya.

Dara dan Fion saling melirik. Lalu Dara mengerlingkan matanya lebih tajam lagi. Ia mengepal kedua tangannya, mengingat betapa kejamnya doa yang dilontarkan Putri Malaikat ke kakak laki-lakinya.

"Oh... Begitu. Kalau seperti itu bagus dong." Gerutu Dara.

Aira merasakan sesuatu yang ganjil dalam diri Dara.

Dendam dan amarah.

"Kapan kalian akan pergi ?" Tanya Fion sambil tersenyum.

Derrel menyahut. "Hari ini, jika ayah mau meminjamkan kereta kudanya. Ngomong-ngomong, asal kalian dari kota mana ?"

Malaikat Dan Iblis [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang