16 : Putaran Waktu

686 52 6
                                    

Maaf kalau up-nya pelan kayak siput.

Happy reading !! 😘

• • •

07 Sagitarius 544 :

Istana Kerajaan Angellia...

Diana Angellion tengah duduk di balik meja kerjanya. Tumpukan kertas perlahan tapi pasti mulai merusut. Banyak sekali yang harus ia urus, belum lagi tes untuk menyeleksi serta pelatihan anggota tetap Malaikat Pembantai, Pengawal Kerajaan, maupun prajurit.

Ia harus mempersiapkan semuanya dengan matang, sebelum perang yang sebenarnya akan terjadi.

Tiba-tiba ia teringat sesuatu sambil berhenti menandatangani dokumen Kerajaan, lalu memasukkan pena bulu angsa itu, dan menstempel salah satu surat dari Kota Michaels. Kota yang sering sekali hujan hingga banjir kadang melanda.

"Aku benar-benar lelah." Lirihnya.

Tak lama kemudian, seorang pemuda seumurannya datang menghampirinya. Tapi saking lelahnya, gadis itu tak peka dengan kedatangan si pemuda.

"Semoga anda selalu diberkati Sang Penguasa, Ratu Diana-ku..."

Seluruh tubuh Diana menegang saat mendengar suara lemah lembut itu. Suara yang sering dirindukannya. Ia mendongak, melihat seorang pemuda tengah membungkuk di ambang pintu ruang kerja pribadinya. Ia ingin berlari memeluk pemuda itu, tapi dua Pengawal Penjaga Ruangan sibuk mengawasi gerak-gerik pemuda Iblis itu.

"Ehem, apa kamu lupa kalau kamulah yang menusuk punggungku dengan tombakmu ?" Sindir Diana sambil menopang dagu dengan sikut tangan di atas meja. Lalu ia menegakkan badan. "Berdiri tegak atau aku akan mengeksekusimu."

Ekspresi lelahnya berganti menjadi ekspresi penuh keisengan. Tak banyak yang tahu kalau Sang Ratu Angellia saat ini adalah si gadis pembantah yang manis. Kecuali Erel. Pemuda itu sudah mengenal peringai Diana luar dalam.

Pemuda yang dipanggil Erel itu terkekeh pelan, menegakkan badan, berjalan mendekati meja Nayla lalu menjentikkan jari.

BRAKK !

Dan pintu ruang kerja itu tertutup sempurna.

Di luar, dua Pengawal itu mematung kaku. Keduanya seperti patung bodoh.

"Waktuku tidak banyak Diana-ku, kau tahu itu kan ?"

Mendadak senyum manis Erel lenyap seketika. Berubah lesu penuh kesedihan dan pilu. Diana sendiri tak menyangka kalau Pangeran Erel, yang terkenal kejam itu, bisa serapuh ini.

"Erel-ku.... Aku..."

"Maaf atas perang beberapa waktu lalu. Aku tahu kalau kamu cuma ingin agar Kerajaanmu tetap terlindungi. Ya, aku sangat mengerti. Maafkan aku..."

"Kita kabur saja Erel."

"Diana...?"

Diana bangkit berdiri sambil menangis. "Aku sudah muak dengan semua perseteruan ini... Hiks... Aku muak !"

"Diana... Jangan begitu. Bagaimana dengan ayahmu... Apalagi Derrel ? Mereka berdua percaya kalau kau bisa dan mampu menjadi Ratu Angellia. Mana wibawamu...?" Kata Erel lembut. Lalu ia berjalan memutari meja, kemudian meraih dan memeluk tubuh ramping Diana.

"Untuk apa kau datang kemari... Terserahlah, Hiks... Aku benar-benar merindukanmu, Erel-ku." Hanya dengan Erel dan Derrel, gadis itu mau menunjukkan sisi lemahnya. Sisi yang bisa membuatnya diremehkan sebagai Ratu Angellia.

Erel tersenyum sedih saat Diana menggosok-gosokkan kepalanya di dada Erel. "Jangan manja. Ini bukan dirimu."

"Aku tak peduli." Kata Diana sambil mengeratkan pelukannya.

Malaikat Dan Iblis [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang