I.L 1

3.2K 136 0
                                    

Kata Chece Ada kekuatan di tiap airmata..

Hingga akhirnya ku bangun tembok tinggi,Mengunci seluruh emosi dan rahasia..

Namun cukupkah tembok itu membuat aku bertahan?

Dia tak pernah tahu,Sejauh mana aku harus melangkah sendiri..

Tiada pertanda,Tentang apa yang menantiku di ujung jalan..

Terkadang Batinku menjerit, 'Berhenti!" di setiap langkah..

Membuat diriku ragu,untuk melangkah sendiri,berjuang sendiri menghadapi rintangan dijalan sana yang dia buat untukku.

Ya, Sejak dulu pun begini..

Sejak dulu pun hanya aku yang berjuang untuk kita..

Hanya ada angin yang mendengar keluh kesahku,Hanya hujan dan air yang bisa melihat aku menangis dibawahnya ,Dan hanya gelap yang mampu mengerti betapa aku menjerit kesakitan bertahan untuk mu..

Hanya untukmu...

Kebahagianmu...

Karna aku sangat mencintaimu..

Biarkan Luka dan lara akan aku pendam sampai mati..

Asal kau bahagia....

Albie.....

Air mata ku menetes dikertas putih yang telah digores tinta, oleh ku. Hingga kertas itu tercetak pola abstak lalu mengerut dan aku yakin dua atau tiga hari lagi pola yang ada dikerts ini akan menjadi warna coklat samar.

Aku menutup buku harianku berwarna coklat lalu menyelipknya diantara buku-buku harianku yang lain.

Aku sebenarnya tidak suka menulis tapi menulis tentang perasan yang aku rasakan,rasanya sedikit mengurangi beban yang ada di sini, hatiku.

Ya hatiku ! Kata orang jika mencintai itu sangat menyakitkan, tercambuk, teriris dan hancur.

Ada kalanya aku percaya saat ada diposisi yang tidak menguntungkan dan kadang aku tidak percaya saat-saat dia ada untkku. Bersamaku,memanjakanku,memujaku penuh perasan dan Cinta.

Mengingat sat-saat bersamanya membuat sudut bibirku melengkung dan seketika bergetar ketika mengingat berita tadi pagi yang mengoyakan hatiku.

Lagi-lagi aku terisak didalam kedua telapak tanganku agar tidak terdengar dari luar kamarku.

Aku mencoba mengingat kenangan membahagiakan tapi tidak bisa memaksakan diriku untuk tersenyum atau menghentikan tangisku.

Tuhan ! Kuatkan aku.....

Jeritku didalam hati dan beberapa kali kutarik nafasku dalam-dalam.

Tok tok tok

"Cinta ! Elo ada didalam gak?"

Teriak sahabatku Zahra,tapi aku tidak menangapinya karna aku mencoba meredakan tangisku.

Jika Zahra melihatku seperti ini,aku yakin dia akan berkata 'Cukup dan Akhiri' .

Aku tidak pernah berkeluh kesah kepadanya tapi rasa sakitku seakan terbagi olenya.

Zahra seakan tahu sakitnya diposisiku,menjadi diriku yang sok kuat dihadapan orang lain dan terutama dihadapan laki-laki yang aku cintai. Albie.

"Sumpah yah, gue dobrak nih !?"

Ancamnya yang tidak pernah main-main. Aku bangkit dari kursi kerjaku dan melangkah mendekati pintu.

"Ra ! Aku ingin sendiri"

Ucapku lallu tubuhku luruh terduduk dilantai dan tubuhku bersandar pada pintu putih kamarku.

Aku kembali terisak dan aku yakin kalau Zahra mendengarnya.

"Cinta ! Jangan melow drama deh, biasanya lo cari tahu dulu kebenaranya baru elo gejer-gejer nangis"

Ucapan Zahra menohokku, kenapa aku tidak melakukanya. Tapi buat apa?

Karna jelas-jelas Albie mengakui hubungan dengan lawan mainya Tasya.

