Makassar sudah menjadi daerah metropolitan seperti Jakarta. Macet sudah mulai menjamur diberbagai sudut jalan Jalan disepanjang Pantai Losari yang dulunya ramah dengan pejalan kaki sekarang sudah menjadi area keramat di jam sibuk. Tujuan wisata belanja favorit jika ke Makassar sudah menjadi magnet bagi wisatawan dan juga kemacetan.
Putra yang berangkat dari rumah sekitar jam delapan harus merelakan masa produktifnya selama dua jam di jalan. Pakaian yang tadinya dipakai dengan begitu sempurna sekarang sudah kusut sana sini. Ketika ditugaskan ke Makassar untuk menjadi editor disana, Putra senang bukan kepalang, karena bisa balik ke kampung dan terhindar dari semerawutnya Jakarta.
Namun Hal itu hanyalah mimpi baginya, karena Makassar sudah menjadi neraka jalanan layaknya ibukota. Putra merapikan pakaiannya sebelum memasuki kantor di daerah Jalan Sudirman. Kantor yang strategis yang dekat dengan Mall dan Terminal membuatnya ramai hingga malam.
"Rina, mbak Zazkia sudah tiba?" Tanya Putra kepada resepsionis kantor yang jelas mengagetkan si resepsionis yang sibuk berdandan.
"Mbak Zazkia tidak masuk Pak." Kata Rina. "Katanya lagi tidak enak badan" Jawab Rina sembari melanjutkan dandanannya.
"Tumben Zazkia tidak masuk." Putra berkata dalam hati. "Makasih yah Rin" Kata Putra sambil segera masuk ke kantor tanpa menunggu jawaban Rina.
Bagi Putra, Zazkia adalah penolongnya. Putra yang terkesan lambat menjadi penulis telah bersusah payah mengirim naskah kemana-mana. Namun hanya Zazkia yang mau menerima naskahnya. Sebagai lulusan IT, Putra sama sekali tidak memiliki keinginan menjadi penulis, apalagi sebagai penulis puisi. Namun apa salahnya untuk dicoba.
Putra sempat kesal ketika diawal karirnya Zazkia begitu keras terhadapnya. Tanda baca dan cerita murahan tidak diterima oleh Zazkia. Putra merogoh kantonngya untuk mengambil ponsel berwarna merah tipe jadul yang menurutnya lebih tahan lama dibandingkan telpon pintar yang sekarang banyak beredar. Putra mencari nomor kontak mantan Editornya dulu. Namun tidak ada jawaban yang diterimanya. "Mungkin dia benar-benar sakit" Putra membantin.
Sebelum menutup ponsel Putra mengirimkan pesan singkat terlebih dahulu kepada Cleo dengan gerakan satu jari Putra merangkai huruf demi huruf. Aku sudah tiba di kantor, sudah bangun belum. Love You. Putra tersenyum puas sambil menekan tombol kirim ponsel memang barang yang hebat. Dirinya memandangi amplop virtual dilayar ponselnya dan terbang perlahan langsung ke hati istrinya.
Ponselnya berbunyi. Wah cepat sekali Cleo menjawabnya yang baginya pertanda bahwa istrinya sudah bangun.
Hati-hati yah selamat bekerja XXX
Putra tersenyum bersemagat dengan menghela nafas panjang. Dirinya merapikan bajunya dan memasuki ruangannya.
Hari ini, hari pertama Putra bekerja dengan status sudah menikah. Hal inilah yang memacu semangat Putra untuk giat mencari nafkah. Meja kantornya tidak berubah, Putra mengambil kalender meja, terlihat beberapa tanggal sudah Putra lingkari. Kalender bergambar berbagai jenis mobil sport yang hanya bisa diidamkan oleh setiap pria. Putra meraih pulpen bertinta merah yang tidak jauh darinya dan melinggkari tanggal 24 Desember yang dia sudah rencanakan untuk merayakan ulang tahun pernikahannya dan member kejutan kepada Cleo.
Dibukanya laptop using miliknya. Laptop yang telah menemaninya dalam karir sebagai penulis. Laptop yang sudah tidak bisa memakai baterei lagi dibersihkan dari debu yang memang dirinya jarang membawa pulang laptop kerumah. Bagi Putra membawa pekerjaan kantor kerumah membuat dirinya stress saja. Deadline dari Zazkia saja sudah membuat dirinya harus bekerja setengah mati. Apalgi sebagai Editor yang walaupun dirinya menyukai dunia penulisan namun terkadang masih banyak kesalahan penulisan yang sering dilakukan penulis pemula.
Plot yang dangkal atau judul tulisan yang bombastis namun tidak sesuai dengan isi cerita membuatnya harus bersikap kejam dan mengembalikan naskah tersebut ke penulisnya dan memberikan sedikit masukan untuk menjadi lebih baik.
Teleponnya berdering dan sebuah pesan masuk yang dari nada dering pesannya Putra telah mengetahui bahwa pesan itu dari Zazkia.
Maaf aku tidak masuk. Tidak enak badan.
Putra menekan tombol Call. Dibandingkan membalas pesan dirinya lebih menyukai menelpon langsung sahabatnya itu.
"Kamu sakit apa?" Tanya Putra yang tanpa mengucapkan salam atau kata Halo terlebih dahulu. "Jangan-jangan kamu begadang lagi yah?" Kata Putra yang menurutnya pertanyaan basa basi tapi menimbulkan rasa lain di hatri Zazkia.
"Aku tidak enak badan aja" Jawab Zazkia berusaha berbicarea layaknya orang sakit. "Kamu sudah ada dikantor yah. Bantu revisi tulisan penulis aku yah?" Kata Zazkia yang seakan ingin membalas dendam rasa sakit hatinya.
"Oke deh. Jaga diri yah" Kata Putra sambil menutup ponselnya mengakhiri pembicaraannya dengan Zazkia yang tanpa disadarinya membuat hati sahabatnya sakit.
Putra bergegas ke meja Zazkia yang tidak jauh darinya untuk mengambil tulisan dari penulis Zazkia yang sudah diketahui Putra bahwa Zazkia selalu melakukan print-out terlebih dahulu sebelum membacanya. Karena dirinya sudah mengetahui bahwa Zazkia lebih suka membaca hardcopy dibandingkan dilayar laptop.
Putra yang memang ditugaskan untuk naskah romantis mengalami kesulitanm untuk memahami novel penulis Zazkia yang kebanyakannya bertema Science Fiction yang memerlukan logika lain. Tetapi atas rasa terima kasihnya dirinya rela melakukannya karena Zazkia telah membantu pernikahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Roccabianca - Love Is Dangerous
RomanceCleo tidak menyangka akhirnya bisa menikahi Putra, sosok yang dicintainya sejak kuliah di Malaysia. Penulis terkenal dan banyak digandrungi wanita, namun dirinya tahu hati Putra hanya miliknya. Cleo memiliki suami idaman dan pekerjaan tetap sebagai...