Bab 5

2.3K 238 19
                                    

Jane

Lima belas menit sebelumnya

"Lo pasti bercanda!" teriakku sepelan dan sesebal mungkin. "Masa buku catatan Fisika lo bisa ketinggalan di sekolah dan lo baru sadar sekarang?!"

"Namanya juga orang lupa." Sergah Mark. "Lo pikir gue punya daya ingat fotografis?!"

Dasar, udah barang ketinggalan malah sewot lagi. Dan ngotot pula.

"Tapi nggak perlu sampe lupa seharian kali! Itu sih udah pikun namanya!"

"Terserah lo deh, Mbak."

Aku berdecak pinggang. "Ya udah. Tapi cepetan ya! Gara-gara lo kita nggak bisa ngintai mereka nih."

"Untuk terakhir kalinya, kenapa lo pengen tahu soal hubungan Sera sama Hans?" tanyanya untuk yang kesejuta kalinya.

"Nggak ada masalah kan?" jawabku dengan senyum kemenangan. "Jarang tahu bisa dapat kesempatan buat lihat temen sekolah sendiri pedekate."

Mark mengeleng-geleng kepala. "Kenapa cewek-cewek punya cara pikir yang aneh-anehan sih?"

"Lo mau ambil buku lo atau nggak?"

"Ya deh, Neng. Ya deh."

Dengan gaya sok keren, cowok menyebalkan itu langsung berjalan menuju sekolah. Hari ini sekolah diliburkan karena ada rapat OSIS jadi tak banyak satpam yang menjaga di area sekolahan. Selama menunggu di depan pagar, aku meraih ponselku dan menyalakan musik melalui earphone.

Tiba-tiba, aku melihat bayangan manusia yang bergerak cepat menuju lantai dua melalui tangga darurat. Wajahnya ditutupi semacam topi sementara tubuhnya memakai jaket hitam. Dari jarak sejauh ini, sulit untuk mengetahui apa dia itu cowok atau cewek.

Siapa dia? Kenapa dia memakai pakaian serba tertutup begitu? Kalau dia ingin menyelinap ke sekolah, pasti ada maksud tertentu.

Jangan-jangan...

Sejenak badanku terasa sedikit bergetar. Kuarahkan tanganku menuju asal getaran tersebut dan menyadari bahwa rupanya ponselkulah yang sedari tadi bergetar.

Bulan C: Eh, Jane. Gimana perkembangan soal kasusnya?

Rupanya dari Bulan Cemara.

Val Olivia: Gue sama temen-temen gue belum mulai penyelidikannya. Lo sabar aja.

Bulan C: Lho, kok belum?

Val Olivia: Yah, temen gue pada belum mau mulai. Tapi bakal kami cek kok. Jadi lo nggak perlu khawatir.

Brak! Bum!

Segalanya serasa bergerak dengan lambat, seperti adengan-adengan slow motion di film-film action atau semacamnya. Bahuku terdorong oleh sosok yang bergerak sangat cepat, membuat tubuhku terdorong kebelakang, dan alhasil membuat mataku membulat sempurna. Teriakan memilu dari lantai atas serta melodi lagu Für Elise yang berputar-putar bagaikan kotak musik, membuat diriku semakin tidak memahami situasi yang sedang terjadi.

"Neng! Lo nggak apa-apa kan?"

Dengan sigap, Mark memegang punggungku dengan raut wajah cemas sekaligus panik. Dari dekat, dapat kulihat wajah khas Jepang-nya yang ditutupi sinar matahari.

"Iya, nggak apa-apa." Kulepaskan diri darinya seraya membersihkan rokku. "Tadi itu apa?"

Raut wajahnya yang mula-mula bingung berubah menjadi panik. "Ah, sialan! Orang itu kabur deh!"

"Apa? Apa yang lo maksud sih?"

Dia menghela nafas. "Neng, barusan ada seorang siswi kelas XI yang dicekik sama orang itu."

Kutukan Nada [2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang