Mark
Mengintrogasi para saksi sangat mengasikkan.
Kita bisa bertanya, berteriak, berlagak sok berkuasa sesuai kemauan diri sendiri. Juga, kita kita "menyiksa" para tawanan--eh, maksudku para saksi--tanpa dicegat oleh sesuatu yang bernama privasi. Kurasa beginilah perasaan para bad cop yang ada di film-film barat itu. Sepertinya saat dewasa, aku akan menjadi seorang bad cop yang jauh lebih keren dibanding bad cop sebelumnya. Hahahaha.
"Dari raut muka lo saat ini, lo pasti senang kebagian tugas ini."
"Pasti," jawabku pongat banget. "Gue bisa nyiksa cecurut-cecurut ini tanpa dilabrak Pak David ataupun Inspektur Garang."
"Ya deh. Elo emang hobi nyiksa orang dengan ganas banget sampe ujung jempolnya lepas," seringai Hans.
"Eh, nggak juga kali. Seganas-ganasnya gue, nggak mungkin otot gue sampe bikin jari jempol orang lain lepas dari tempatnya."
"Tapi gue rasa lo bakalan lakuin begitu kalo ketemu penjahat."
"Nah, kalo yang itu lain ceritanya. Masa gue nggak nyiksa penjahat? Kudu lembek namanya."
"Bocah Berandal."
"Cowok Albino."
"Ehem."
Kuarahkan pandanganku pada asal suara itu. Siapa lagi kalau bukan si Inspektur Garang? "Bagaimana?"
Hans menggeleng kepala. "Mencurigakan. Tak ada saksi yang bisa menguatkan alibi tiap tertuduh."
"Jadi, kita kembali ke awal, huh?"
Awal? Apa semua invenstigasi ini kembali menurun? Apa ini keinginan si oknum? Membuat kami berputar-putar di lingkaran tanpa adanya kemajuan? Damn it! Aku mana sudi untuk dikalahkan dengan cara seperti ini.
"Oh ya, Pak. Bagaimana kondisi Anna sekarang?" timpalku.
"Tidak ada perubahan. Kurasa anak itu harus segera dibawa ke rumah sakit jiwa. Seisi rumah sakit mulai berisik gara-gara dia." Beliau diam sebentar. "Omong-omong, luka cekikan di lehernya agak aneh."
"Aneh?" tanya Hans, heran.
"Yah, bekas cekikannya membentuk semacam pola kecil. Begitulah kata dokter dan perawat di sana."
Pola, huh? Itu memang aneh. Apa mungkin si oknum membawa tali berbahan khusus?
"Kedua TKP juga tidak ditemukan senjata apa pun?"
Inspektur menggeleng. "Tim pencari tidak menemukan benda seperti tali di dekat TKP pertama. Sedangkan di TKP kedua, mereka menemukan beberapa oli di tempat Vio berdiri."
"Mungkinkah pelaku memakai oli agar mudah mendorong Vio?" lanjutnya cepat sekali.
Damn it, nyaris saja aku berteriak, "Kentang goreng!" saking terkejutnya diriku. Lagian, meneriaki makanan pada saat-saat seperti ini tidak lucu banget."Tapi kalo begitu, mestinya pelaku juga kena oli itu kan? Buktinya saja tim paramedis menemukan cairan oli di sepatu Vio. Kalo sepatu Vio terkena oli itu, kenapa pelaku nggak kena?"
"Bisa jadi pelaku menghindar oli itu."
"Tapi kalo memang begitu," sahut Hans. "Rasanya terlalu kebetulan banget. Mungkin..."
"Mungkin...?" ucapku dan Inspektur Garang dengan muka kepo.
"Mungkin--"
"Inspektur Cal!" Damn it! Di depan pintu ada Anton-si-cowok-muka-sok-keren-yang-ingin-rasanya-kuhajar-sampai-mampus! Kenapa dia muncul disaat-saat penting sih?! "Mau sampai kapan inspektur akan menahan saya? Saya masih ada urusan, Pak!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutukan Nada [2]
Mystery / ThrillerThe Grudge Series #2 Lima bulan setelah insiden peneroran MOS, kehidupan SMA Jane, Sera, dan Mark terlihat santai-santai saja. Hingga suatu hari, seorang gadis meminta ketiganya untuk menolong masalah di klubnya secara diam-diam. Lalu di saat yang b...