I.L 2

1.5K 109 2
                                    

Albie


"Apa..pun.."

Ucapnya tersengal dan mencoba menahan airmata yang sudah mengenang dipelpuk matanya, Cinta menarik nafasnya dlam seakan mencari kekuatan dari paru-parunya.

Aku tidak pernah melihat dia seterluka ini selama kami menjalani hubungan selama dua tahun.

Tatapan yang teduh dan penuh kedamaian kini tersirat luka yang tidak dapat aku gambarkan.

Apa Cinta menyerah?

Tidak.....

Aku tidak sagup berpisah denganya,aku meremas bahunya agar dia tidak mengucapkan hal yang tidak ingin aku dengar.

Cinta mengeleng dan cairan bening itu menetes dipipinya yang mulai memerah. Melihat cairan bening keluar dari tatapan kecewa dari Cinta membuat hatiku teremas dan sesak.

Cairan bening itu menandakan kalau aku telah melakukan kesalahan yang teramat fatal.

Aku menyakitinya...

Menyakitinya secara sengaja....

Aku kira Cinta akan baik-baik saja...

Karna ini hanya sandiwara.

"Apapun...yang kamu... jelaskan... aku..mengerti"

Ucapnya tersengal dan diam sesaat.

"Aku paham"

Lanjutnya membuat aku tidak mengerti apa maksud Cinta. Aku melihat kedalam matanya,apa yang dia maksud berkata seperti itu.

Hanya cairan bening yang berlomba ingin keluar, dia menatapku dengan pandangan yang sama. Terluka dan kecewa.

Cinta menghapus air matanya, kedua tanganya dengan lembut melepas tanganku yang ada dipundaknya, lalu berlalu melaliku yang mematung ditempat.

Pikiranku kacau dan penuh penyesalan,aku tidak ingin Cinta meningalkanku dalam kesalahpahaman ini.

Cinta harus mengerti...

Cinta tidak boleh menyerah...

Selama ini dia paham,selama ini dia selalu menguatkanku kalau dia tahu dan dia mengerti pekerjaanku.

Kenapa sekarang dia menyerah....

Aku menyusulnya keluar dari kamar mandi yang ada didalam kamarnya. Sebelum aku masuk tadi, aku menobrak pintu kamar Cinta yang terkunci.

Aku melangkah dengan cepat saat Cinta berhenti dengan wajah tercengang,melihat pintu yang aku dobrak.

Aku menjalan mendekat lalu kujatuhkan tubuhku berlutut dihadapanya lalu memeluk pingangnya dan memenamkan wajahku diperutnya.

Aku tidak malu....

Aku tidak peduli mereka berangapan apa,kalau aku berlutut dibawah wanita...

Wanita yang sangat aku Cintai....

Cinta rumahku....

Cinta hidupku...

Aku tidak ingin kehilangan dia,hanya dia yang mengerti,hanya dia yang mampu menguasai dan menenangkan aku.

"Aku..aku dan Tasya hanya bersandiwara agar Filem yang kami mainkan lebih sukses"

Kataku tapi Cinta hanya diam. Apa Cinta benar-benar menyerah,membayangkan Cinta berpisah denganku membuat hatiku nyeri tidak sangup membayangkanya.

"Aku mohon... kali ini saja... aku janji ini filem terakhirku dan aku tidak akan mengeluti pekerjaan itu lagi"

Janjiku bersunguh-sungguh,karna Cinta segalanya dan aku tidak ingin kehilangan dia. Aku rasakan tubuh Cinta bergerak sedikit. Aku merasakan tanganya berlahan mengusap rambutku.

Ingat Aku ! Lumpuhkan Ingatanku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang