Chapter 3

39 3 0
                                    

2 JAM SEBELUM IJAB KABUL

La Tunrung Putra Pallawarukka dengan gugup memegang kedua tangannya. Dia mondar-mandir mengelilingi kamar. 2 jam lagi dia akan menikah dengan wanita yang dikejarnya sewaktu kuliah dulu. Perias pengantin masuk ke kamar dan membuat Putra harus tenang untuk melakukan prosesi riasan bagi mempelai pria.

"Tenang saja semua pasti lancar."

Perias pengantin menenangkan Putra.yang nampaknya mengetahui kegugupan yang dialaminya. Dilihat dari umurnya si perias pasti sudah sering melihat mempelai yang gugup. Terbukti ketenangan diwajahnya sangat terlihat. Perias mulai mengaplikasikan alas bedak ke wajah Putra sebelum membuat wajahnya tampak lebih cerah. Berbeda dengan riasan wanita, mempelai pria memiliki riasan yang lebih simpel dan tidak terlalu tebal.

Putra saat ini hanya bisa duduk manis di depan cermin menatap dirinya sendiri yang tak lama lagi menyandang predikat suami. Masih segar diingatan Putra pengalama pertama kali berjumpa dengan calon istrinya. Saat dimana mahasiswa dan mahasiswi baru mengantri untuk pendaftaran sistem universitas di gedung rektorat.

Di mata Putra melihat gadis manis yang berdiri didepannya, ikut mengantri. Dia terpesona oleh senyuman gadis itu. Garis senyum di pipinya nampak jelas ketika gadis itu tersenyum. Tubuh gadis itu tidak terlalu tinggi namun hal itulah yang menambah pesonanya dimatanya. Namun Putra sulit mendekati gadis itu.

Gadis itu lebih sering mengobrol dengan Teuku, pelajar asal Aceh yang juga dikenalnya. Dibandingkan dirinya Teuku memiliki tubuh yang atletis dan wajah yang rupawan. Kulit bersih Teuku kelihatan jelas dari lengannya. Perbedaan itulah yang membuat Putra sedikit minder.

"Nah, sudah siap."

Perias pengantin yang memperkenalkan diri sebagai Uni Minah mengagetkan Putra. Riasan pengantin yang katanya simpel tetap terlihat berlebihan bagi Putra. Warna kulit wajahnya terlihat kontras dengan kulit tangannya. Untungnya dia memakai baju pengantin berlengan panjang.

Baju pengantin Putra berwarna emas, sengaja dipadankan dengan warna pelaminannya nanti. Baju yang bermotif khas Minang membuat dirinya tanpa gagah. Namun perasaan gugup tetap dirasakannya. Putra takut salah mengucapkan Ijab Kabul walaupun telah beberapa kali berlatih di Kursus Pra-Nikah.

Putra juga merasakan tekanan yang berat karena ini adalah acara pernikahan adat minang pertamanya. Dia yang terlahir dari keluarga Bugis membuatnya asing dengan segala prosesi adat yang telah dilalui. Baginya hal ini adalah konsekuensi karena meminang gadis Minang. Gadis yang telah mengisi hidupnya selama 5 Tahun berpacaran dan kini siap menjadi istrinya.

/5C9'

Roccabianca - Love Is DangerousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang