I.L14

1K 71 7
                                    

Michel.

"Kenapa kamu merahasiakan kalau kamu tahu dimana dia selama ini? Kamu tahu kalau aku bertahun-tahun mencarinya?"

Ia ikut berdiri disampingku, kami bersama menatap taman dibalik jendela kaca.

"Kau pasti tahu kalau aku akan selalu melindunginya beserta perasaanya?"

"Apa kamu masih mencintainya?"

Ia diam. Aku melirik sekilas kearahnya yang tersenyum samar.

"Ini cinta yang tidak seperti yang kamu pikirkan. Aku tidak menginginkanya menjadi miliku seutuhnya. Aku hanya ingin berada disekitarnya,melihatnya baik-baik saja"

Ucapnya tapi aku tidak mengerti. Ia menoleh kesampingku lalu ia memegang dada kananya.

"Cinta ini seperti seorang kaka yang tidak ingin adiknya terluka untuk kedua kalinya"

Lanjutnya lalu menoleh lagi menghadap jendela. Aku melakukan hal yang sama.

"Apa hanya alasan itu kamu tidak memberitahuku?"

"Tidak"

"Lalu?"

"Ada alasan lain yang menyangkut kebahagianya"

"Albie"

Ia menoleh kearahku lalu ia bersandar di jendela kaca. Tanganya ia sedekapkan didada dan kepalanya mengangguk pelan.

"Iya. Itu alasan aku tidak memberitahumu, aku melihat mata Cinta selalu berbinar seperti delapan tahun yang lalu saat kalian bersama."

"Tapi kenapa kamu ikut membantu Reno dan Dika didalam rencanaku?"

Ia menatapku lekat. Aku melihat emosi dimatanya.

"Aku baru menyadari tatapan Cinta kepada Albie memang berbinar penuh Cinta tapi ketika mata Cinta beralih kelain"

Ia diam persekian detik.

"Aku melihat matanya tersirat penuh luka,seperti tujuh tahun yang lalu. Saat kamu pergi meninggalkanya dengan mengatakan kalau Cinta itu egois,selalu menuntut dan tidak mau mengerti tokoh lain dihidupnya"

"Cukup"

Aku menyela ucapan Yudha yang masih mau berucap lagi.

"Saat itu aku sedang emosi,Yudha. Ara tidak mengerti saat itu aku tidak mau pindah ke New York saat Papi memaksaku dan dia selalu membuat aku kesal dengan semua tuntutanya"

"Itu bukan salah Cinta,Michel. Kamu tidak memberitahunya kalau kamu akan pindah"

"Aku takut dia sedih"

"Tapi kamu menghancurkanya"

Setelah Yudha berkata seperti itu ia berdiri tegak lalu melangkah menjauh dariku. Sebelum ia menekan handel pintu ia menoleh sedikit kearahku yang menatap punggungnya.

"Aku memberimu kesempatan satu kali lagi,makanya aku membantu para sahabatmu. Tapi kamu malah membuatnya diambang maut sampai detik ini"

Yudha keluar. Aku menyerengit memikirkan perkatan Yudha.

Diambang maut?

Maksud Yudha apa?

Clek

Baru saja Yudha keluar. Papi masuk membawa berkas-berkas yang entah itu berkas apa tapi salah satunya seperti hasil lep dari rumah sakit ini karna mapnya berwarna coklat dan ada lambang rumah sakitnya.

"Dua atau tiga hari lagi kamu sudah boleh pulang"

"Sukurlah, setengah bulan berada disini membuat aku jenuh"

Ingat Aku ! Lumpuhkan Ingatanku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang