14 : Menemui Kehidupan

837 53 17
                                    

03 Sagitarius 544 :

"Kehidupan yang abadi tengah membuka diri, membasmi para penghuni neraka dan memakan mereka sampai yang tersisa hanya lolongan rasa sakit.... Kematian, datanglah atas nama Sang Kehidupan !"

Mantera tanpa bahasa Tigia itu menggema, seakan memenuhi seluruh telinga semua makhluk.

Para Peri Penyihir dibuat kesal dan gemetar karena mantera yang terkesan biasa itu.

Bukan, itu bukan mantera...

Itu hanyalah KATA PERINTAH dari seorang Peri Kehidupan yang lainnya....

Spica.

"Menyebalkan, bagaimana bisa kau menyuruhku ke pertarungan runyam ini Spico ?!" Seru Spica. Sayang, hanya suaranya saja yang mampu dirasakan semua makhluk. Dari mulai para Peri Penyihir sampai para Iblis.

Sementara itu...

Derrel melihat tatapan hina Dara padanya menjadi seringai tipis nan licik. Lalu ia mengendikkan dagu ke arah Vicko Lordin. Derrel mengerlingkan matanya, melihat Vicko tengah tersenyum padanya.

Ada yang aneh di sini.

Batin Derrel bingung sambil memasang wajah bingung.

"Demi Pemilik Kehidupan, matilah kalian.... !"

Suara itu menggema lagi.

Suara dari Sang Kehidupan yang memiliki senjata paling kuat.

Dia adalah Spica, salah satu Pelayan Bintang yang mendampingi salah Anggota  Sang Bintang.

Yaitu Sang Virgo.

Fion dan Melia berdiri berdampingan. Fion melipat tangan di dada sambil menghela nafas bosan, sementara Melia hanya tersenyum manis. Menatap seorang Fion Darkey, betapa hebatnya ia dalam hal strategi.

Di sisi lain, Alice dan Ellia terkekeh melihat seluruh Prajurit Kematian luluh lantak.

Apakah pertarungan yang mereka alami percuma ?

Tidak.

Justru itulah rencana mereka dari awal.

Menghabisi seluruh Prajurit Kematian sebelum Fion dan yang lainnya pergi ke kerajaan lain.

Para Peri Penyihir beserta naga tunggangan mereka sedikit was-was. Dan walaupun Spica adalah Pelayan Bintang yang memang tak bisa ditatap siapapun, entah kenapa suaranya bisa didengar dan nampak berbahaya.

Lautan mayat dengan darah hitam berbau busuk sukses membuat Derrel menahan muntah. Bukan karena ia pengecut atau penakut, tapi ia benar-benar tak terbiasa dengan semua kejadian tragis ini.

Dan bodohnya.

Hanya Derrel seorang yang tak tahu rencana Fion.

•••

27 Scorpio 544...

Dara Evilion masih tertidur di ranjangnya. Fion hanya bisa menghela nafas sambil menatap wajah cantiknya sekaligus menjaga gadis yang sudah dianggapnya adik sendiri.

Alice kini berdiri di samping Fion. "Kak, aku mau minta izin Ratu Vienny buat ikut Pertandingan Iblis di Kota Demonia nanti. Aku ingin berlatih !" Seru Alice senang.

Fion terkekeh pelan sambil mengacak pucuk kepala adiknya. "Jangan sampai kamu kenapa-napa. Maaf, karena kamu tinggal denganku... Seorang Iblis rendah, kamu harus menerima perubahan sayap malaikat-mu."

Alice mengelus tangan besar kakaknya yang ada di atas kepalanya. "Kak, sebaiknya aku pergi."

Keduanya saling tersenyum, merasakan kasih sayang keluarga yang sudah lama dirindukan.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Malaikat Dan Iblis [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang