"Terima kasih sudah mau bertemu dengan diriku"
"Sama-sama Mbak Zaskia, Suatu kehormatan bisa bertemu dengan editor yang membuat semua saya terkenal" Balas Cleo sambil menuangkan teko berisi the hijau tanpa gula di cangkir Kristal.
Hari ini Cleo bertemu dengan Zaskia disebuah café di salah satu hotel disekitaran anjungan pantai losari. Semalam penuh Cleo merenung apakah dia harus bertemu dengan Zaskia. Terlepas dari itu pikirannya dipenuhi rasa penasaran peninggalan apa yang dimiliki suaminya, dan kenapa bisa ada bersama Zaskia.
Perasaan cemburu tiba-tiba saja muncul. Firasat seorang istri biasanya selalu benar. Tidak seharusnya dirinya memiliki prasangka buruk. Tapi seorang wanita biasanya memiliki indera keenam yang dapat mendeteksi sesuatu yang tidak beres dengan hubungan mereka.
"Apa kamu tidak bekerja hari ini" Tanya Zaskia dengan menatap tajam kearah Cleo.
Cleo hanya bisa mematung dengan tatapan Zaskia. Wanita dihadapannya terlihat mewah dan glamor. Untuk tipe berpakaian seorang penulis. Zaskia lebih baik disebut sebagai seorang artis dengan gaya berpakaian dan sikap yang anggun.
"Saya ambil cuti mbak" Jawab Cleo dengan kaku.
"Tidak usah tegang begitu. Suamimu adalah rekan kerja dan seorang sahabat baik. Anggap saja kita sudah lama bertemu. Ya walaupun aku hanya sering mendengar dirimu dari mulut putra"
"Iya Mbak. Saya minta maaf. Kalau begitu apa peninggalan mas Putra yang ada bersama Mbak"
"langsung kepada intinya yah. Benar kata Putra, istrinya bukan seorang yang pandai berbasa-basi" Kata Zaskia sambil meraih sesuatu didalam tasnya. "Ini adalah hasil karya Putra selama ini. Lebih tepatnya draft awal semua hasil tulisannya. Biasanya draft ini di hancurkan atau disimpan oleh pihak penerbitan. Tapi karena Putra bukan saja penulis kami tapi juga sebagai editor maka perusahaan membuat peraturan untuk menyimpan semua hasil karya semua yang bekerja di penerbitan ini dan jika hal-hal seperti ini terjadi maka karya tersebut akan dikembalikan kepada keluarganya"
"Saya baru mendengar peraturan itu mbak" Kata Cleo sambil meraih kumpulan dokumen yang dilihatnya berisi tulisan tangan Putra. Suaminya lebih menyukai menulis tangan dibandingkan memakai computer.
"Tentu saja karena tidak semua memakai kebijakan itu" Zaskia meminum tehnya dengan anggun kemudia memakan sedikit ujung éclair yang telah disajikan. "Putra adalah penulis yang berbakat. Cuman dirinya yang menjadi penulis puisi di tempat kami. Kurang dari setahun pun dia sudah sejajar dengan diriku. Aku saja memerlukan waktu hampir tiga tahun untuk menjadi seorang editor. Sayang dirinya meninggal muda"
Seketika wajah Cleo tertunduk dan menampakkan mimic sedih.
"maaf aku mengungkit dia lagi yah"
"tidak mbak. Tidak apa-apa" jawab Cleo sambil sesekali mengusap airmatanya yang sedikit menetes.
"Saya harap pertemuan ini bukan yang terakhir kali"
"Saya juga berharap seperti itu" kata Cleo yang sedikit mencairkan kekakuan pertemuan mereka.
"Dari info yang saya dengar kamu sudah memiliki asisten yah biasanya tidak memakai asisten"
"Iya mbak tapi cuman magang saja" Cleo sudah berbicara dengan santai bersama Zaskia.
"Siapa?"
"Namanya Okta mbak. Mas putra juga mengenalnya. Mas Putra dulu cemburu dengan okta" kata Cleo tersenyum mengingat masa dimana Putra cemburu dengan perlakuan Cleo kepada Okta. Cleo selalu menceritakan bagaimana itu Okta dihadapan Putra. Bagaimana Okta memasak, okta berbicara. Hal seperti itu membuat Putra cemburu.
"Oh yah, Putra cemburu. Biasanya dikantor dirinya terlihat kaku dan dingin serta pekerja keras. Kenapa bisa cemburu"
"tidak tahu mbak. Mas Putra itu cemburuan" Kata Cleo yang tertawa dan sedikit senang bisa mengingat masa-masa kebahagian dirinya bersama Putra.
Jam menunjukkan pukul Sembilan malam. Acara pertemuan Cleo dengan Zaskia yang diperhitungkan hanya pertemuan minum teh berlanjut menjadi makan malam. Perempuan memang jika sudah setipe akan cepat akrab.
Cleo berpamitan dengan Zaskia dan mereka berpisah ke mobil masing-masing. Cleo merasakan sedikit perasaan lega bisa berbagi cerita pernikahannya dengan Putra. Cleo memang sedikit mempunyai sahabat. Waktu SMA dirinya hanya memiliki teman yang sedikit. Rambut dengan potongan bob yang culun sering menghias kepalanya.
Tidak banyak yang mengatakan bahwa dirinya cantik. Satu-satunya orang yang mengatakan dirinya cantik adalah Putra. Walaupun seringkali dirinya tidak percaya bahwa dirinya cantik.
Tapi disatu sisi Zaskia merasakan perasaan cemburu yang sangat kuat. Zaskia yang sering mendapati surat cinta dan pernyataan cinta dari hampir seluruh pria di SMA-nya menganggap perkataan seperti itu adalah perkataan yang membosankan. Tapi ketika bertemu dengan Putra dirinya tidak pernah mendengarkan kata cantik sekali pun dirinya sudah berdandan atau pergi kesalon hanya untuk mendapatkan ucapak kamu cantik hari ini.
Perasaan itu Zaskia pendam dan saat ini sudah mengetahui nama pria yang sedang dekat dengan Cleo. Okta. Apakah putra mengenalnya, itu akan ditanyakannya kepada arwah Putra yang sudah lama tidak mau berpisah dari dirinya atau pergi dari rumahnya. Namun hal itu sangat disukai oleh Zaskia. Karena merasa aman ada Putra dirumahnya. Serta berharap putra memperhatikannya sewaktu dirinya sudah terlelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Roccabianca - Love Is Dangerous
RomanceCleo tidak menyangka akhirnya bisa menikahi Putra, sosok yang dicintainya sejak kuliah di Malaysia. Penulis terkenal dan banyak digandrungi wanita, namun dirinya tahu hati Putra hanya miliknya. Cleo memiliki suami idaman dan pekerjaan tetap sebagai...