-9-

767 105 4
                                        

Kim Seokjin's POV

Gue langsung mengambil tas gue, dan keluar dari kamar, lalu menutup pintunya dengan keras keras.

"S–Seokjin!!" Panggil Minhyun dari dalem.

Tapi gue nggak menghiraukannya dan langsung turun kebawah–ke dapur untuk menemui emak gue.

"MAKKKKKKK!" Teriak gue, heboh.

"Aduh... Apaan sih Jin... Ribut ribut aja." Emak gue berbalik, menghadap ke gue sambil memegang pisau daging yang berlumuran darah ayam.

Gue menelan ludah.

"M-mak, kenapa ada Minhyun diatas?" Tanya gue pelan pelan, takut aja nanti tiba tiba emak gue kesel, dan swung! Pisau itu mendarat di badan gue.

"Oh, itu namanya Minhyun? Bagus ya, cantik pula orangnya."

"Ah bukan itu, kenapa Minhyun ada di atas?" Kata gue dengan menekan setiap kata kata.
"Aku kaget loh, kirain Yoongi, Jimin, Hoseok, ataupun Namjoon. Eh, tau taunya dia."

"eh jangan begitu sama pacar."

"HAH?! PACAR?!?! PACAR APANYA?!?!"

Emak–sambil tersenyum, menganyunkan pisaunya kearah gue, "jangan berisik Jin."

"T-t-tapi mak....... Minhyun bukan—"

"Udahlah, naik keatas aja. Nih sekalian bawain makanan" emak menyerahkan sekotak penuh yang isinya coklat.

Ih.

"Dih giliran temen temen aku aja, dikasih nastar doang, bekas lebaran kemaren lagi."

Emak mengacungkan pisaunya lagi.

"Ok mak." Gue langsung cabut keatas.

Pengecut emang.

Sesampainya dikamar gue, gue menemukan Minhyun lagi asik asikan baca komik gue sambil tidur tiduran.

Dikasur gue.

Yang udah gue bersihin.

Yang udah capek capek gue bersihin.

"Jin, volume selanjutnya dari serial ini mana? " tanya Minhyun sambil menunjukan komik One Punch Man ke gue, "tapi lucu ya, kadang kadang suasananya serius, kadang lucu."

Gue langsung merebut paksa komik OPM itu, lalu mengelus-ngelusnya, "eh, jangan pegang pegang. Nih komik asli di impor dari luar negeri."

"Pantesan bahasa Inggris. Lo keren juga, Seokjin."

Gue meletakan kembali buku OPM ke rak-nya. "Lo jangan tiduran dong di kasur gue! Baru gue beresin tuh!"

"Nyaman abisan."

"Iyalah baru gue beresin, berdiri gak? Atau gak lu pulang." Ketus gue sambil menunjuk pintu kamar gue.

Minhyun bangkit, lalu ia diam sebentar, "gue ada satu tempat lagi yang gue anggap nyaman," Minhyun tersenyum kearah gue.

Gue menaikan sebelah alis gue, "di kamar mandi gue ya?"

Minhyun tersenyum, dan mendekat kearah gue. Lalu–tanpa gue duga, tiba tiba aja Minhyun melingkarkan tangannya dileher gue, "tempat ternyaman itu, adalah dipelukan kamu, Seokjin"

















































"TOLONG TOLONG!! ADA PENYUSUP MASUK KE KA—" Minhyun buru-buru membekap mulut gue, "lu kenapa sih Seokjin?!"

"Lo itu creepy, tau nggak!? Lepasin gue, ah!!"

Bukannya melepas, Minhyun malah mengeratkan pelukannya di leher gue, "bilang baik baik, dan panggil gue 'sayang'."






































"TOLO—"

"Iya iya! Gue lepasin!" Minhyun melepaskan pelukan gue, gue pun bisa bernapas dengan lega lagi.

Melihat mukanya Minhyun, gue mengeluarkan tawa pelan. Rasanya gue jarang banget ngeliat muka Minhyun yang menjadi panik begini.

"Ihhh Seokjin senyum gara gara gue! Seneng deh gue!" Kata Minhyun sambil menunjuk kearah gue.

Gue berdehem, "lo kenapa sih kesini, Hyun? Nggak biasanya" gue melirik Minhyun dari atas sampai kebawah, "lo ngasih apaan ke emak gue? Kok bisa bolehin lo masuk?"

"Ya.... Mungkin gara gara gue ramah kali, jadi di bolehin deh."

Gue mengangguk pelan, "jadi, ada perlu apa, Hyun? Gue mau main Mario di laptop, dan gue nggak mau di ganggu."

Minhyun merogoh kantongnya, lalu menjulurkan satu benda kecil, yang gue tebak adalah flashdisk.

"bikinin gue tugas biologi"


"Tai."









A/N: vomment ya GAEESSSS

----////-----

Cewek Gorengan 🌮Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang