Chapter 1 - My Life

1.8K 52 0
                                    

Cinta Dalam Diam - New Version

[Chapter 1 - My Life]

SENJA POV

"Cing Senja!!!!." Teriak seorang pria berkepala botak bersih dan badan yang besar. Huftt... Dia sangatlah galak dan jelek.

Aku menelan ludahku sendiri lalu menatapnya takut, "Pak, aku.. Tidak melakukan kesalahan?."

Pria kepala botak itu memukul dahiku, "Kamu.. Sangat... Membuat.. Saya... Marah." Desisnya.

"Aku rasa aku baik-baik saja, Pak Gira." Aku sedikit menaikkan tinggi suara nadaku, aku kesal dengan si Tua Botak ini.

Namanya Pak Gira, sikapnya seperti orang gila. Mungkin penyebab nama, 'Gira-Gila' hanya beda satu huruf. Dia ketua editor penerbit buku, kerjanya hanya menghina, memarahi, mengkritik dan tidak pernah memuji. Aku yakin dia tidak bisa menghasilkan sebuah karya. Cuihh Dasar!!!

Pak Gira melemparkan naskah ceritaku yang baru tepat di hadapan wajahku hingga kertas itu jatuh mengenai wajahku, "Naskah yang cuman di hargai Rp.1000."

Aku melongo dan menatapnya horror, dia pikir dia Siapa? Dia pikir dia hebat? Cuihh! Jika cuman bisa marah aku juga lebih hebat dibandingkan dia!!. Aku menatap naskah ceritaku yang sudah berceceran di lantai. Aku mengambilnya satu persatu dan menoleh ke samping ketika melihat sahabatku menolongku memunguti kertas naskah.

Pak Gira tertawa, "Bisa-bisanya kamu Gerald berteman dengan si bodoh ini!."

"Dia tidak bodoh, pak! Ceritanya cukup menarik." Jawab Gerald lantang

Pria berusia 24 tahun yang bertubuh Jangkung dan kurus bernama Gerald. Dia sahabatku semenjak aku mulai menulis alias sahabatku sejak satu tahun yang lalu. Aku bertemu dengannya ketika aku memasuki kantor penerbit ini dan dia bekerja sebagai penulis Komik, sejauh ini dia banyak membantu. Teman yang baik.

Aku memegang bahunya, "tidak apa-apa aku memang selalu salah di matanya."

Gerald adalah penulis kebanggaan si tua botak ini, komik yang dibuat Gerald memang bagus mulai dari gambar dan Alur cerita. Semuanya terasa sempurna maka dari itu Pak Gira tidak pernah memarahi Gerald sedikit pun.

Pak Gira tampak memijat pelipisnya, "aku tidak punya obat jantung... Bawalah si putri bodoh ini keluar."

Aku menatapnya penuh kebencian. Kenapa dia tidak pernah menghargai karyaku? Aku sudah berusaha menulis sebaik mungkin dari imajinasi di otakku. Sudah belasan cerita yang aku buat selama setahun tapi yang ia terima hanya satu? Apa dia gila? Ohh.. Dia benar-benar gila.

Gerald membawaku keluar ruangan si tua botak lalu mengelus bahuku berusaha menenangkan jantungku yang bergemuruh kesal karena si tua botak, "Tenanglah, wajahmu sudah memerah dan badanmu sepertinya akan memerah." Ucapnya.

Aku menatap sinis Gerald, "Jangan bercanda. Aku benar-benar tidak ingin bercanda!."

Gerald tertawa kecil lalu menarik hidungku pelan, "pesek banget hidungnya sih!."

"HEII APA YANG KAU LAKUKAN." Gerald tertawa kecil lalu sedikit berlari di koridor Gedung ini dan tentu saja aku mengejarnya namun nasib naas menimpaku aku justru menabrak seseorang bertubuh jangkung menggunakan setelan jas yang maskulin dan bokong tercintaku ini mencium lantai yang wanginya seperti Victoria secret dan comberan.

"Aduhhh!." Aku sedikit mengaduh tapi entah kenapa Gerald yang berada beberapa meter di hadapanku mendengarnya. Aku mengusap-ngusap bokongku tanpa mau melihat wajah siapa yang menabrakku cukup Liat apa yang sudah aku Liat yaitu setelan jas maskulin.

"Jalan itu Pake mata sama kaki jangan cuman kaki doang! Buang waktu saya!." Maki si orang yang aku tabrak. Aku melongo mendengarnya lalu mendongak namun si pria itu sudah pergi sehingga aku hanya melihat bagian belakang Tubuhnya, "bukan saling minta maaf malah pergi seenaknya."

Cinta Dalam Diam [NEW VERSION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang