I.L27

134 23 4
                                    


"Siapa dia?"

"A L B I"

Tidak ada jawaban dari sebuah pertanyaan yang memuaskan.

"Siapa dia?"

"Dia seorang artis"

"Apa dia sangat populer?"

"Mungkin dikalangan remaja dia sangat populer?!"

'Mungkin' antara iya dan tidak. Tidak ada penjelasan lebih lanjut selain pertanyaan keraguan itu.

"Dia datang di mimpiku, seakan nyata. Apa aku sangat mengidolakanya sebelum aku kecelakaan? tapi aku bukan remaja"

"Iya kamu sangat mengidolakanya, dikamarmu dulu banyak foster-foster Artis itu"

"Benarkah?"

"Iya"

Aku bisa melihat sosok yang sekarang sangat berbeda dengan 7 tahun yang lalu. Ayah sekarang sudah menua, sudah ada uban dirambut, dan dikumisnya.

"Ayah !"

"iya sayang?"

"Kapan kita pindah dari Riau?"

"Waktu kamu mau kenaika kelas 3?__ Ayah berfikir sejenak__ mungkin? Ayah lupa juga"

"Ma'af" Entah kenpa kata itu memperwakili perasaanku sekarang.

"Kenapa minta ma'af?"

"Karna Ara lupa" Aku meremas rok satin yang aku pakai sambil menatap mata Ayah yang juga mulai berkaca-kaca.

"Tidak papa, Ra ! Tanya saja apa yang membuat kamu penasaran. Ayah akan menjawab apa yang ayah tahu, mendengar suara kamu lagi saja Ayah sangat bersyukur"

Jawabab Ayah yang sangat berdrama tisir, menyimpulkan kalau keadaan aku sekarang sangat mengenaskan.

Aku lupa apa yang telah aku lalui 7 tahun ini. Yang aku ingat hanya memori masa kekanakanku sampai aku remaja. Aku sangat kaget saat aku terbangun di tempat tidur yang berbeda, kaki yang tidak bisa digerakan dan tubuh yang agak berisi dibagian dada dan bokong. Dan yang lebih mengejutkan lagi adalah Ares.

Ya Ares ! dia kembali, dia berbeda, dia semakin tampan dan aku suka. Ya hanya suka, rasa sakit saat dia pergi tanpa kabar dulu masih terasa di perasaanku tapi entah kenapa perasaan bahagia melihat dia dan rasa mengebu-ngebu itu tidak ada lagi?!

Entah apa yang sudah aku lalui setelah kepindahanku kejakarta, apa aku sudah memiliki lelaki lain atau apa? Tapi rasanya tidak mungkin. karn aku tahu perasaanku terlalu besar terhadap dia. Mugkin?

"Ayah !"

"Ada lagi yang ingin kamu tanyakan?"

Aku mengangguk, sebenarnya aku malu menanyakan ini.

"Apa di Jakarta aku pernah memiliki pacar?"

Ayah diam, aku melihat gerak gerik ayah yang tidak wajar.

"Ayah kurang tahu, karna ayah jarang pulang"

"Malaysia"

"Iya, Ra ! Ayah kan jarang pulang jadi Ayah kurang tahu kamu punya pacar atau tidak. kamu juga tidak pernah membicarakan laki-laki sma Ayah"

Ayah benar. Tapi itu dulu saat masih Sma, kan malu ngomongin atau ngenalin pacar sama orang tua. Ares dulu aku ngakunya temen.

"tapi kamu punya saudara angkat"

"siapa?"

"Zahra, dia sahabatmu saat kamu pindah ke Jakarta, kalian sama-sama sekolah di SMA bakti dan pas Kuliah Zahra tingal dirumah kita karna kamu yang minta, kalian juga join bisnis buka Cafe"

"Terus sekarang Zahranya mana Yah? dia tidak pernah kesini"

aku melihat gurat kesedihan dimata Ayah walau hanya sepintas. Ada apa dengan raut wajah Ayah seperti ini?

"Dia sibuk mengurus Cafe kalian, jadi tidak punya waktu"

"ko____ Nitttt_____ Suara plakson mobil membuat aku dan Ayah menoleh kesebuah Taksi yang baru terparkir dihalaman rumah.

"Siapa Yah?"

"Entahlah Ayah tidak___

Tiba-tiba Ayah tidak bersuara saat seseorang keluar dari pintu mobil Taxsi itu. Aku menatap Ayah, dia seperti sangat syok. Aku mengalihkan pandanganku kearah seseorang yang sekarang sedang menyeret kopernya kearah kami.

Siapa dia? aku tidak mengenalinya. Tapi kenapa Ayah bisa sangat syok melihat seseorang yang sekarang tingal beberapa jarak lagi akan ada dihadapaan kami.

"Asalamualaimum Ayah" Suaranya pelan karna masker yang dia gunakan. Dia meraih tangan Ayah, tapi sebelum itu dia menurunkan masker dan memutar topi kebelakang lalu mencium tangan Ayahku.

Aku tahu dia, aku mengenalinya, iya ! aku mengenalinya. Dia hadir dimimpiku, dia Artis populer kata Ayah.

Dia Albie......

Ingat Aku ! Lumpuhkan Ingatanku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang