Chapter 22

11 0 0
                                    

Suara alarm jam membuat Cleo kesal. Matanya yang masih mengantuk seakan enggan membuka matanya. Tanganya berayu- ayun mencari jam weker untuk segera dimatikann. Pukul sepuluh lewat lima belas bukanlah waktu yang tepat bagi dirinya untuk bangun seharusnya dirinya bisa bangun lebih cepat. Direntangkan tubuhnya untuk mendapatkan sensasi tulang yang sudah kembali ke posisinya setelah saling bertindih sewaktu tidur.

Saat ini dirinya bangun seorang diri. Tidak ada lagi sosok pria yang membangunkannya atau pria yang membuatkannya sarapan. Seakan mengejek bahwa yang berprofesi sebagai Chef sebenarnya siapa. Mengingat kenangan itu air mata Cleo kembali mengalir dadanya sesak mengingat dirinya sekarang sendiri dengan status seorang Janda. Status yang setiap wanita takut untuk disandangnya apalagi diwaktu muda.

Cleo pun menarik nafas panjang. Hari ini harus lebih baik. Cleo beranjak dari tempat tidur berusaha untuk focus kepada hari ini Tapi ketika melihat baju Putra yang masih tersusun rapi dilemari dan dengan bau parfum yang sama membuatnya terenyuh kembali.

Hari ini Cleo berniat kembali ke kerja. Entah apa jadinya restoran tanpa dirinya. Cleo bergegas untuk mandi dan secepat kilat menyambar baju chef-nya untuk ke restoran.

"Hai Cleo" Veera datang dengan senyuman yang lebar seperti harimau yang melihat mangsanya. "Sudah siap kerja hari ini"

"Siaplah. Buat apa aku juga datang ini juga memang sudah tugasku" Jawab Cleo sambil berjalan beriringan dengan Veera.

"Bagaimana dengan Chef baru yang kau ceritakan kemarin" Tanya Cleo yang hendak mengetahui asistennya. Cleo yang sudah menjadi Chef dan kerja direstoran baru kali ini dirinya mendapat seoerang asisten.

"Cleo dan Veera menghampiri meja makan yang diduduki oleh sesosok pria. Wajahnya tidak kelihatan karena pria itu membelakangi kedatangan Cleo. Veera menepuk pundak pria itu. Spontan pria itu berbalik kemudia berdiri. Pria itu memiliki sosok yang tinggi. Mungkin seratus tujuh puluh centimeter lebih. Badannya atletis dan bahunya tampak kokoh dan sering ke tenpatfitnes matanya bening sebening air dan umurnya dikisaran akhir dua puluhan.

"Nah ini Chef baru kita namanya ... "

"Okta" Kata Cleo tanpa menunggu Veera selesai menyebutkan nama pria yang berdiri dihadapannya.

"Kalian sudah kenal" Tanya Veera dengan heran

"Iya, Kami satu pelatihan dulu. Bagaimana kabarmu" Kata Cleo sambil menyodorkan tangannya untu berjabat dengan pria tersebut.

"Baik, sudah lama yah kita tidak bertemu" Kata Okta sambil tersenyum lebar. "Aku turut prihatin yah atas kejadian yang menimpa kamu"

"Baguslah kalau kalian sudah saling mengenal, atau jangan-jangan Head Chef yang merencanakan ini" Kata Veera dengan heran melihat tingkah laku Cleo dan Okta.

"Head Chef memanggilku ketika tahu aku sudah kembali ke Indonesia"

"Jadi begitu dan langsung memintamu menjadi asistenku" ujar Cleo dengan sedikit diiringi senyum manisnya.

"Awalnya aku tidak tahu, tapi setelah masuk Veera yang memberitahukan aku bahwa bos aku adalah wanita yang hebat"

Cleo tersipu dengan ucapan Okta "Aku masih sama dengan yang dulu tidak ada yang berubah"

Head Chef tiba-tiba muncul dengan pakaian yang normal dan belum memakai seragam Chef. "Kalian sudah berkumpul"

"Aku memanggil Okta karena tahu dirinya lah yang bisa membantu kamu didapur nanti. Apalagi kalian di bidang yang sama" Kata Head Chef . "Yah sudah kita siapkan preparation malam ini aka nada peperangan dengan perut kelaparan"

"Yes Chef" Jawab Cleo, Veera dan Okta bersamaan

"Nanti kita makan bersama yah aku yang traktir" Kata Okta menghentikan langkah Cleo. "Sebagai bertemunya kita disini"

"Nanti kita lihat yah" ujar Cleo sambil meninggalkan Okta/

"Tidak berubah" Okta membatin dan mengikuti Cleo ke dapur dengan tugas barunya sebagai asisten Chef.

Roccabianca - Love Is DangerousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang