Chapter 18

9 1 0
                                    

Garis kehidupan memang sudah ditakdirkan bahkan sebelum kita lahir. Nyawa pun dapat hilang dalam semalam jika itu sudah ditakdirkan. Rasa kehilangan memang sangat berat. Apalagi kehilangan orang yang sangat berharga.

Sekumpulan orang-orang berbaju warna hitam sedang mengelilingi pusara yang siap diisi oleh tubuh tak berpenghuni. Rasa sedih dan kehilangan bernaung diatas orang-orang itu. Tangisan dan isak sedu saling bergantian bersahutan. Walaupun tak semerdu kicauan burung namun itu sudah cukup untuk mengantarkan anak manusia ke kehidupan selanjutnya.

Putra tidak selamat dalam kecelakaan malam itu. Dinyatakan tewas ditempat dengan tubuh yang remuk dihimpit oleh bongkahan truk yang juga tidak berbentuk.

Malam yang seram layaknya film horror. Cleo menerima telepon yang tiba-tiba, mengabarakan putra kecelakaan dan tewas. Jantungnya tidak bisa menahan degupan yang sangat cepat. Usia pernikahan seumur jagung membuatnya tak bisa menahan kesedihan. Tangisnya tumpah ketika sampai dirumah sakit. Disana sudah menunggu orang tua putra yang tidak bisa menyembunyikan kesedihannya.

Dokter melarang Cleo untuk melihat jasad Putra.

"Sebaiknya anda tidak melihatnya nyonya" Kata dokter dengan rasa iba yang mungkin sudah dilatihnya ketika mengabarkan bahwa ada yang meninggal.

Kaki Cleo lemas tak berdaya malam itu. Pagi ini Putra dimakamkan namun tangisan Cleo sepanjang malam mengalir terus menerus. Tidak hanya dirinya yang merasakan itu tapi seluruh orang yang mengenal Putra semasa hidup.

Jasad putra sedikit demi sedikit diturunkan. Kenangan bersama Putra terbayang dimatanya. Seperti putaran film lama yang using namun mempunyai kesan yang mendalam. Adik-adik Putra tak bisa melihat keadaan bahwa kakaknya akan dimakamkan.

Para pengubur menutup liang lahat Putra dengan tanah sedikit demi sedikit. Taburan bunga ditebarkan diatas makamnya. Satu persatu pelayat meninggalkan pemakaman. Tinggallah Cleo meratap sedih.

"Kenapa Putra" tangis Cleo pecah lebih keras.

Mama Cleo mengelus pundak putrinya. "Semua ini sudah ditakdirkan" Mama Cleo menghela nafas panjang. "Lepaskan dia nak".

"Kami baru membangun keluarga Ma. Cleo tidak sanggup sendiri" air mata cleo mengalir terus menerus. "Apa yang harus aku lalukan tanpa Putra".

"Sabar nak, ayo kita pulang" Kata mama Cleo sambil membantu putrinya untuk berdiri meninggalkan pemakaman Putra.

Sesosok wanita menghampiri makam Putra selepas semua orang pulang. Sambil meletakkan bunga yang telah dirangkai. Wanita itu pun menangis dan memeluk nisan Putra.

"Seandainya aku menyatakan itu lebih awal". Wanita itu pergi dengan tekanan batin yang mendalam.


Roccabianca - Love Is DangerousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang