Bab 14

2K 227 16
                                    

A/N: test, test. Apa ada yang masih aktif?
First, happy new year 2017 guys! Nggak kerasa, udah setahun berjalan ya! 😁 Harapanku di tahun baru ini... Yah, semoga lebih baik dari tahun sebelumnya. And second, berhubung ini tahun baru, ak sengaja update tengah malam. Hehehehe. Biar puas.

Oke, ini dia bab 14! Hope you enjoy it! ;)

Mark

Aku menghempas tubuhku di kasur begitu tiba di kos. Kalimat Neng kembali bergema di benakku.

Ada sesuatu yang mereka nggak kasih tau ke kita berdua. Dan gue bakal cari tau

Apa Neng serius soal itu? Oke, aku memang kepo soal hubungan Sera dan Hans. Mereka memang menyembunyikan sesuatu. Dan apa pun itu, pastinya bukan pertanda yang bagus-bagus amat.

Tapi apa Neng benar-benar mau mencari tahu? Aku takut kalau cewek itu melakukan aksi yang sampai-sampai membuat dirinya malah terseret sesuatu yang bahaya. Oke, dia memang bisa memanah, tapi dalam pertarungan fisik, dia itu paling lemah dibandingkan kami berempat. Kalau terjadi hal yang buruk padanya... Ugh, memikirkannya saja sudah membuatku panik deh.

Karena tidak ada kerjaan, aku mengambil ponsel di samping dan mulai melakukan chat dengan beberapa klien. Ketika sudah selesai, aku langsung menerima sebuah panggilan baru dari seseorang. And guess what? Ternyata si penelepon adalah Inspektur Garang.

Sambil menyeringat, aku menjawab panggilan. "Malam, Pak. Ada perlu apa?"

"Mark," tangkasnya langsung to the point, "Saya barusan mendapat informasi mengenai Zeni Febriani."

"Maksud Bapak murid yang ditemukan tewas setahun lalu?" sahutku tiba-tiba.

"Ya. Aku menanyakannya pada salah satu petugas polisi yang mengurus kasus itu. Menurutnya saat melakukan otopsi mayat, mereka menemukan beberapa obat tidur di dalam tubuhya dalam jumlah melebihi kapasitas."

Tunggu dulu. "Bukannya penyebab kematian Elise juga karena overdosis?"

"Nah, itu dia! Apa itu tidak aneh?"

Hm, memang aneh. Bagaimana bisa dua-duanya mati oleh penyebab yang sama? Dalam kasus ini, kebetulan itu terasa mencurigakan.

"Tapi, kenapa informasi ini nggak ada yang tau?"

"Menurut mereka, itu tidak penting. Kesalahan besar untuk mereka."

Memang. "Em, Pak? Apa saat mayat Zeni ditemukan, ada sesuatu yang nggak biasa pada hari itu?"

"Yang nggak biasa?"

"Yeah," tukasku tidak sabaran. "Kayak posisi mayatnya agak aneh atau ada benda nggak jelas di TKP--"

"Setahu saya tidak ada yang aneh di hari itu." Lalu hening sejenak. "Tidak, memang ada yang sedikit menarik pada hari itu. Katanya, hari itu ada laporan bahwa barang-barang milik Zeni diacak-acak."

"Barang milik Zeni diacak-acak?" ulangku. "Apa ada yang hilang?"

"Itulah bagian menariknya. Tidak ada barang yang hilang."

Itu memang patut untuk diperhatikan. Barang-barang milik Zeni ditemukan dalam kondisi acak-acakkan. Dan semua barangnya tak ada yang hilang. Aneh. Kalau begitu, apa yang sebenarnya dicari oleh oknum itu?

"Terus, gimana penyelidikan ponsel Anna dan Vio?"

"Ponsel Anna tidak menyimpan data penting sementara ponsel Vio masih dalam proses. Rusaknya lumayan parah."

"MP3-nya?"

"Tidak ada apa-apa. Saat aku mengunjungi tokonya, si pemilik bilang kalau MP3 Player itu dibeli secara online. Bahkan dia sendiri tidak ingat jenis suara si penelepon. Isinya--seperti yang kamu dengar--hanya ada lagu Für Elise."

Kutukan Nada [2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang