08 : Angelis dan Darkey

1.2K 88 14
                                    

Sang Penulis :

Dara bingung bukan main.

Ia melihat sebuah rumah yang di beri Pembatas Mawar Surga di sekelilingnya. Rumah itu terkesan kotor, berantakan, tapi tetap kokoh berdiri dengan jendela-jendela dan pintu yang retak serta pecah.

Halaman rumahnya pun dipenuhi tanaman rambat dan liar, rumput memanjang, serta dikelilingi hewan-hewan melata.

Satu hal lagi,

Mari kita sebut Dara di sini adalah Pangeran Derrel.

"Ini adalah tempat tinggal Keluarga Angelis, Pangeran Derrel." Lirih Aira sambil menunjuk rumah rusak yang masih dikelilingi aura kelam dan bau anyir darah.

Derrel---yang dirasuki Dara---pergi ke Kota Zafkiel. Kota ini berada di sisi Tenggara Kota Angellia. Kota ini adalah kota kelahiran Aira, karena itulah Aira tahu sedikit tentang Keluarga Angelis.

Mereka berdua kemari menaiki kereta kuda Kerajaan dan dikawal oleh sepuluh Pengawal dan sekelompok Malaikat Pembantai.

*Malaikat Pembantai, malaikat yang membunuh malaikat lain untuk kepentingan Kerajaan Angellia. Sayap mereka berwarna abu-abu gelap dan berkilau. Keahlian mereka terletak pada argumen dan senjatanya.

Beberapa penduduk Kota Zafkiel menunduk hormat pada Derrel setiap kali mereka berpapasan dengan Derrel.

Tentu saja karena penampilan Derrel lebih mencolok, mewah dan terkesan lebih gagah dari yang biasanya--terkesan ramah dan lemah lembut.

Entah karena apa, Raja Gio tak lagi mengekang Derrel. Ia justru memberikan tugas-tugas ringan dahulu padanya. Seperti mengawasi Kota Zafkiel yang rentan akan penyusup. Maklum, kota ini berbatasan dengan Desa Taurus yang ada di Kerajaan Bintang.

Dara yang berada di raga Derrel sedikit bingung dengan tingkah dan arah pembicaraan Aira. "Untuk apa kau menunjukan semua ini padaku ? Bukankah ayah menyuruh kita berkeliling kota ini dan menangkap penyusup yang datang dari Desa Taurus ?"

Aira bingung dengan sikap Derrel pagi ini. Bahkan saat tadi terbangun, Derrel berteriak histeris melihat tangannya menggenggam tangan Aira. Seperti jijik dan tak mau dekat lebih dari semeter dengan Aira.

Pelayan cantik itu bingung, sedih, sesak, dan sakit hati.

"Tapi Yang Mulia. Keluarga Angelis... Anda..."

"Sudah. Lupakan saja. Kita pergi, bantai semua penyusup yang ada di kota tercinta ini." Ketus Derrel, lalu menudungkan kepalanya dengan tudung jubah putihnya.

Aira menyimpul senyum paksa, lalu mengangguk lirih.

. . .

Di Kerajaan Eviliry...

"Anda sudah mendingan Tuan Putri ?"

Derrel--di dalam diri Dara-- merasa pernah melihat perawakan dan mendengar suara gadis dengan julukan Iblis Merah ini.

Eh ?

Saat gadis itu menyingkap tudung jubahnya, alangkah terkejutnya Derrel karena gadis itu...

Gadis berambut merah yang selalu memanggil-manggil nama Dara semalam.

"Siapa dirimu ini ?" Tanya Dara curiga. "Bagaimana kau bisa ada di dalam istana malam itu ?"

Fion yang berada di samping Dara menyeringai jahil sambil merangkul bahu Iblis Merah itu. "Dia ini Alice... Adikku... Anda beneran lupa ya ?"

"Adikmu ?" Tanya Dara sekali lagi. Ia sedikit heran sambil menunjuk gadis mungil yang tingginya tak melebihi Dara. "Alice.... Darkey ?"

Gadis bernama Alice itu mengacungkan jari telunjuk dan tengah ke samping pipi kanannya. "Salam penuh Kehancuran, Tuan Putri Dara !"

Malaikat Dan Iblis [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang