IL.30

165 18 1
                                    

Albie

Mataku tertuju pada dirinya, menyelami keterpurukan demi keterpurukan melalui tetesan air mata yang mengalir. Aku hanya bisa berdiri jauh dariny tanpa bisa aku jangkau. Tubuhku kaku saking kagetnya dengan apa yang barusan terjadi didepan mataku, aku sangat ingin bergerak untuk merengkuhnya lalu berkata kalau semua ini bisa ia lewati. Tapi aku tidak bisa, tidak boleh melakukan hal gegabah seperti itu.

Siapa lah aku dimasa lalunya? Aku hanya mimpi dimasa depan yang begitu suram yang pernah Cinta lalui. Aku pesimis? bukan ! itu adalah faktanya. Dimasalalu Cinta begitu bahagia dengan masa remaja dan percintaanya. Dan sialnya hanya itu yang bisa dia ingat.

Dan masa depan terlupakan dengan kejamnya.

Sedih?! jangan ditanya. Luka dihati ini tersayat-sayat dari awal dia disembunyikan dariku. Hati ini tinggal separu berharap, sisanya sudah koyak dengan kepupusan. Tapi sepertinya, hati yang tinggal separu ini akan hancur lebur dengan fakta yang ada. Ketika sosok Dokter Dian berdiri didepanku dengan wajah mendungnya.

"Bisakah anda Ikut saya sebentar, ada yang sangat ingin saya sampaikan" Ucapnya lalu beranjak dari kamar yang entah sejak kapan membuat dadaku sesak dan memutuskan mensetujui dengan angukan ketika dia menungguku diambang pintu.
Sebelum aku keluar, aku menatap dia yang kini pura-pura tegar dihadapan ayahnya. Seperti dulu saat dia bersamaku ia selallu berpura-pura baik-baik saja dan entah kenapa aku selalu menutup hati dan mata kala itu dan juga entah fikiran dari mana kalau Cinta mampu menyeimbangi duniaku.

Keterlaluan !! iya. Aku akui, aku sangat keterlaluan dan menomer berapakan perasaanya terhadapku tapi jangan ragukan Cinaku terhadapnya terlampau besar hingga aku memperdulikan perasaanku dari pada perasaanya yang tidak dapat ia balas.

Dan sekarang, apalah arti Cintaku yang besar ini untuknya jika dia tidak menyadari dan hingga aku sama sekali tidak ada dibenaknya.


-IALIK-

"Apa anda siap mendengarkn apa yang terjadi pada Ara?" Ucap Dokter Dian ketika aku ikut duduk dikursi rotan yang memanjang.

Aku hanya diam entah apa, ada rasa ketakutan yang bergmuruh didalam fikiranku. "Cinta bisa sembuh !?" pertanyaan itu saja yang mampu terucap tanpa tahu apa yang Cinta derita saat ini.

Aku mendengar Dokter Dian mendengus remeh tapi dia tidak menatapku tapi menatap arahlain.

"Karna kecelakan itu Cinta mengalami Amensia Anterograde yang sangat parah dimana penderitanya hanya mengingat masa lalu dan kejadian yang baru-baru saja terjadi malah sama sekali tak dapat diingat."

"Jadi itu kenapa dia bertanya dimana dia sekarang, padahal dia sudah berbulan-bulan tinggal ditempat ini?"

"amensia Anterograde yang dialami Ara sangat parah, setiap bangun tidurnya dia melupakan semua yang dia lalui hari itu" jelas Dokter Dian. Aku mengusap wajahku keras-kera memcoba menerima fonis Cinta yang diluar dugaanku. Ini parah sangat-sangat parah.

"Bagaimna cara untuk menyembuhkanya?"

"Waktu !"

Aku menatap Dokter Dian tajam "Saya serius"

Dokter Dian bangkit lalu besedekap dada dihadapanku. "Saya serius, hanya waktu dan kejujuran yang bisa mengobatinya. Selama ini Ares dan Ayah membohongi Ara agar Ara tidak terlalu banyak berfikir dan mereka takut melihat Ara kesakitan padahal kalau dia dapat melawan kesakitanya, saya yakin dia bisa mengingat lagi"

"Jadi saya harus apa?"

Pertanyaan itu membuat dia mendengus. " Nyesel gue ngefens sama lo betahun-tahun, gak taunya lo gak punya otak"

Anjir nih perempuan, kumat lagi gilanya seperti di bandara beberapa hari yang lallu. "Seterah, lo mau ngapain tapi gue yakin elo punya seribu cara tapi ya itu__

"Apa?" tanyaku karna dia mengantung kalimatnya.

"Waktu, waktu yang tidak tahu kapan dia bisa mengingat semuanya, lagi"




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 09, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ingat Aku ! Lumpuhkan Ingatanku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang