Sera
Semuanya berakhir. Kutukan Nada sudah berakhir.
Tidak ada yang tahu tentang keberadaan Bulan. Pihak sekolah memutuskan untuk menyembunyikan fakta tentang Bulan dan membuat alasan bahwa dia pindah sekolah karena urusan. Beberapa hari kemudian, keluarganya datang dan menjenguknya. Tenyata Bulan sudah lama tidak memberi kabar pada keluarganya. Demi melaksanakan rencananya, dia rela tidak mengabari keluarga angkatnya. Mereka bahkan kaget sekali saat Bulan bersekolah di SMA Harapan 47.
Sementara itu, keadaan Anna tidak begitu membaik. Anna dipindahkan ke rumah sakit jiwa lantaran para dokter tak mampu menolongnya untuk tenang. Mentalnya sudah gila. Tapi keadaan Vio cukup membaik dari fase kritis dan akhirnya ia akan sembuh. Namun itu berarti dia akan dituntut karena kejahtannya bersama Anna, Elise, serta Zeni.
Keadaan Klub Musik tidak berakhir bagus. Karena kejadian ini, pihak guru pun meminta Klub Musik dibubarkan segera. Anggotanya pun hanya sedikit jadi tidak butuh waktu lama hingga klub ini dibubarkan. Yah, kurasa untuk sekarang ini, keputusan tersebut memang perlu dilakukan.
Aku menghela napas. Lama sekali menunggu kedatangannya. Kulihat beberapa orang melakukan percakapan dengan tahanan. Karena mereka berbicara melalui telepon, aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Mungkin memang begitulah fungsi adanya telepon ini.
Akhirnya, Bulan pun datang. Keadaannya masih sama. Dia mengambil gagang telepon dan berkata, "Halo, Sera."
"Bulan," kataku.
"Maaf bila sampai-sampai datang ke sini. Gue mau saja ngomong sama lo tapi nggak aman kalo di luar sana."
"Baik. Aku paham."
Bulan menghirup udara lalu menghembuskannya perlahan. "Dengar. Gue ngasih tau hal ini karena kalian dalam bahaya."
"Bahaya?" tanyaku heran.
"Ya, bahaya." Matanya lirik ke kanan-kiri dengan khawatir. "Gue nggak bisa ngasih tau lo lama-lama. Jadi begini. Sebetulnya, bukan gue aja yang merencanakan kejadian itu."
"Maksudmu?"
"Ada seseorang yang ngasih gue saran dan keperluan buat menjalankan rencana gue. Gue nggak tahu darimana dia mendapat semua keperluan itu. Yang pasti, dia punya banyak pengaruh dan punya banyak koneksi."
"Dia? Siapa yang kau maksud?"
"Inisialnya Mind. Itulah yang dia kasih tau gue. Gue nggak pernah liat wajahnya. Nggak pernah dengar suaranya. Dia hanya ngirim pesan saja secara acak tapi meyakinkan."
"Lalu kenapa kau memberitahuku bila kami dalam bahaya?"
"Apa lo nggak sadar kalo selama ini Mind sudah mengawasi lo berempat semenjak awal?"
Eh?
"Dia bukan amatiran, Sera. Dia licik dan manipulatif. Dia pernah cerita ke gue kalo dia juga yang bantu Cecil untuk membalaskan dendamnya pada kejadian lima bulan lalu."
Apa? Cecil juga? "Kau serius?"
"Dia mengatakan hal itu ketika gue ragu dengan rencana gue. Dia sangat berbahaya. Sangat."
Semua ini sangat mengejutkanku. Jadi selama ini ada seseorang yang sudah ikut campur pada kasus Cecil dan Bulan? Bagaimana bisa?
"Tapi bila dia berbahaya, dia tidak akan membiarkan orang lain tahu tentangnya."
"Nggak, justru sebaliknya. Dia sengaja biarin gue hidup supaya lo dan Hans tau tentangnya. Gue nggak tahu kenapa dia mau berpikiran begitu. Dia memang aneh. Sebentar-sebentar, dia senang. Lalu dia berubah kesal. Lalu berubah bete. Dia lebih mirip psikopat sinting berkepribadian sebanyak Sybil Dorsett."
Dia memang terdengar berbahaya. Kalau begini, bisa-bisa dia akan menjadi lawan yang tangguh dan susah dikalahkan.
"Waktu sudah habis. Gue nggak bisa banyak menolong tapi seenggaknya lo sudah tau. Ingat, Sera, dia bukan orang yang bisa lo anggap enteng."
"Tenang. Bila dia memang begitu berbahaya, maka dia sudah salah berurusan dengan kami," ucapku sebelum menyerahkan gagang telepon ke tempatnya dan beranjak pergi.
***
Beberapa minggu kemudian, Hans mengundang kami semua menuju penginapannya di Bandung. Saat ini kami semua berdiri di dekat teras villa rumah keluarga Bristow, menunggu hingga waktu tahun baru sekaligus merayakan ulang tahunnya yang ke-17 di sana.
Jane tengah sibuk meng-upload akun Instagram dan Twitter miliknya, mungkin ingin menambahkan pengikut-pengikut setianya. Mark sedang memakan BBQ dengan lahap, tidak lupa berbicara tentang resolusi-resolusi yang akan ia lakukan setahun mendatang (Jane berkomentar bahwa resolusi-resolusi Mark jauh lebih konyol dari sebelumnya yang harus kuakui ada benarnya).
"Menyenangkan juga kalo hari ulang tahunmu sehari dengan hari besar," celutuk Hans sambil memakan BBQ.
"Ya, menyenangkan," kataku pelan.
"Lo oke?" tanya Hans saat melihat reaksiku.
"Ya, aku... oke."
Hans menyerahkan BBQ yang kutolak pelan. Aku mengambil salad kesukaanku dan berkata, "Aku memikirkan perkataan Luna saat itu."
"Tentang musuh berbahaya yang akan membahayakan kita berempat?" tanya Hans yang kubalas dengan anggukan. "Yah, sejujurnya, gus juga kepikiran terus sih. Kalo memang apa kata Bulan benar, maka kita harus bersiap-siap."
"Ya, aku tahu itu. Hanya saja..."
"Hanya apa?"
"Hanya... Bulan bilang Mind merupakan orang yang memiliki banyak koneksi dan pengaruh di mana-mana. Kalo begitu... apa mungkin dia tahu tentang identitasku?"
Hans terdiam.
"Kalau dia tahu, maka keberadaanku sudah berbahaya. Kalian bertiga akan dalam bahaya. Kautahu bila identitasku bisa membahayakan orang-orang di sekitarku sendiri."
"Gue tau itu. Tapi itu bukan berarti lo harus menghindar gue lagi." Hans menghela napas. "Dengar, Rei, lo hanya perlu percaya sama gue. Jangan tinggalin gue lagi seperti dulu."
Aku menatapnya lama. Menatap orang yang kupikir takkan pernah bisa kumiliki. Dia sekarang berada di sini, di dekatku. Demi aku.
"Ya, aku tahu, Hans."
"Ehem. Kalo lo berdua mau ngelakuin cinta-cintaan mendingan di luar aja, jangan di sini!"
"Mark! Kenapa lo rusakin momen-momen orang pedekate sih?!" geram Jane lalu mulai mengejar Mark yang sudah lari.
"Jadi, sekarang apa yang harus kita lakukan?" tanyaku sambil menatap langit yang sudah menyalakan puluhan kembang api.
Hans merangkulku dan ikut menyaksikan kembang api. "Sekarang kita nikmati saja momen ini dan pikirkan masalah itu besok. Setuju?"
"Setuju," jawabku lalu merangkulnya juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutukan Nada [2]
Mystery / ThrillerThe Grudge Series #2 Lima bulan setelah insiden peneroran MOS, kehidupan SMA Jane, Sera, dan Mark terlihat santai-santai saja. Hingga suatu hari, seorang gadis meminta ketiganya untuk menolong masalah di klubnya secara diam-diam. Lalu di saat yang b...