Tadi pagi aku tidak sengaja melihat acara gosip disalah satu stasiun tv,
Mereka mengosipkan kalau Albie dan Tasya berpacaran dan mereka mengumumkanya tadi malam, klau mereka benar-benar sepasang kekasih.

Jadi buat apa mencari informasi klau yang dibertakan itu fakta dengan adegan Albie mencium pipi Tasya dan kemesraan mereka.

Hatiku teremas dan sesak. Mengingat gosip sialan yang merusak hariku, apa lagi mengingat senyum Albie yang seakan menunjukan kebahgianya.

"Ra ! Jangan angkat telvon Albie kalau dia ada menghubungimu"

Pintaku,karna aku mematikan ponselku sejak aku melihat gosip itu.

Sejujurnya aku ingin mencoba menyerah walau aku tahu aku tidak bisa,karna aku sangat mencintainya tapi sepertinya aku tidak perlu mencoba menyerah karna semuanya sudah berakhir.

Dan bodohnya aku,buat apa aku meminta Zahra untuk tidak mengangkat telvon Albie karna Albie tidak akan menelvon aku maupun Zahra,karna Albie sudah mendapat pengantiku.

"Kalau Ayah elo yang telvon bagimana?"

Lagi-lagi pertanyaan Zahra membuat aku tidak bisa berkutik,aku yakin Ayah ku sudah melihat dan mendengar berita gosip itu dan mempertanyakan perihal hubungan kami.

Aku hanya diam..

Aku bingung..

Apa yang akan aku katakan kepada Ayahku nanti...

Dibalik pintu Zahra juga diam dan aku mendengar langkah kakinya menjauh dari pintu disaat suara dru mobil berhenti.

Cepat-cepat aku berlari kedalam kamar mandi yang memang berada didalam kamarku. Aku tidak ingin Ayah melihat keadaanku seperti ini.

Aku mencuci wajahku walau percuma. Hidungku merah dan berair, mataku sembab dan merah. Apalagi bibirku yang doer. Sangat memalukan melihat wajah buruk rupa seperti ini.

Brakkkkkkkkk

Aku terjengkit kaget saat aku mendengar suara benda yang jatuh kelantai dengan kuat.
Apa yang dilakukan Zahra diluar sana?

Aku mengelap wajahuku dengan handuk dan seketika tubuku dipeluk seseorang dengan aroma tubuhnya yang membuat aku tenang dan ingin selalu didekapnya.

"Aku akan menjelaskanya,aku mohon jangan bersikap kau akan menyerah terhadapku"

Mohonya,aku terdiam tanpa membalas ucapanya dan pelukanya yang selalu aku rindukan.

Albie berlahan melepaskan pelukanya dan kedua tanganya bemegang kedua bahuku.

Aku mengadahkan kepalku sedikit keatas karna dia tinggi dariku, aku menguatkan diri untuk melihat kedalam matanya agar dia tahu kalau aku benar-benar terluka.

Aku mencoba menahan air mata yang berloba ingin keluar,rasanya sakit dan menusuk.

"Apa..pun.."

Aku tersengal berucap dan aku menarik nafasku dalam.

Albie meremas kedua bahuku seakan bersiarat kalau dia tidak ingin mendengar ucapanku yang seakan menyakitkan untuknya.

Aku mengeleng dan satu tetes air mataku lolos disebamelah kiri,dan itu bertanda hatiku remuk,seremuk-remuknya.

"Apapun...yang kamu...jelaskan...aku mengerti"

Ucapku tetsengal.

"Aku paham"

Lanjutku dan tanganku berlahan menghapus airmata yang menetes. lalu melepaskan tanganya dibahuku.

Aku melaluinya yang mematung. Apa dia mengerti apa yang aku ucapkan?

Aku mengantungnya...

Diantara bertahan dan menyerah...

Biarkan dia memilih.




Ingat Aku ! Lumpuhkan Ingatanku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang