Bab 15

1.4K 181 1
                                    

A/N: Sorry guys. Maaf banget ninggalin cerita ini sekalam 4 bulan. 4 bulan. Astaganaga. Maaf bila kalian menunggu dengan lama sekali. Selama 4 bulan, Kir sedang sibuk di luar. Persiapan ujianlah, latihan ujian, dan sebagainya.

Hari ini Kir udah selesai, jadi Kir akhirnya BEBAS dari semua itu. Huh, akhirnya. Dan Kir bisa update bab ini untuk kalian semua.

Jadi, semoga menikmati.

Hans

"Sori, Bro. Gue terpaksa pergi sejenak biar nggak ada yang curiga. Lo oke-oke aja kan?"

Mataku menangkap soal nomor 15 yang ternyata masih belum bisa kujawab dengan benar. Sementara aku sibuk mengerjakan PR Matematika dari Bu Erlin, aku juga menelepon Mark, memperbesar volume suara agar bisa terdengar.

"Yah, nggak masalah sih. Tapi gue berani jamin kalo pacar lo itu bakalan marah besar sama lo. Jadi besok lo siap-siap aja."

"Hehehe. Tenang, gue selalu siap kok."

"Jadi," ujarku lalu mulai mengerjakan jawaban soal nomor 15, "lo dapat info? Soal Zeni Febriani?"

"Ternyata kasusnya Zeni juga nggak kalah menariknya."

Dengan nada yang jelas dan terkesan pongah, Mark menceritakan semua informasi yang dia dapat ketika melakukan invenstigasi di sana.

"Lo yakin cewek itu, Daisy, bilang begitu?"

"Cewek itu yakin banget soal apa yang dia dengar."

Barangnya baru sampai malam ini jadi sabarlah... Hati-hati, jangan sampe ketahuan... Kita semua tau. Kita semua bakal kena mampus kalo sampe orang lain tau...

Apa maksudnya...?

"Gue penasaran."

"Hm?"

"Soal percakapan Emi dan Lindy," tukas Mark serius. "Lo rasa, apa mungkin mereka bersekongkol?"

Bersekongkol. Apa benar begitu?

"Who knows? Tapi gue rasa, hal itu memang patut untuk diselidiki. Dan lagi, kalo memang ada orang yang nekat buat mengobrak-abrik barang-barang Zeni, maka mungkin ada sesuatu dibalik barang-barang itu."

"Asyik. Gue bisa nyobain ilmu mencuri gue. Jadi, nanti kapan kita cek?"

"Besok, sebelum jam pelajaran dimulai. Kata Gita, barang-barang Zeni sudah ditaruh di gudang sekolah. Kita periksa di sana."

"Kata Gita? Lo tanya Gita?"

"Dia kan Kosis sekolah kita. Wajar dong."

"Yeah, whatever deh. Nanti gue ajak Neng. Gue kan mana mau periksa barang cewek. Gue masih punya harga diri."

"Memangnya lo doang? Gue juga, keles."

"Yeah, whatever."

Setelah selesai menelepon, aku mengetik SMS kepada Sera. Ra, gue mau lo lakuin sesuatu. Mungkin ada hubungannya dengan kasus.

***

Esoknya, seperti yang direncanakan, aku dan Mark bertemu di depan gudang sekolah. Mengingat kejadian yang terjadi lima bulan lalu, pintu gudang sekolah dikunci dari luar dan hanya boleh dipakai bila ada keperluan. Beruntung, Mark sempat meminta kunci gudang dari satpam sekolah dengan alasan ingin mengambil beberapa keperluan darisana. Cowok itu tidak kaget dengan kemunculan Jane. Tapi dia pasti tidak akan menduga kalau di depan gudang, Sera juga berada di sana.

Kutukan Nada [2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang