Bab 17

1.3K 173 3
                                    

Jane

"Nah, bisa kalian jelaskan apa-apaan tadi itu?" tanya Mark kesal setelah kami semua di luar diskotek.

Hans lalu menghela napas panjang. "Yah, sekarang atau nggak sama sekali.

"Sejujurnya, belakangan ini gue dan Sera sedang melakukan investigasi mengenai pengedaran narkotika ilegal di daerah ini. Kasus ini dipegang oleh Inspektur Cal tapi gue dan Sera ikut andil dalam kasus ini. Secara teknis, kami berdua itu seperti agen penyamar yang membantu kepolisian dalam mengadakan penyelidikan mendalam."

"Lebih tepatnya, dia dan inspektur yang tahu soal kasus ini," tukas Sera. "Awalnya aku tidak tahu soal ini. Lalu kebetulan aku mencuri dengar percakapan inspektur di telepon beberapa hari setelah Kasus Peneroran MOS--"

"Yang membuat inspektur bete setengah mati," timpal Hans.

"--dan memaksanya agar aku ikut," kata Sera. "Selama lima bulan ini, aku dan Hans mengadakan kontak diam-diam, memeriksa orang-orang yang penting, dan mengadakan pengintaian pada setiap orang-orang tersebut."

"Lalu?" ucapku.

"Lalu dari semua hasil penyelidikan, kami berdua tau kalo si pengedar narkotik merupakan pemilik tempat ini."

Jadi selama ini, Sera dan Hans mengadakan investigasi pengedaran narkotika ilegal? Jadi inikah yang mereka bahas di pemakaman ibunda Hans? Inikah rahasia yang keduanya sembunyikan dari orang lain termasuk kami?

"Tapi kenapa lo panggil Sera dengan Rei?" tandas Mark.

"Itu nama panggilan. Dalam bahasa Jepang, salah satu nama Rei berarti nol. Dia ini nggak pernah berubah. Sering pasang muka cuek gitu."

Sepertinya aku paham.

"Pantas saja lo nggak mau gue kasih tau siapa-siapa kalo lo udah balik dari Amerika," seru Mark paham.

"Yang berujung kegagalan karena dia sudah tau," ujar Hans.

"Huh, kalian tau nggak kalo tindakan kalian itu mencurigakan banget. gue sampe pikir kalian ini jangan-jangan anggota geng mafia lagi."

"Neng, seriously? Geng mafia?"

"Kenapa? Masalah buat lo?"

"Nggak sih. Tapi sayangnya gue nggak bisa pake kunci inggris gue. Huh, payah."

"Dasar berandal nakal," ujarku yang dibalas tawaan olehnya.

"Masih pukul 9 malam. Kurasa masih ada hal lain yang perlu kuselidiki lagi."

"Apa maksud lo, Ra?" tanya Mark.

"Aku ingin berkunjung ke sebuah rumah di Jalan Cempaka nomor 29B."

"Memangnya kenapa? Apa ini udah nggak terlalu malam untuk berkunjung?"

"Kurasa mungkin masih bisa," ucap Sera yakin. "Ini ada hubungannya dengan kasus. Aku ingin berbicara dengan penghuni rumah tersebut."

"Penghuni?"

Sera mengetik pesan di layar ponsel lalu berkata, "Ya. Aku ingin mengunjungi Diana Dayasti, nenek Elise."

***

Rumah nomor 29B ternyata bukan rumah, melainkan sebuah apartemen bergaya victoria kuno. Tidak perlu jauh-jauh naik ke atas karena tempat tinggal nenek Elise ada di lantai bawah, di sebelah apartemen 29A yang merupakan tempat tinggal pemilik gedung apartemen.

Sera menekan tombol bel, menimbulkan suara ting-tong panjang yang membahana seisi lorong. Pintu terbuka pelan dan terlihat sosok perawat muda berwajah Eropa. Tangannya memegang keranjang buah segar dan surat ucapan berisi Get Well Soon.

Kutukan Nada [2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang