Chapter 17

5 1 0
                                    


Liontin itu sudah terletak dengan indah di kotak berwarna merah dengan hiasan kain beludru. Ornamen batik menghiasi hampir separuh dari kotak. Putra meletakkan hadiah untuk Cleo sebagai ucapan selamat telah memberinya momongan pertama baginya di kursi penumpang samping.

Fordnya bergerak perlahan, keluar dari parkiran sebuah mall ternama yanv terletak di daerah pantai losari yang terkenal dengan taman bermainnya. Taman bermain yang megah berasosiasi dengan salah satu siaran TV Indonesia. Taman bermain yang harga masuknya tidaklah murah namun ada saja yang tertarik mengunjunginya walaupun taman bermain itu hanya ada dua di Indonesia. Makassar dan Bandung.

Sekarang taman bermain itu sudah memiliki mall yang bertaraf Internasional. Jejeran butik-butik Internasional dengan brand ternama kesukaan para sosialista. Harga yang juga tidak murah namun tetap ada yang mengejarnya.

Malam itu Putra menyusuri jalan yang panjang untuk menuju jalan utama. Lokasi Mall itu memang agak kedalam dari jalur utama. Sejajar dengan gedung convention dan lokasi wisata pantai terkenal di Makassar. Pantai berpasir putih yang sangat indah. Pantai itulah alasan Cleo ingin pindah ke Makassar. Karena Cleo menyukai pantai.

Putra dengan senang membayangkan senyum yang akan Cleo berikan kepada dirinya ketika mendapatkan hadiah ini. Putra bukanlah tipe yang romantic setiap saat, terakhir kali dia memberikan berbagi hadiah dengan Cleo adalah saling bertukar cincin waktu pacaran dulu. Namun cincin itu hilang entah kemana.

Suasana malam itu memang sudah agak sepi. Hamparan bintang terlihat jelas di angkasa. Jejeran lampu hias di sepanjang jalan menambah keromantisan daerah tersebut. Jalab yang memang bukan jalan umum terlihat lenggang. Pengendara hanya melewati daerah itu jika ingin ke mall atau ke perumahan elit disekitarnya yang harga per rumahnya hampir mencapai lima puluh tahun gajinya di penerbitan.

Putra menyalakan radio mencari siaran yang bisa menemani dirinya dan hatinya sampai kerumah. Satu per satu siaran radio diputarnya dengan auto search namun sekarang radio hanya menyajikan informasi itu-itu saja. Kirim salam dan mengangkat topic yang tidaklah penting.

Putra merogoh ponselnya untuk memainkan musiknyta sendiri. Celana jeans ketat yang dipakainya menyulitkannya untuk diraih. Putra dengan susah payah mengeluarkan ponselnya walaupun sudah merubah posisi duduk agar pomselnya bisa terbebas dari kantong celananya.

Perjuangan yang cukup lama akhirnya ponsel itu berhasil digenggamnya. Di carinya aplikasi pemutar music itu dengan seksama. Sesekali Putra melihat kejalan yang terbentang didepannya untuk menghindari mobil-mobil yang melaju kecang dari arah berlawanan.

Menggunakan ponsel di waktu kendaraan memanglah menyusahkan. Ibu jarinya terkadang tidak focus untuk menggunakanan ponsel itu. Putra mendongak melihat jalan sebuah lubang dijalan yang terkesan besar terlihat sudah dekat. Putra terkejut dan serta merta membanting kemudi kea rah kanan untuk menghindari lubang itu.

Cahaya putih bersilau terpampang diwajahnya. Menyilaukan dirinya sontak dalam sepersekian detik putra tahu didepannya adalah truk dari arah berbeda siap berciuman dengannya. Dengan cekatan putra membanting kemudi kea rah kiri namun ponsel yang digenggamnya menggangu konsentrasinya. Putra menabrak sebuah truk container yang baru saja keluar dari pelabuhan.

Putra terhimpit dengan badan mobilnya. Putra melihat kakinya telah remuk dan tidak bisa merasakan pergerakannya. Putra terbatuk, darah menhambat saluran pernapasan paru-parunya. Putra yang mempelajari di palang merah beberapa pengetahuan dasar pertolongan menyadari bahwa darah sudah masuk ke paru-parunya.

Putra melihat ke kursi samping untuk melihat apakah liontinnya masih ada. Namun yang terlihat adalah kenangan bersama denga Cleo. Masa-masa bahagia itu terputar ulang dihadapannya layaknya sebuah film. Film tanpa suara. Suara yang terdengar hanya raungan astaga dari orang-orang yang hendak menolongnya.

Pandangan putra mulai menghitam. Rasa sakit perlahan menghilang dari tubuhnya. Tangannya sudah tidak bisa digerakkan. Putra mengalami kelelahan yang berat. Putra merasa dirinya harus istirahat, tapi tidak tahu kapan harus bangun.

�3����'

Roccabianca - Love Is DangerousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang