Mark
"Maaaaaaaark! Kamu ngapain di sana?!"
Argh! Nyaris saja aku jatuh oleh suara cempreng itu lantaran barusan mendapat panggilan dari Neng--yang langsung kuakhiri gara-gara menganggu permainanku, omong-omong, buat apa dia memanggilku?--dan nyaris membuat ponselku rusak berkeping-keping. Kalau aku tidak hati-hati, bisa-bisa nanti aku jatuh kayak maling yang barusan ngumpet di pohon dan dihajar kerumunan massa. Amit-amit deh.
"Jelas lah, Pak," ucapku sambil menatap orang yang membuatku nyaris jatuh tadi yakni Pak David. "Saya mau cari pokémon di sini, Pak! Kalo di sekolah yang ada cuma itu-itunya doang. Bosen."
"Ngapain kamu cari pokémon di atas? Orang kalo cari pokémon justru waktu pergi atau di jalan. Mana ada orang yang mau cari pokémon di atas pohon."
"Tapi Pak, di sini pokémonnya banyak banget." Kuarahkan ponselku kepadanya. "Nih, banyak kan? Bahkan kayaknya saya bakal dapat pikachu."
"Nggak usah banyak ngaco. Cepat kamu turun dari sana!"
Dengan nyengir, aku melompat dari atas dan mendarat seperti ninja profesional. Sambil berdiri, kutatap sosok pria yang umurnya setidaknya 60-an. Rambutnya agak mirip dengan almarhum Mbah Surip--tapi lebih pendek, kacamata hitam yang terpasang di kedua matanya, serta kemeja biru bergaris-garis putih. Jelas, raut mukanya sedang cemberut banget.
"Kamu mau bolos lagi?" tanyanya lagi. "Udah berapa kali saya bilang? Kalo kamu bolos terus, lama-lama kamu--"
"Lama-lama saya nggak naik kelas," sahutku. "Iya, Pak. Bapak udah bilang sama saya sebanyak ratusan kali."
"Nah, kalo tau terus kenapa kamu masih aja telat masuk?"
"Emangnya sejak kapan saya bilang kalo saya mau bolos? Kan saya cuma mau cari pokémon doang, Pak."
Guru itu memandangku dengan tak percaya. "Mark Widya. Kamu itu memang cowok paling berandal dan paling menyebalkan yang pernah saya temui di seluruh jagat raya ini."
"Terima kasih."
"Itu bukan pujian."
"Kalo gitu, saya anggap sebagai sekedar komentar. Lagian, yang paling menyebalkan di sini kan Neng."
Pak David berdecak. "Setidaknya pacarmu itu masih tau aturan walau dia itu narsis dan sombong."
Demi Tuhan! Kenapa dari seluruh manusia yang kutemui ini, banyak yang bilang aku dan Neng pacaran?
"Pak, saya sama Neng cuma temenan doang. Sejak kapan kami pacaran?"
"Masa? Terus kenapa tadi kamu naik motor sama dia?"
Eh, darimana guru ini tahu? Padahal seingatku kami berdua turun dari motor jauh banget dari gerbang sekolah. Tak mungkin dia bisa lihat dari gerbang sekolah (kecuali kalau dia punya kemampuan melihat setara Superman).
Atau jangan-jangan...
"Bapak nge-stalk saya sama Neng ya?!" tanyaku tak percaya.
"Jangan ngawur!" sergahnya. "Mau apa saya stalk kamu sama pacarmu? Bapak masih punya harga diri, tau."
"Terus Bapak tau darimana?"
"Motor kamu itu. Motormu itu nyentrik banget di sini. Bapak kan punya penglihatan super. Jadi Bapak bisa lihat dari jauh."
Oke, kutarik kata-kataku soal kemampuan melihat seperti superhero.
"Jadi Bapak mau kasih saya hadiah apa kali ini? Tulis makalah tentang pentingnya disiplin? Bersihin toilet? Nyanyi lagu Sakitnya Tuh Disini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutukan Nada [2]
Mystery / ThrillerThe Grudge Series #2 Lima bulan setelah insiden peneroran MOS, kehidupan SMA Jane, Sera, dan Mark terlihat santai-santai saja. Hingga suatu hari, seorang gadis meminta ketiganya untuk menolong masalah di klubnya secara diam-diam. Lalu di saat yang b...