Zazkia melihat jam import yang dikenakanannya pemberian dari ibunya sendiri. Sembari mondar mandir di koridor kantor. Pakaian yang dipakainya terlihat formal. Jas blesser berwarna biru dengan hiasan kancing berwarna emas. Sepatu yang dikenakanannya terlihat memakai hak yang cukup tinggi untuk ukuran wanita jaman sekarang. Pagi harinya sebelum ke kantor Zazkia m empersiakna dirinya disalon langganannya. Tatanan rambutnya yang seksi namun terlihat formal dan rapi bisa dengan langsung mengatakan bahwa dirinya adalah sosok yang sangat cantik hari ini.
Jam tangannya terus diperhatikannya. Pukul sudah menunjukkan Jam Sembilan lewat seperempat menit, sosok yang ditunggunya belum juga menampakkan diri. Ponselnya pun diraih sambil memainkan jarinya yang sudah dicat untuk mencari nomor kontak yang sangat ditunggunya hari ini.
"Kamu ada dimana sekarang?" Tanya Zazkia dengan nada agak sedikit kesal.
"Aku sudah dijalan Mbak, sebentar lagi sampai"
"Berapa lama lagi?"
"Sepuluh menit lagi"
"Ok cepetan tamunya bentar lagi datang"
"Siap Mbak" Kata Putra.
Entah kapan terakhir kali Zazkia merasa segugup ini. Sejak hari pernikahan Putra atau sejak Putra datang kerumahnya namun dirinya memberikan sikap yang dingin kepada kolega yang diam-diam disukainya.
Semenjak kedatangan Putra kerumahnya. Zazkia berusaha menghindari bertemu dengan Putra. Setiap tawaran yang mengharuskannya berkolaborasi dengan Putra dirinya lebih memilih untuk mundur dan menyerah terhadap proyek itu.
Di kantor Zazkia menyibukkan diri dan menjawab seadanya saja ketika Putra menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaannya. Dirinya juga sering mempertanyakan kepada dirinya sendiri kenapa dia harus bersikap seperti itu. Apakah rasa sukanya sangat besar sehingga dirinya tidak bisa merelakan Putra jatuh ditangan orang lain.
Sesosok bayangan mendekatinya dari pintu utama kantor, dengan setelan jas dan dasi berwarna merah mebuat sosok itu sempurna dimatanya.
"Apa mereka sudah tiba mbak" Tanya putra yang melihat sekeliling ruangan untuk memperhatikan apakah dirinya terlambat.
Zazkia menatap Putra dengan penuh kekaguman. Sosok yang sempurna bagi dirinya namun bayangan pikirannya seketika itu memudar dan menghitam ketika tersadar sosok dihadapannya sudah milik orang lain.
"Belum, kok kamu telat" Tanya Zazkia dengan nada kesal namun senang Putra tiba tepat waktu.
"Maklumlah Mbak, Makassar kini sudah macet, tadi rencana ambil jalan memutar disepanjang Pantai Losari, tapi ternyata jalanan dipantai losari katanya anjlok tadi malam" Kata Putra sembari merapikan penampilannya.
"Bagaimana kesiapanmu?" Tanya Zazkia yang tanpa sadar merapikan dasi yang dikenakan Putra.
Putra terperangah mendapat perlakuan Zazkia kepadanya dan diam membisu yang membuat Zazkia tersadar apa yang telah dilakukannya. Membuat suasana mereka menjadi canggung.
"Hmm...sudah siap kok mbak" Kata Putra yang masih merasakan berada dalam situasi yang aneh."Saya sudah mebaca beberapa karya novelnya. Latar belakang pesantren ytang saya miliki membuat saya mengerti arah dan maksud penulisannya"
"Ok klo begitu..."Kata Zazkia yang tertahan karena melihat pimpinan penerbitan sudah tiba dengan dua orang tamu yang ditunggunya. Salah satunya membuat Zazkia kaget karena melihat orang yang dikenalnya.
"Bagaimana meeting sudah bisa dimulai?"Tanya Pimpinan kepada Zazkia.
"Sudah Pak"
"Ok klo begitu mari kita mulai"
�H8����
KAMU SEDANG MEMBACA
Roccabianca - Love Is Dangerous
RomanceCleo tidak menyangka akhirnya bisa menikahi Putra, sosok yang dicintainya sejak kuliah di Malaysia. Penulis terkenal dan banyak digandrungi wanita, namun dirinya tahu hati Putra hanya miliknya. Cleo memiliki suami idaman dan pekerjaan tetap sebagai...