Bab 16

1.3K 174 5
                                    

Sera

"Vio, Anna, Elise, dan Zeni adalah orang-orang yang membuat sandi ini?"

Kalimat Inspektur Cal tersebut keluar dari mulutnya dengan nada antara ketidakpercayaan dan keremehan.

"Ya," jawabku tegas. "Aku tidak bercanda, Inspektur, dan Anda jelas tahu itu. Kasus ini berkaitan erat dengan Elise Hanayani dan Zeni Febriani. Belum lagi, Anna Natalia dan Vio Anyelir yang merupakan teman dari Elise dan Zeni."

"Saya paham itu. Yang saya nggak paham itu, kenapa kamu yakin kalau keempat siswi itulah yang membuat sandi seperti ini?"

"Apa Bapak lupa? Anna dan Elise adalah anggota Klub Musik. Mungkin salah satu atau keduanya membuat sandi itu bersama Zeni dan Vio."

"Tapi buat apa?" tanya Jane.

"Sebagai pesan komunikasi saat mereka hendak bekerja di diskotek."

"Di-Diskotek?!" sahut Jane dengan nada histeris. "Apa lo serius?"

Hans mengangguk lalu kembali memeriksa ponsel milik Zeni. "Aku sempat memeriksa forum chat saat jam pelajaran. Kalian tIDak akan percaya dengan isinya."

Dengan begitu, Hans pun menunjukkan forum-forum chat tersebut kepada kami berempat. Isi chat tersebut berbicara tentang kapan mereka hendak datang, pakaian apa yang perlu mereka pakai, tempat di mana mereka bertemu, berapa lama mereka bekerja, dan pembagian hasil kerja tersebut (jadi percakapan yang Daisy dengar mengenai kapan uang tersebut diterima dan dibagikan).

"Astaga, pantas aja kenapa cewek-cewek itu nggak mau mengungkit hal ini." Jane menggeleng kepala. "Ampun deh. Gue aja yang populer nggak pernah... Wait, are you serius?!"

"Kenapa?" ujar Mark cepat sambil melihat arah pandangan Jane dan ikut terbelak. "What the f...! Clubbing di BS?!"

Kali ini Hans dan Inspektur juga ikut terpengarah.

"Apa ada diantara kalian yang mau menjelaskan apa itu BS?" tanyaku serius. Sungguh, apa itu BS? Kenapa mereka sangat terkejut sekali?

Keempat orang tersebut menatapku, seolah-olah aku adalah gadis yang hidup di era tahun 1900-an.

"BS itu singkatan dari Black Studio, tempat diskotik di daerah sini," jelas Jane. "Tempat itu punya reputasi jelek banget. Di sana, banyak orang sering clubbing dalam konten negatif. Jangan bilang lo juga nggak tau apa itu clubbing."

"Tidak, aku tahu." Dari ibuku, pikirku dalam hati. "Sungguh tidak bisa dipercaya. Mereka bekerja di tempat seperti itu."

"Dari percakapan mereka, sepertinya Zeni-lah yang awalnya bekerja di sana. Lalu Anna juga, diikuti Vio. Baru Elise." Hans mengarahkan ibu jarinya ke atas layar ponsel. "Ini pastilah sebuah aib yang sangatlah memalukan. Bayangkan bila rahasia ini terekspos di sekolah. Bisa-bisa reputasi sekolah ini akan semakin memburuk dan harga diri keempat orang tersebut beserta keluarga mereka pun akan hancur total."

"Tapi kalo begitu, apa motif pelaku? Maksud gue, kita semua tau kalo mereka berempat bekerja di tempat diskotek yang nggak baik-baik. Lalu apa? Apa yang pelaku inginkan dari fakta ini?"

Mark benar. Masih ada beberapa kejanggalan dari kasus ini. Bila memang benar kalau orang itu adalah pelakunya, kita perlu bukti lagi.

"Apa mungkin ada yang dendam dengan mereka di BS? Mungkin saja mereka melakukan hal-hal yang nggak baik-baik di sana," usul Jane.

"Well, who knows?" Aku mengangkat bahu. "Walau... sepertinya Jane tidak salah."

Hans menatapku serius. "Apa maksudmu?"

Kutukan Nada [2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang