I.L18

928 54 0
                                    

Michel.

Tawanya terdengar nyaring dan melengking,tapi suara itu tidak pernah mengusikku.

Aku suka setiap lengkingan suaranya,tawanya dan omelanya. Mungkin mereka yang mendengarnya sangat terasa terganggu tapi tidak denganku.

Aku selalu suka....

Apapun dari dirinya.....

Aku menatapnya yang masih asik tertawa terpingkal-pingkal dan tidak memperdulikan aku yang menatapnya lurus tidak berkedip disampingnya.

Tiba-tiba ia merangkul lenganku lalu kepalanya bersandar. Tanganku yang bebas mengacak rambutnya yang terurai dengan indah.

Hari ini aku dan dia sedang duduk disebuah taman ditengah kota dan aku memintanya agar rambutnya terurai. Biasanya dia selalu mengucir kuda rambut panjangnya.

"Ares ! Nanti kalau kamu dewasa kamu mau jadi apa?"

Aku memikirkan pertanyaan yang ia ajukan,sejujurnya selama ini aku tidak pernah memikirkan sampai kesitu.

"Hemmzzz aku mau jadi suami kamu awww"

Aku menghapus perutku saat dapat cubitan darinya. Apa salahku dapat kekerasa darinya lagi?

"Ihhh aku serius,nanti kamu mau jadi apa?"

"Ara ! Aku serius,emang tampang aku terlihat bercanda?"

Bibirnya mengerucut lalu melepas rangkulan dari tanganku,dengan sigap aku menahan tanganya agar tetap merangkulku.

"Maksud aku tuh cita-cita kamu nanti?"

"Ohh gitu tapi tadi aku gak bercanda lo, kalau soal cita-cita kayanya percuma"

Ia menataku heran,alis keningnya berkerut dan bibirnya masih mengerucut. Sebelnya tidak semudah itu dihilangkan,itu uniknya pacar kesayanganku ini.

"Kenapa?"

"Papi pasti ngewariskan perusahaanya kepadaku jadi mau tidak mau aku harus ngelanjutin usahanya papi dan lagi pula aku tidak punya cita-cita juga"

"Kok gitu?"

"He-em aku juga tidak tahu tapi ucapanku tadi itu serius,kalau aku dewasa nanti aku mau menjadi suamimu"

"Emang aku mau?"

Tanyanya dengan suara mengoda sambil mencolek daguku.

"Harus mau,kalau kamu tidak mau aku akan memaksamu"

"Dasar tukang paksa"

"Buknya kamu yang tukang paksa?"

Tanyaku balik dan dia menghentakan kakinya kesal.

"Iya aku emang tukang paksa,tapi kamu tetap suka dan cinta kan sama aku?"

Aku diam. Mencoba memasang wajah serius. Aku melepaskan tangan Cinta yang tadi aku pertahankan dilenganku agar dia tetap merangkulku. Tapi tiba-tiba Ara memukul lenganku dengan kuat dan itu membuat aku meringis.

"Aku juga gak cinta sama kamu"

Teriaknya lalu berlari menjauhiku yang masih syok dengan pukulan dan teriakanya. Aku mengejarnya sambil menghapus lenganku tapi sayang, Ara berlari dengan cepat hingga aku kehilangan jejaknya ditaman kota ini.

Aku tersenyum saat mengingat kenangan dimasalalu. Sejak saat itu aku tidak berani lagi bercanda soal perasaan karna saat itu hampir satu minggu Ara mendiamkanku dan itu membuat aku uring-uringan dan berusaha agar dia memafkan aku.

Aku merasakan seseorang meremas pundakku,aku menundukan wajahku lalu mengerjapkan mataku beberpa kali agar beningan dimataku menghilang. Saat aku menoleh,aku melihat Dokter Stive dengan kedua perawat perempuan dikedua sisinya.

"Mereka akan menganti posisinya"

Aku mengangguk lalu kedua perawat memiringkan tubuhnya yang tidak pernah berganti posisi. Mereka membuatnya meringkuk atas izin Dokter Stive yang menanganinya.

Kupandangi wajahnya yang menirus dan putih pucat. Kubelai rambutnya dengan lembut,yang sekarang mulai tumbuh walau masih pendek. Rambutnya dicukur habis waktu itu,ketika beberapa kali Dokter melakukan oprasi.

"Aku ada kabar baik untukmu"

Aku langsung menoleh ketika Dokter Stive berucap seperti itu.

"Apa ada perkembangan?"

"Hanya sedikit,karna ini kemajuan pertamanya dari delapan bulan yang lalu"

"Terimakasi Dokter terimakasih"

Ucapku sambil berjabat tangan dengan Dokter Stive,ia menepuk bahuku lalu keluar bersama kedua perawat. Aku terduduk dikursi disaping pembaringanya. Aku menyentuh tanganya yang mulai menghangat,perkembanganya memeng terasa dari suhu tubuhnya.

"Aku dengar kamu waktu itu mencariku,sekarang aku sudah ada disini. Apa kamu tidak mau melihatku,Ara? Bangunlah ! Apa kamu tidak mau mendengarkan alasanku kenapa aku menghilang waktu itu? apa kamu tidak mau bertemu denganku makanya kamu tidak mau bangun dari tidurmu yang panjang?"

Aku mengengam jari-jari tanganya yang mengurus. Aku sangat berharap tangan ini bergerak ketikaku genggam.

"Apa kamu mau bangun, kalau Albie tunanganmu itu berada disampingmu"

Ucapku dengan perasaan yang berat. Aku bangkit dari duduku lalu mengecup keningnya,tiba-tiba satu tetes air mata mengalir kesaming hidung Ara yang berbaring miring.

Tubuhku membeku, dadaku mengalir rasa panas ketika melihat pemandangan itu.

Nit....nit.....nit..

Aku menoleh kearah minitor detak jantung Ara. Aku menekan tombol didekat tempat tidur Ara dan tidak lama Dokter Stive dan para suster datang.

Akupun keluar harap-harap cemas. Selama aku mengetahui Ara koma,ia tidak pernah menunjukan keadaan seperti ini.

Kenapa dengan Ara?

Kenapa ketika aku mengucapkan nama laki-laki berengsek itu,air matanya mengalir dan saat itu juga ia menunjukan reaksi jantungnya,walau melemah.

Apa aku harus membawa peria itu?

Tapi bagaimna denganku kalau Ara benar-benar bangun?












Promosi :

Baca dongeng yang satunya yah.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ingat Aku ! Lumpuhkan Ingatanku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang