"Hehe. Hehehehehe."
Di dalam ruang gelap, seorang gadis remaja terlihat tertawa senang. Bingkai kacamata merahnya terpasang di batang hidungnya. Sedari tadi, dia hanya terus-menerus tertawa, padahal tidak ada hal lucu yang sedang terjadi.
"Hah. Ini sungguh-sungguh menyenangkan! Aku sudah menyediakan dua skenario di depan panggung besar bagi kedua orang itu." Wajahnya langsung berubah menjadi bosan. "Tapi selalu saja gagal oleh 'mereka'. Payah sekali. Sungguh payah." Sedetik kemudian, ekspresi gadis tersebut kembali senang. "Ah, terserahlah! Toh, itu bukan urusanku lagi. Yang kulakukan hanya memberikan tambahan saja."
"Lagipula," lanjutnya sambil terus mengetik pesan di ponsel pintar. "Bila mereka tahu soal keterlibatanku, mereka tak punya bukti. Menyenangkan juga bila bekerja diam-diam."
Setelah selesai mengetik pesan, dia meregangkan tubuhnya sembari beranjak dari sofa. Rambut panjang yang dipotong layer dibiarkan terurai. Mata kejinya menatap empat lembar foto; masing-masing menampilkan wajah yang berbeda.
"Namun aku tak boleh terus bergerak di dalam bayangan. Rasanya tidak cocok sekali. Benar bukan, Li'l?"
Orang-orang mengira dia tinggal sendirian. Mereka tidak sadar bahwa ada satu orang lagi di sana. Seorang gadis imut bermodel pigtail muncul dan mengangguk pelan. "Tentu saja, Sis."
"Ayolah, Li'l! Kenapa tidak bersemangat?"
Si gadis bernama Li'l menundukkan kepala. "Apa ini rencana yang oke, Sis?"
Langsung saja Sis menatapnya, "Hah?! Apa maksudmu?"
"Masalahnya, apa kita perlu menjalankan rencana? Gue rasa, ini bukan ide yang bagus--"
"Ah, jangan khawatir. Ini sudah sesuai rencana kita. Sekarang, kita hanya perlu mendekati 'mereka' dan pelan-pelan menghancurkan semua yang 'mereka' punya."
Li'l mengangguk kepala, mengerti. "Tapi Sis, bagaimana kalo identitas kita ketahuan sama cewek itu?"
"Maksudmu dia?"
"Ya. Gue dengar, dia sangat cerdas dan hati-hati. Terutama pacarnya."
"Hmm," Sis memasang pose serius. "Dia memang ancaman serius. Tapi kurasa selama dia tidak mengacaukan skenario, maka dia takkan bermasalah."
"Ok-Okey, Sis."
"Lagipula, kita hanya perlu memikirkan target utama kita. Kautahu kan?"
Li'l menyeringai. "Jane Olivia, si penganggu."
Keduanya mengeluarkan tawa jahat mereka, membawa suasana malam menjadi gelap dan penuh aura kekejaman.
A/N: Hei, guys! Akhirnya Kutukan Nada selesai juga ya! (akhirnyaaa). Setelah perjuangan menulis cerita ini, akhirnya Kir bisa menyelesaikan cerita ini. Yeeeey!
Kir ucapkan banyak terima kasih kepada kalian semua, para pembaca! Sungguh, kalo kalian nggak ada, mungkin Kir nggak akan termotivasi untuk meneruskan kisah ini.
Untuk sekarang, Kir belum ada rencana untuk kapan update cerita series ketiga. Pasalnya dua cerita udah selesai, dan dua cerita lagi hingga series ini selesai.
Yup, Grudge Series terdiri dari 4 buku. Dan rencananya di buku ketiga ini, aku mau membeberkan rahasia-rahasia yang sampe sekarang masih menjadi tanda tanya. Yah, kalo dilihat dari Bab 19 dan Epilog-nya, buku ketiga memang patut dibaca, bukan?
Kalo aku liat, buku ketiga ini kemungkinan besar bakal lebih panjang. Tapi Kir nggak tahu seberapa panjang atau ujung-ujung sependek ini. Yah, kita lihat aja nanti.
Oh, kalo kalian perhatikan, di ending buku ini aku akan memunculkan tokoh antagonis pada para protagonis (Jane, Mark, Sera, Hans) di kisah berikutnya. Bisa dibilang, perannya akan penting sekali. Secara teknis, buku pertama (Penelusuran Bercak Hitam) dan kedua (Kutukan Nada) adalah babak pembuka di serial ini. Di buku ketiga lah babak pertengahan atau babak sesungguhnya akan dimulai dan di buku keempat babak klimaks dan penutup akan ditempatkan. Omong-omong, ini baru rencana jadi bisa saja aku ngerubah pikiran.
Jujur, kasus ini diinspirasi oleh kasus di DC (Detektif Conan). Kasus Pembunuhan di Pulau Tsukikage dari volume 7 dan anime episode 11. Aku suka kasusnya yang cukup tricky dan pemecahannya yang keren abis. Lagunya juga bagus--Moonlight Sonata. Belum lagi motif dan ending kasus itu (yang udah nonton pasti tahulah) yang sampe sekarang masih bikin Kir suka nonton lagi. Kalo kalian pernah nonton, pasti bakal tahu adanya persamaan dari beberapa adegan. Itu antara sengaja-gak-sengaja sih. Hehe.
Dan, setelah liat dari komentar kalian, aku putuskan untuk tetap menlanjutkan cerita ini. Aku kaget juga kalo banyak yang suka sama cerita ini. Padahal cerita ini kan gak bagus-bagus amat. Makasih banyak ya! :D
Baik. Sampai jumpa di kisah berikutnya, Guys!
Salam hangat,
Kenix aka Kir
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutukan Nada [2]
Mystery / ThrillerThe Grudge Series #2 Lima bulan setelah insiden peneroran MOS, kehidupan SMA Jane, Sera, dan Mark terlihat santai-santai saja. Hingga suatu hari, seorang gadis meminta ketiganya untuk menolong masalah di klubnya secara diam-diam. Lalu di saat yang b...